Chapter 14

5.5K 232 5
                                    

Happy reading!!!
Jangan lupa vote yahh

****

Setelah berbincang dengan kedua orang tuanya. Alvaro berniat menghubungi Nafisya dan mengatakan bahwa besok dia siap untuk ke rumah orang tua Nafisya.

Tapi tunggu! Dia tidak mempunyai nomor Nafisya. Akh ya! Dia baru ingat dulu pernah meminta nomor semua mahasiswa dan pasti salah satunya ada nomor Nafisya.

Alvaro berjalan dengan terburu-buru pada arah nakas. Dia haru mencari catatan itu dan dapat! Alvaro mengambil catatan itu. Mencari satu persatu nama yang dicarinya.

Setelah menemukan nomor tersebut, Alvaro mengambil ponselnya dan mengetik nomor tersebut. Tidak aktif! Apakah Nafisya tengah sibuk? Tapi, yang dikatakan disana nomornya sudah tidak aktif.

Apakah Nafisya sengaja, tapi buat apa? Apakah dia tau Alvaro pasti akan menghubunginya.

****

Nafisya tengah siap-siap pergi ke rumah Angel. Tadi, dia sempat membuat janji akan pergi ke pasar malam. Itu pun Angel yang memaksa dan Nafisya hanya mengangguk saja.

Nafisya berjalan keluar dari apartemen. Dia turun ke lantai dasar dengan menaiki Lift.

Saat sudah di pinggin jalan tiba-tiba.

Brukhhh!!!

"Aww, hehh! Kalau jalan pake mata," bentak seorang pria.

Nafisya terkejut, bukan salahanya, kok malah dia yang di salahkan. Seharusnya dia yang marah. bagaimana tidak, dia bersepeda di tempat pejalan kaki.

"Afwan, seharusnya anta yang hati. Ini untuk pejalan kaki bukan untuk bersepeda."

Nafisya berniat pergi dikarenakan taxi yang sudah menepi.

"Ehh! Suka-suka gue lah, ini jalan bukan punya nenek moyang lo juga," cerca dia sembari menarik tangan Nafisya.

Nafisya menghentakan tangan pria tersebut. Bagaimana bisa dia menyentunhya sungguh tidak sopan.

"Apakah anda punya sopan santu?" tanya Nafisya.

"Cihh! Gue gak butuh sopan santun dan jangan sok suci lo. Palingan lo udah dijamah sama orang, makanya pake begituan."

Perkataannya sungguh membuat hati Nafisya sakit. "Anda tudak usah so tau, lebih baik anda perbaiki terlebih dahulu akhlak sebelum berbicara seperti itu kepada Ana."

Nafisya pergi setelah mengucapkan itu. Pria itu hanya mematung, apakah dia keterlauan? Pikirnya.

Setelah taxi yang membawa Nafisya pergi, pria itu masih mematung dan langsung membenarkan sepedanya yang tergeletak.

Gawainya berbunyi, dia merongon saku celananya dan melihat nama "Macan" disana. Dengan berat hati dia mengangkat telpon dari macan atau adiknya.

"Abanggg!!" teriak seorang wanita dengan lengkingan yang sangat keras dan membuat pria itu menutup telinga.

"Apa bego! Gue denger kali. Kagak usah tereak bisa," ketus pria tersebut berdecak sebal.

"Ish! Bego? Siapa yang bego? Kakak berani sama aku," teriaknya.

"Iya, sorry macan, ada apa?" tanya pria tersebut mengalah.

"Buruan pulang, aku mau pergi dan rumah gak ada yang jagain," ujarnya yang membuat pria itu menghela nafas.

"Kan dirumah banyak orang, ada pelayan, satpam bibi, kenapa juga aku harus pulang. Emangnya lo mau kemana sih, bukannya diem aja di rumah, gue masih punya urusan" ketusnya.

"Oh gitu ya, kalau gitu aku bakal aduin sama mami minggu kemaren kakak balapan lagi," ancamnya.

"Oke, gue OTW sekarang."

Tbc
Gimana ceritanya masih amburadul yah! Menurut kalian seru gak sih? Jangan lupa baca juga yang cerita ANISYA(Cinta Yang Abadi) yah guys!
Dijamin seru🍁

Sweet Dosen (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang