Chapter 9

5.8K 269 3
                                    

Yoo! Jangan lupa vote yah!

Happy Reading!!

***

Semua orang yang berada dalam ruangan itu hanya bungkam. Mereka tidak berani untuk bicara. Di satu sisi mereka takut akan Rose dan disatu sisi mereka juga takut akan Alvaro.

"Saya tanya sekali lagi! ada apa ini, apakah kalian tidak mendengar ucapan saya?" ulang Alvaro dengan ucapan yang sangat menusuk.

Salah satu siswa berdiri dan mengacungkan tangannya. "E-eh anu pak, Rose yang melakukannya. Dia ingin membuat pelajaran buat Nafisya," ucapnya seraya menunduk. Rose hanya melototkan matanya begitu nama dia disebut.

"Loh, kok lo malah pitnah gue sih! Gak kok pak, bukan saya," elak Rose dengan ucapan di buat sedih.

"Sungguh kekanakan sipat kamu. Sekarang kamu bersihkan toilet wanita dan nilai kamu Nol besar," ucap Alvaro to the point.

"Dan kamu! Bawa dia buat ganti baju," sambung Alvaro kepada Angel.

****

"Kamu gak papa?" tanya Angel yang dibalas anggukan oleh Nafisya. Angel hanya menghela napas. Dia tau sebenarnya Nafisya tidak baik-baik saja.

"Kamu gak bisa bohong sama aku Sya! sebenarnya kamu terkejut bukan," imbuh Angel dan Nafisya hanya menggeleng.

Saat Nafisya selesai mengganti pakaian, dia kembali ke kelas dan Alvaro mempersilahkan. "Apa kamu baik-baik saja?".

Hening, semua yang berada di ruangan itu terdiam sesaat saat dosennya menanyakan keadaan salah satu mahasiswi dan itu adalah hal yang langka untuk seorang Alvaro.

Mereka semua mulai curiga bahwa ada sesuatu antara Alvaro dan Nafisya.

"Ana baik-baik saja, Pak," jawab Nafisya tanpa melihat ke arah Alvaro.

'Apakah dia masih marah? Sampai-sampai tidak mau menatapku' monolog Alvaro sembari menghela Napas.

                            ****

Sekarang pelajaran sudah selesai. Semua Mahasiswa berhamburan keluar, ada yang pulang, ke kantin ataupun ke perpustakaan.

Nafisya tengah berjalan di koridor kampus dengan hati-hati. Tiba-tiba dia merasa kepalanya pening dan badan yang panas.

Saat dia melewati perpustakaan, tib-tiba seseorang menarik tangannya. Nafisya sempat terkejut, tapi syukurlah itu adalah Alvaro.

"Tunggu! Ada yang ingin saya bicarakan dengan kamu," ujar Alvaro dengan gamggamannya semakin erat pada Nafisya.

Nafisya terkejut kala Alvaro semakin memegang erat tangannya. Dengan refleks dia melepaskan tangannya dan menunduk. Alvaro yang merasa faham hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia sungguh malu, untuk pertama kalinya dia memegang tangan perempuan selain Mamanya.

"Maaf, saya tidak sengaja."

Nafisya hanya mengangguk dan melangkah pergi.

"Apakah kamu menjauhi saya?" tanya Alvaro yang membuat langkah Nafisya terhenti. Nafisya hanya menggeleng tanpa mengeluarkan suara.

"Terus kenapa?"

"Afwan pak, ini kampus dan tidak baik berdua 'an. Nanti orang salah faham, lagian bapak tidak pantas berbicara dengan saya disaat bapak sudah punya calon." Nafisya mengeluarkan semua perkataan yang dia tahan. Sebenarnya, Nafisya juga malu. Bagaimana tidak, dia seperti sedang cemburu.

Alvaro hanya mengerutkam keningnya. Calon? Calon apaan? Kan calon sebenarnya ada di depan Alvaro.

Nafis merasa kedua papinya panas. Tanpa mengucapkan kata Nafisya pergi meninggalkan Alvaro yang masih setia dengan kebingungannya.

TBC

Sweet Dosen (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang