Chapter 27

6.1K 208 7
                                    

Happy reading!!
Jangan lupa untuk selalu votmen dan follow akun aku.
Happy readingg!

                            ****

Sekarang Alvaro tengah menunggu apa yang akan dibicarakan Nafisya. Nafisya bingung entah harus mengatakannya atau tidak.

Alvaro mendekati Nafisya dan mendekapnya. Dia mengelus lembut surai Nafisya. Jika bersama Alvaro maka Nafisya tidak memakai jilbab. Namun, jika bersama keluarga Alvaro Nafisya hanya akan memakai jilbab tanpa cadar

"Ada apa hmm? Kenapa belum bicara," tanya Alvaro semakin mendekap Nafisya.

"E-emm... Menurut Mas, apakah ana harus selesaikan kuliah terlebih dahulu atau fokus saja menjadi seorang istri?" tanya balik Nafisya. Alvaro tersenyum hangat, ternyata ini yang ingin dibicarakan Nafisya. Walaupun dia sempat gugup jika Nafisya menanyakan soal Risa.

"Kamu inginnya bagaimana? Mas terserah kamu saja," kata Alvaro. Sekarang Nafisya malah tambah bingung.

"Tapi, menurut Mas bagaimana bagusnya?" tanya Nafisya.

Alvaro menatap Nafisya dengan lembut. "Apapun keputusannya, Mas ikut saja."

Nafisya mengangguk dan kembali memeluk tubuh hangat suaminya. "Mas, ana pengen ke Bandung. Ana pengen ke rumah umi dan Abi."

"Hemm... Ya sudah besok kita kesana, Mas juga kangen rumah kamu," ujar Alvaro. "Memangnya mas pernah ke rumah Ana?" tanya Nafisya dan Alvaro mengangguk.

"Kamu ingat waktu Mas bawa umi dan Abi kamu. Sebenarnya Mas ke Bandung. Orang Bandung pada ramah sama Mas. Mas gak ngerti bahasa sunda, saat mereka berbicara Mas hanya mengangguk.

Mas mencari semua informasi tentang kediaman kamu. Untung ada di data kamu. Mas hampir saja nyasar jika tidak diberitahu oleh seseorang." Alvaro berbicara panjang lebar yang membuat Nafisya tersenyum.

"Kenapa Mas tidak tanyakan saja sama ana?" tanya Nafisya. Alvaro dengan gemasnya mencubit hidung Nafisya. "Kamu lupa atau apa, siapa yang kasih Nomor yang sudah tidak aktif hemm... Kamu tau, mas udah mencoba berkali-kali dan ternyata Nomornya udah tidak aktif," gerutu Alvaro.

Nafisya hanya tersenyum memperlihatkan deretan giginya. "Waktu itu ana takut, waktu Mas minta Nomor ana kasih saja yang sudah tidak aktif."

"Terus waktu mas suruh kamu yang nganterin kenapa malah jadi murid genit yang keruangan Mas?" tanya Alvaro bertubi-tubi.

"Waktu itu dia sendiri yang mengatakan bahwa dia ingin mengantarnya pada Mas dan juga kesempatan buat ana pulang."

Dengan gemas Alvaro menggigit pipi gembul Nafisya yang hampir berisi. Nafisya meringis walaupun Alvaro tidak keras menggigitnya. "Mas! Sakit tau, kok di gigit."

"Habisnya pipi kamu gembul dan mas kira itu roti. Yah, mas mendadak pengen Roti gembulnya kayak pipi kamu dan ada coklat didalamnya," kata Alvaro yang membuat Nafisya mengerutkan keningnya.

"Mas beneran pengen roti?" tanya Nafisya dan Alvaro mengangguk lucu seperti anak kecil. Uhh! Sungguh manisya.

"Yasudah mas tunggu disini, ana mau bikin roti buat Mas." Nafisya berjalan keluar kamar berniat membuatkan roti untuk Alvaro. Tidak biasanya Alvaro minta roti.

                         ****

"Bibi galak, Abi mau ketemu mommy! Abi mau mommy," teriak Abigail seraya berguling di karpet bulu.

Sudah keberapa kalinya Abigail menangis minta bertemu mommynya. Angel sudah menjelaskan kepada Abigail dan namanya juga anak kecil keras kepala.

"Abi, mommy lagi kerja nanti pulang. Kita ketemu sama papi aja ya," bujuk Angel dan Abigail menggelengkan kepala. Tangisan Abigail semakin keras dan mengisi seisi Mansion.

"Ada apa ini, kenapa Abi menangis hemm," tanya Billy kakak kedua Angel.

Abigail berhenti menangis dan berlari memeluk tubuh Billy. "Hiks .... Paman! Abi mau ketemu mommy, tapi kata bibi galak Mommy lagi kelja, hiks... Paman ayo ketemu mommy," ujar Abigail melepaskan pelukannya dan menarik-narik tangan Billy.

Hati Billy terenyuh saat mengatakan Abigail ingin bertemu mommynya. Billy mengepalkan tangannya saat melihat dengan mata kepala sendiri orang yang meninggalkan Abi, cih! Jalang sialan itu tidak pantas di sebut mommy.

"Abi, daripada bertemu mommy lebih baik kita beli es krim, mau?" ajak Billy mencoba mengalihkan keinginan Abigail.

Abigail menggelengkan kepalanya. Dia mengerucutkan bibirnya dan sia-siap menangis kencang. "Sstt! Jangan nangis  lagi. Abi tau tukang es krim yang di dekat taman?" tanya Billy. Abigail mengangguk dan duduk tersila.

"Nah katanya, disana ada es krim rasa Rainbow," kata Billy yang membuat mata Abigail berbinar-binar.

"Benalkah paman," tanya Abigail dan Billy mengangguk.

"Gimana, Abi mau kesana gak," ajak Billy. Abigail bersorak riang dan menarik tangan Billy.

"Syukurlah lo bisa bujuk Abi," kata Angel dalam hatinya.

"Paman! Jika ada es klim pelangi, apakah Luby disana?" tanya Abigail.

Billy mengerutkan keningnya. Ruby? Siapa Ruby. Billy tidak tahu siapa Ruby, apakah dia mengangguk saja atau menanyakan terlebih dahulu. Jika dia mengangguk dan mengatakan ada ruby. Tapi ternyata Ruby yang di maksud adalah tidak sesuai ekspetasi maka Abigail akan kecewa.

"Ruby siapa?"

"Luby paman. Yang ada di film Lainbow Luby. Ada boneka choko, walikota ling-ling dan yang lainnya," jelas Abigail dengan perkataan candelnya.

Billy menggaruk tengkuknya. Ya ampun dia tidak tahu tentang Rainbow Ruby. "Rubynya lagi syuting Abi, jadi disana tidak ada Ruby," jelas Billy.

"Yasudah, kita ke tempat

syuting aja paman. Kita lihat Luby, walikota ling-ling dan yang lainnya."

Untuk sesaat Billy berpikir. Ke lokasi syuting, jika mereka artis Billy bisa saja mengajak Abi. Tapi, ini flm kartun, apakah dia harus juga kedunia kartun untuk bertemu Rainbow Ruby.

##

Hehe... Ayo tebak tuh Tiba-tiba Al minta roti kayak pipinya Nafisya.

Ada juga Abigail yang ingin bertemu Rainbow ruby. Pada kangen gak sama Abigail si anak manis imut dengan kecandelannya..💜💜

Jangan lupa vote yah biar aku semangat bikin ceritanya . eits!! Jangan lupa baca juga

Dijodohkan Dengan Musuh

Dijodohkan Dengan Musuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sweet Dosen (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang