Chapter 18

5.4K 210 3
                                    

Happy reading!!!
Jangan lupa vote atau komennya yah guyss!

                       ****

Nafisya sudah mendapatkan keputusannya, baru saja akan berkata tiba-tiba bel Apartemen berbunyi.

"Emm ... Mungkin itu keluarga saya, saya permisi sebentar," ujar Alvaro.

"Tidak perlu, Nak. Kamu tamu disini, biar umi saja yang membukanya," ucap umi dan langsung pergi.

Dugaan Alvaro benar, itu adalah orang tuanya. Dia berpikir orang tuanya tidak akan kesini.

"Silahkan masuk," ujar umi Nafisya mempersilahkan.

Orang tua Alvaro hanya tersenyum. Mereka sempat berpikir bahwa yang Alvaro ucapkan kemarin hanya main-main saja.

"Terima kasih."

Sekarang mereka sekeluarga sudah berkumpul. Mereka sudah membicarakan soal lamaran Alvaro dan orang tua Nafisya sudah menyetujui, namun keputusan berada di tangan Nafisya.

"Jadi, Sya! Bagaimana keputusan kamu?" tanya Umi.

Nafisya tersenyum sembari menatap Alvaro sekilas. "Ana menerima lamaran bapak," ujar Nafisya yang membuat dua keluarga bernafas lega.

"Alhamdulillah, kalau begitu pernikahan akan diadakan 2 minggu lagi," ujar ayah Alvaro yang membuat Nafisya terdiam. Apakah secepat itu?

"Daddy, apakah tidak terlalu cepat?" tanya Alvaro.

Sang Daddy hanya terkekeh, melihat putranya sudah dewasa. "Tidak, Daddy ingin pernikahan ini cepat dilaksanakan. Lebih cepat lebih baik."

"Bagaimana Nak, kamu siap?" tanya Ibu Alvaro kepada Nafisya.

"Ana siap-siap saja, Tan."

"Tuh lihat, Nafisya aja setuju," godanya pada Alvaro.

Alvaro hanya menggeram kesal. Bisa-bisanya sang mommy menggoda dirinya. Sungguh buat malu saja.

"Ya sudah kalau begitu kami famit. Nanti kita bicarakan kembali soal pernikahan anak-anak kita."

                        ****

Sesampainya di rumah. Orang tua Alvaro selalu saja menggodanya. Dia seharusnya pulang ke Apartemen saja jika tahu akan begini.

"Ishh! Mommy, berhenti menggoda Al," teriak Al frustasi. Sudan keberapa kalinya sang mommy menggodanya.

"Ehemm ... Anak mommy mau nikah nih, ciee! Mommy kira kamu bakal melajang terus," ujar sang Mommy.

"Mommy, Al sudah dewasa dan sudah sewajarnya mencari pendamping hidup bukan."

"Emm ... Waktu mommy tanya belum siap. Ini tiba-tiba mau lamaran aja."

"Wahh! Kak Al mau nikah, yeyy! Alis bakal punya temen buat main boneka." Alisa tertawa girang sembari berlarian.

"Alis, jangan lari, Nak! Nanti jatuh," peringat sang

Alisa langsung berhenti berlari dan memeluk Daddynya. "Daddy, apakah Kal Al bener akan menikah?" tanya Alisa yang berada di pangkuan Pak Alvano.

"Iya sayang. Tapi, kak Al tidak akan tinggal di rumah ini, dia akan tinggal di rumahnya sendiri," ucap Alvano yang membuat Alisa cemberut.

"Yahh! alisa gak punya temen main dong," lirih Alisa.

Sang Daddy memeluk erat putri mungilnya. "Jangan terlalu sedih, kapan-kapan kak Al akan ke sini kan Kamu ada kan Alvi."

"Gak mau, kal Alvi itu dingin kayak es dan datal kaya tembok," gerutu Alisa yang membuat mereka semua tertawa terkecuali Alvaro dan Alvian yang tengah duduk di depan televisi.

Sebenarnya Alvian sedari tadi mendengar ucapan mereka. Dia terlalu malas untuk bertanya dan lebih baik dia fokus saja pada televisi.

Tbc

Sweet Dosen (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang