Keesokan paginya, Nafisya sudah siap untuk berangkat ke kampus. Dia mengambil tas selempangnya dan langsung keluar dari Aparteman.
Sementara di sisi lain Alvaro tengah menjambak rambutnya sendiri, entah apa yang terjadi. Menjambak rambut dan memukul sofa, dua hal yang dia lakukan.
Alvaro merutuki dirinya sendiri. Bagaimana dia bosa mengatakan bahwa dirinya sudah mempunyai calon. Bukannya dia tidak laku, di luaran sana masih banyak wanita yang mau dengannya. Namun, dia tidak tertarik kecuali pada satu orang.
****
Nafisya sudah sampai di kampus, tak lama Angel datang dan langsung merangkul Nafisya. Hampir saja Nafisya akan melayangkan pukulannya pada seseorang yang berani merangkulnya. Namun, dia urungkan saat melihat bahwa itu ulah Angel.
"Astagfirullah! Kamu mengagetkan ana saja," keluh Nafisya sembari mengusap dada dan Angel hanya memperlihatkan gigi putihnya.
"Maaf, oh ya! Kita belum sempat bertukar nomor," ucap Angel.
"Na'am, kalau begitu kamu simpan nomor ana saja."
Angel mengangguk dan langsung menuliskan nomor Nafisya. Setelah itu, mereka berpisah.
****
Nafisya berjalan sembari menunduk. Tiba-tiba ada kaki yang menghalangi langkahnya. Dia mendongkak dan melihat beberapa perempuan yang tengah menatap tajam dirinya.
"E-eh, afwan boleh beri ana jalan?" tanya Nafisya ragu-ragu.
Mereka hanya berdecih dan mendekat ke arah Nafisya. "Lo mau lewat? Gak mudah kali. Tapi, lo bisa lewat asal lo! Lakukan apa yang gue perintahkan."
Nafisya hanya mengerutkan keningnya. Sebenarnya, dia mempunyai masalah apa terhadap mereka? Setaunya dia tidak pernah mencari masalah.
"Ma-maksudnya?" tanya Nafisya.
"Maksudnya, lo harus turutin perintah gue buat jauh-jauh sama Pak Alvaro. Kenapa? Karena Pak Alvaro hanya milik gue," teriak salah satu perempuan dengan nada membentak.
Apakah dia pacar atau tunangan Alvaro? Sebenarnya, dia juga tidak ada niat buat merusak hubungan orang.
"Sekarang ana faham. Juga, afwan ana tidak pernah punya niat buat mendekati pak Alvaro. Kalau begitu ana famit."
****
Alvaro sampai di kampus dengan mode seperti biasanya 'datar'. Namun dia seperti orang normal saat melihat Nafisya. Nafisya melihat ke depan dan tepat, pandangannya pada Alvaro. Dengan cepat Nafisya menunduk dan melenggang pergi tanpa menyapa Alvaro.
Alvaro mengerutkan keningnya! Gadis itu menjauhi dirinya. Apakah dia masih marah atas kejadian kemarin? Mungkin Alvaro akan menanyakannya nanti.
Setelah pelajaran selesai, Nafisya langsung menuju tempat di mana dia dengan Angel janjian.
Nafisya tengah berjalan sembari menunduk. Dia tidak peka bahwa sedari tadi ada pasang mata yang memperhatikannya.
Orang tersebut ingin menghampiri Nafisya. Namun, dia urungkan saat Nafisya tengah terburu-buru.
Setibanya di taman. Nafisya melihat Angel yang sedang berkutat dengan ponselnya. Menghampiri Angel dan langsung duduk.
"Assalamu'alaikum, An!" sapa Nafisya.
"Wa'alaikumsalam Sya," jawab Angel sembari memasukan ponselnya pada saku celana.
"Sudah lama ya kamu menunggu ana?" tanya Nafisya dengan nada sedikit bersalah. Seharusnya, dia ke sini sedari tadi. Namun, dikarenakan ada tugas dia menjadi terlambat.
"Gak papa kok, kamu laper gak?" tanya Angel.
"Lumayan sih."
"Nah, kalau begitu ayo kita ke kantin?" ajak Angel dan Nafisya hanya mengangguk.
****
Kantin
Di kantin sudah banyak sekali orang. Ada yang bergosip, makan, bahkan Yang berlarian juga ada.
Nafisya dan Angel memilih untuk duduk di meja paling pojok. Angel pergi untuk memesan, sementara Nafisya tengah sibuk dengan buku tentang kisah Nabi.
Tiba-tiba ada salah satu perempuan yang menjerit tidak jelas. Dia berteriak sembari melotot ke arah ponsel yang tengah dipegangnya.
"Aaa, gila!! Pak dosen udah punya calon," teriaknya yang membuat semua perempuan berteriak.
Brakhh!!!
Perempuan itu menggebrak meja saat mendengar berita barusan. "Heh, lo denger yah! Cerita itu cuman hoax dan juga calon sebenarnya itu gue," teriak dia sembari berkacak pinggang.
"Bagaimana bisa hoax. Berita ini sudah menjadi berita ter hot kali dan juga yang bikin berita ini langsung dari mama mertua gue."
Salah satu perempuan menghampiri yang mengaku sebagai calon Alvaro.
"Cihh! Apa lo bilang? Calon, mama mertua? Calon sebenarnya itu gue bukan lo," tegas dia sembari menyiramkan minuman yang berada di depannya.
"Pak Alvaro cuman milik gue!"
"Gak, gue!"
"Ish, gue!"
"Bacod lu pada! Calon Alvaro bukan kalian berdua atau yang lainnya," cerca Angel yang tiba-tiba datang dan kembali menyiram mereka.
"Aa! Sialan lo, lo berani sama gue dan apa lo bilang, bukan gue? Lalu siapa."
"Calon sebenarnya adalah teman gue NAFISYA," ujar Angel dengan menekan nama Nafisya. Semua pandangan langsung menuju Nafisya dengan tajam.
Nafisya tersedak saat mendengar ucapan Angel. Apa maksudnya coba? Nafisya menutup buku yang tengah dibacanya. Lalu menatap Angel yang tengah memperlihatkan gigi putihnya.
To Be Continued
Yooo vote yah, yang ikhlas saja.
Ini cerita khayalan real saya. Jika ada kesamaan mungkin itu hanya sebuah kebetulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Dosen (On Going)
AlteleWarning!! Cerita ini berganti judul karenakan kurang ngeh antara cerita sama judul. Tidak ada yang dirubah hanya judul saja yang author ganti. Jodoh Allah yang mengatur. Kita hanyalah manusia yang bisa pasrah atas kehendaknya. cinta bukan datang da...