Chapter 17

5.3K 222 2
                                    

Happy reading!!!
Yoo! Jangan lupa vote yh. Biar semangat bikin cerintanya.

                          ****

Sekarang Nafisya sudah sampai di Apartemen. Da mengerutkan keningnya saat melihat pintu Apartemen terbuka sedikit.

Nafisya bergegas lari, takutnya ada pencuri. Nafisya mengambil sapu yang berada di pojok. Dia bersiap-siap memukul jika benar ada pencuri.

Nafisya berjalan dengan Hati-hati. Dia tidak bisa melihat dengan jelas orang yang membelakanginya.

Nafisya langsung melayangkan pukulannya sembari menutup mata.

Duk! Duk!

"Aww, ssh .... Berhenti!"

"Dasar pencuri, bagaimana kamu bisa masuk Apartemen Ana!" teriak Nafisya tanpa berniat berhenti memukulinya.

"Ya Allah, Sya. Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya seseorang yang membuat Nafisya berhenti memukul.

"U-umi A-abi," lirij Nafisya dan langsung berlari memeluk mereka.

"Kenapa kalian ada disini? Dan kapan kalian sampai, bersama siapa kalian ke sini, lalu darimana kalian tau Apartemen ana?" tanya Nafisya bertubi-tubi yang membuat kedua orangtuanya terkekeh geli melihat sipat anaknya.

"Kamu ini kalau bicara satu-satu dong," ucap Uminya dan Nafisya hanya tersenyum.

"Emm apakah salah umi menemui anaknya? Kalau sampai disini sudah satu jam yang lalu dan kamu habis darimana?" jawabnya yang membuat Nafisya mengangguk faham.

"Ana habis dari rumah teman. Oh ya, jika dia bukan pencuri, lalu siap?" Nafisya bertanya-tanya dan orangtuanya hanya tersenyum dan Nafisya tidak faham maksud dari senyuman itu.

"Astagfirullah! Pak Al," cicit Nafisya saat melihat dengan jelas bahwa itu adalah Alvaro.

                            ****
Sekarang Nafisya tengah terduduk sembari menunduk. Dia malu, bahkan sangat malu. Bagaimana bisa dia memukul Alvaro. Pikirnya

"Afwan, pak. Ana tidak tahu jika itu adalah anda," lirih Nafisya.

Alvaro hanya tersenyum. "Tidak apa-apa, wajar saja kamu pukul saya. Ini Apartemen kamu dan tidak sembarang orang bisa masuk."

"Sya, apakah dia lelaki tersebut?" tanya Umi yang membuat pipi Nafisya bersemu merah. Untungnya tidak terlihat dikarenakan Nafisya memakai cadar.

Nafisya hanya bisa mengangguk dengan malu. Sungguh dia merasa sangat gugup.

"Nak, apakah kamu benar-benar serius dengan anak saya?" giliran sang Abi yang bertanya.

"Saya serius, Om," jawab Alvaro

Sang Abi hanya terkekeh. "Jangan panggil Om, panggil Abi saja. Apakah kamu tidak main-main dengan Anak saya."

"Saya serius A-abi, jika anda masij ragu saya sudah menghubungi keluarga untuk datang kesini," kata Alvaro yang membuat orang tua Nafisya menghela napas lega.

"Baiklah, Abi sudah merestui. Namun, semuanya Abi serahkan kepada Nafisya. Apakah dia bersedia atau tidak. Kami akan menunggu kedatangan keluarga kamu,Nak."

"Jadi, Nafisya apakah keputusan kamu?" tanya Alvaro yang membuat Nafisya gugup luar biasa.

Nafisya rasa lidahnya kelu, dia bingung harus mengucapkan kata apa? Dan sekarang dia sudah menemukan pilihannya.

"Ana ----"

Tbc
Hehe ... Maaf gantung, ada yang penasaran dengan cerita selanjutnya. Tunggu aja yah.
Menurut kalian keputusan Nafisya bagaimana?

Sweet Dosen (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang