#7

4.7K 669 25
                                    

Triple ap nyohh...
.
.

Mereka berdua duduk di tepi Sungai Han. Donghyuck menghisap rokoknya dan sesekali meneguk soju yang dibeli tak jauh dari sana. Sedang Mina tak melakukan apapun-- kelewat tenang. Atensinya penuh pada pemuda manis di sebelahnya.

"Aku masih sangat mencintaimu," Mina berucap penuh harap.

Donghyuck menoleh dan tersenyum. Mengusak rambut wanita yang lebih tua darinya itu. "Lalu?"

"Kita bisa mengulang semua dari awal tanpa Mark," Mina menjawab mantap.

Donghyuck menghela napasnya berat sekali. Mark lagi, Mark lagi. Nama pria itu seperti gas beracun yang menyesakkan rongga dadanya.

Mina mengikis jaraknya dan bergelayut manja pada bahu kokoh Donghyuck. Ia menduselkan kepalanya ke dada Donghyuck yang tertutup kaos hitam, menghirup setiap bulir aroma jantan dari mantan kekasihnya ini.

"Aku selalu menunggu saat seperti ini. Kembali ke masa di mana mereka tidak menganggu kita. Kembali menjadi wanitamu,"

"Aku tidak bisa noona,"

"Kenapa?" Mina menegakkan kepalanya dan memandang penuh tanya.

"Tidak ada alasan khusus. Hanya saja, mengembalikan hatiku yang sudah kau dan kekasihmu itu hancurkan tak semudah membalikkan telapak tangan. Aku memang masih menyimpan rasa padamu tapi lupakan saja untuk menjalani sebuah hubungan."

Dengan mata memerah, menahan tangis dan sakitnya penolakan, Mina masih menyimpan harap pada Donghyuck.

"Tak masalah. Siapa pun aku bagimu, yang penting aku ada di sampingmu. Itu sudah cukup Hyuck, please..."

Donghyuck tidak menjawab dengan suara, karena selanjutnya yang terdengar adalah suara dari cecap lidah bertaut bertukar saliva antara mereka berdua. Di sini, di tepi Sungai Han dengan temaram lampu jalan.

Mina jelas bahagia. Rasa di hatinya masih membara seperti dulu setiap kali bersama Donghyuck.

Tapi tidak bagi si pemuda manis itu. Kala matanya terpejam dan memperdalam pagutannya, dia tahu ada yang salah.

Ada yang berbeda.

Ciuman ini memang panas, tapi tidak membara. Tidak menggetarkan jiwanya. Tidak membakar gairahnya. Tidak membangkitkan perasaan lain di hatinya.

Ciuman ini berbeda dari yang biasanya dia lakukan bersama Mark.

Dan Donghyuck merindukan Mark malam ini.

•••

Jungkook yakin sekali pernah mendengar nama Mark Lee. Entah di mana dan kapan. Jujur saja, sejak awal dia tak setuju soal Donghyuck menerima 50 juta won sebagai bayaran untuk mendekati kekasih butanya itu.

Instingnya sebagai kakak angkat Donghyuck sejak di panti asuhan membuatnya tak pernah salah dalam menilai. Dan Jungkook tahu ada yang tidak beres.

Penat dengan pikiran kusutnya, Jungkook memutuskan pergi minum kopi di sebuah kafe. Sambil menunggu pesanan, ia memainkan ponsel. Mengecek beberapa notifikasi pesan.

"Jungkook?"

Orang yang dipanggil mendongak. "Taeyong hyung?"

"Hei, apa kabarmu bro?" tanya Taeyong sambil menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Jungkook.

"Aku baik. Kau apa kabar?" balas Jungkook semangat. Dia tidak mungkin lupa pada lelaki tampan berbahu lebar yang selalu membantunya dulu saat SMA.

"Baik. Sendirian saja?"

Jungkook mengangguk. Ia mengamati sebentar Taeyong yang menenteng begitu banyak paperbag dengan logo Channel dan Saint Laurent.

"Woah, orang kaya seleranya mahal ya!" tunjuk Jungkook pada benda itu dan Taeyong hanya mengendikkan bahu kemudian meletakkan belanjaannya.

"Bukan punyaku. Kau tahu kan aku suka barang lokal, yang etnik."

"Lalu?"

"Titipan adikku. Dia akan pergi ke luar negeri besok, beberapa pakaian untuk dipakai di sana."

"Adik?" Jungkook mengernyit. Karena setahu dia, dulu Taeyong anak tunggal.

"Ya, adik tiriku. Selepas lulus SMA ibuku menikah lagi dengan ayahnya. Dan adikku sekarang seorang CEO di perusahaan keluarga kami."

"Ohh, siapa namanya hyung?"

"Mark Lee."

GLEG!

•••

Donghyuck terbangun ketika sapaan lembut Mina menyapu gendang telinganya.

"Pagi sayang! Aku sudah menyiapkan omelet tuna kesukaanmu. Ayo bangun, jangan malas."

Tersenyum kecut mengingat semalam ia menarik Mina dalam dekapannya di atas ranjang. Tidak, dia tidak melakukan seks. Hanya tidur berpelukan melepas rasa rindu dan kesakitan. Mengingat kembali kenangan mereka.

"Poppo..." goda Donghyuck manja sambil menaikkan alis. Dan Mina hanya tergelak memukul bahunya.

"Nakal! Sejak kapan kau minta poppo? Dulu saja kau kudekati merinding,"

Donghyuck tak menggubris lagi. Memilih berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Mina membereskan kamar Donghyuck yang serupa kapal pecah. Kacau sekali. Botol minuman, bekas rokok berserakan, satu dua linting daun laknat pun ia temukan. Miris. Donghyuck benar-benar liar sekarang.

Lalu matanya sedikit menyipit mendapati sebuah gelang berwarna hitam dengan ornamen batik. Ada tulisan di sana.

MARKHYUCK?

Apa itu Markhyuck? Ini milik Donghyuck atau siapa? Mina hanya meletakkan asal di meja.

Kemudian kegiatannya terhenti saat suara ponsel Donghyuck berbunyi. Sebuah pesan masuk. Merasa tak ada yang salah jika dia membukanya. Toh, dia dan Donghyuck dekat.

Matanya membulat, kaget setengah mati. Dia hapal susunan angka ini. Ini nomor ponsel Mark.

From: Lovely Mark

Sayang, jangan lupa ke rumah nanti siang. Aku kangen dirimu. Mark love Hyuck so much.

Mina refleks menjatuhkan ponsel Donghyuck. Ini tidak benar. Tidak mungkin. Dan dia tidak percaya.

Donghyuck dan Mark?

To be continued
.
.

Untold || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang