Chapter 22

6.5K 247 0
                                    

Jangan lupa vote yah, biar semangat mengtiknya.

Happy reading!!!

****

Nafisya hanya bisa mendesah pelan. Bagaimana beritanya bisa tersebar begitu cepat.

"Sudahlah, itu hanya berita biasa. Ana tidak terlalu mempermasalahkannya." Nafisya berlalu pergi meninggalkan Angel yang menganga mendengar penjelasan Nafisya.

"Oh God! Sya, berita ini sudah menjadi topik panas di setiap berita. Disini juga sudah di sebutkan kalian akan menikah 2 minggu lagi," kata Angel yang membuat Nafisya menghentikan langkahnya.

"Apakah beritanya segitu detail?" tanya Nafisya penasaran.

Angel mengangguk dan merangkul bahu Nafisya. "Ya ampun, bentar lagi kamu nikah dan jangan lupa undang aku."

Nafisya hanya terkekeh geli. "Tentu saja ana akan mengundang kamu," Angel memeluk Nafisya dengan erat. Sungguh dia sangat bahagia, bahwa sebentat lagi sahabatnya akan segera menikah.

Nafisya masuk ke dalam kelas. Saat dia masuk semua mata tertuju padanya, Nafisya hanya bisa menunduk. Dia tau, semua orang benci kepadanya karena telah merebut Dosen impian mereka semua.

Nafisya juga tidak tahu bahwa ini semua akan terjadi. Ini semua sudah takdir dari Allah dan Nafisya tidak bisa menolaknya.

"Huh! Ada penghianat nih. Heh! Lo kasih jaminan apa buat pak Al, sampai dia mau nikahi lo?" tanya Dina.

"Heh! Mungkin dia nyerahin diri buat pak Al atau dia jadi jalang," jawab yang lain dengan tawa mengejeknya.

Semua yang berada di ruangan itu tertawa. Nafisya benar-benar gugup. Mungkin sudah nasibnya begini.

Nafisya mengabaikan perkataan mereka dan duduk di kursi seperti biasa. Salah satu siswi menselonjorkan kakinya. Nafisya tidak melihatnya dan Akhirnya terjatuh.

Brukhh!!

Semua orang menertawakan Nafisya tidak ada yang berniat untuk membantu. Tawa itu hilang setelah mendengar suara bariton yang sangat mereka kenal.

"Apa yang kalian lakukan? Membullying? Kalian sudah dewasa dan kelakuan kalian seperti anak kecil. Nafisya kamu duduk di kursi dan buat kalian yang membuat ulah berdiri di depan sampai pelajaran saya selesai," perintah Alvaro yang membuat semua mahasiswa terdiam.

***

Saat pelajaran sudah selesai Nafisya hanya terdiam di kursinya. Dia menunggu Angel yang akan datang. Nafisya tidak sendiri, sebenarnya Alvaro juga berada disana.

Nafisya tidak terlalu memikirkan adanya Alvaro. Sesekali Alvaro bertanya dan Nafisya hanya menjawab seadanya. Bagi Nafisya keadaannya sangat canggung.

Tiba-tiba seseorang membuka pintu dan ternyata itu adalah Angel.

"Ups! Sepertinya aku menganggu waktu kalian," goda Angel yang membuat Alvaro menatap dengan dingin.

"Angel kamu sudah tiba, kalau begitu ayo kita pergi," ujat Nafisya, berdiri dari duduknya dan berjalan pergi.

Angel menggaruk kepalanya. "Emm,,, sepertinya kita tidak bisa pulang bareng. Kamu pulang sama pak Al saja ya." Angel meninggalkan Nafisya.

"Ya sudah kalau begitu kita pulang, dan juga kamu tadi tidak papa?" tanya Alvaro. Tangannya dengan gesit membereskan meja tanpa melirik Nafisya.

"Ana tidak papa pak, kalau begitu ana famit," ujar Nafisya yang membuat kegiatan Alvaro terhenti.

"Apakah kamu tidak faham dengan kata pulang dengan saya?" kali ini suara Alvaro terdengar dingin dan itu cukup membuat Nafisya gugup.

"Kamu tunggu saya di parkiran, nanti saya akan menyusul. Jangan coba-coba buat kabur."

Nafisya mengangguk dan langsung pergi. Meninggalkan Alvaro yang menghela napas dengan gusar. Sungguh sekarang dia merasa kesal. Entah itu kelakuan siswa terhadap Nafisya.

****

Dua minggu sudah berlalu dan sekarang adalah hari dimana Nafisya akan menjadi istri sah Alvaro.

Kedua keluarga sudah siap semuanya. Mereka hanya tinggal menunggu kedatangan pengantin wanita.

Alvaro terlihat sangat gugup. Peluh keringat membasahi dahinya. Orang lain melihat peluh itu seperti Alvaro baru saja marathon.

Tak lama datang Nafisya dengan balutan gaun yang 2 minggu lalu di pilih Alvaro. Alvaro tidak bisa mengalihkan padangannya dari Nafisya.

Sungguh Alvaro merasa beruntung bisa memilih Nafisya. Semua orang tersenyum melihat Alvaro yang menatap Nafisya tanpa berkedip.

Nafisya sudah duduk di samping Alvaro. Acara akad dilaksanakan dengan hidmat.

Setelah acara akad selesai, Alvaro menghadap ke arah Nafisya, dia mengulurkan tangannya pada kening Nafisya dan mengucapkan sebuah do'a.

Alvaro mengecup kening sang istri tercintanya dan Nafisya juga mengecup tangan Alvaro.

Mereka semua menyaksikan itu semua hanya bisa tersenyum. Sungguh dalam pikiran mereka semua Alvaro dan Nafisya adalah pasangan paling serasi.

Acara selesai sampai pukul 7 malam. Acaranya sangat meriah, Nafisya sungguh pegal berdiri menunggu para tamu yang mengantri mengucapkan selamat.

Nafisya masuk kedalam kamar yang diketahui adalag kamar Alvaro. Kamar yang bernuansa abu putih dengan aroma mint.

Setelah di dalam kamar, Nafisya duduk di depan cermin rias. Dia melepaskan pernak-pernik perhiasan. Nafisya tidak mengetahui bahwa Alvaro tengah berjalan ke arahnya.

Alvaro memeluk Nafisya dari belakang. Sungguh dia tidak bisa mengendalikan dirinya. Dia ingin cepat-cepat memeluk Nafisya untuk pertama kalinya.

Nafisya manahan napas untuk beberapa saat. Dia terkejut saat Alvaro memeluknya. Nafisya menghela Nafas dan memeluk erat Alvaro yang setia memeluk lehernya.

"Eh pak Al, kenapa?" tanya Nafisya gugup.

Alvaro semakin menenggelamkan kepalanya pada leher Nafisya yang tertutup hijab dan juga cadarnya. Sesekali Alvaro mencium yang membuat Nafisya kegelian.

"Jangan panggil saya pak Al, panggil yang lain," ujar Alvaro semakin mengeratkan pelukannya.

"Terus ana harus panggil apa?" tanya Nafisya.

"Sayang, honey, Abi atau Mas juga boleh," tutur Alvaro yang membuat Nafisya tersenyum.

"Kalau ana panggil Mas saja bagaimana?" tanya Nafisya. Alvaro hanya bisa mengangguk.

"Honey, aku ingin lihat wajah kamu, boleh." Nafisya tersenyum hangat, dia melepaskan pelukan itu dan menghadap pada Alvaro.

"Tentu saja, Mas," lirih Nafisya.

Tbc
Hehe ... Maaf yh aku percepat ceritanya. Aku tidak suka cerita yang berbau sedih, jadi dalam cerita ini pasti banyak yang bikin kalian baper. Tapi, sedih sedikit pasti ada.

Warning!
Cerita selanjutnya hanya bisa oleh dibaca oleh orang yang cukup umur. Jangan ngeyel, buat kalian yg belum cukup umur bisa di skip aja...

Sweet Dosen (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang