#5

5K 709 36
                                    

Donghyuck pergi menghabiskan waktunya di tempat biasa. Sebuah club kecil yang dikelola Taehyung bersama Jungkook. Meski kecil tapi cakupan pengunjungnya tidak main-main. Mereka berasal dari kalangan atas.

Kelab ini bebas. Bukan hanya sekedar bir dengan toleransi alkohol beragam yang ada di sana tapi juga wanita malam serta obat-obatan. Ucapkan terima kasih pada Jungkook yang punya orang dalam kepolisian sebagai pelindung dari setiap pemeriksaan bulanan pada setiap club oleh pihak berwajib.

Clubnya selalu dinyatakan sehat.

Donghyuck baru sampai ketika melihat Taehyung selesai menghisap lintingan laknat itu. Tertawa-tawa bersama kekasihnya. Seolah tak peduli lagi sekitar.

"Masih banyak Lee, ayo sedikit longgarkan syarafmu dan bersenang-senang."

Taehyung menunjuk pada barang yang berserakan di atas meja. Beberapa lintingan kecil bersama bungkusan bubuk putih yang Donghyuck tentu tahu itu apa.

Bukankah dia pernah memakainya juga? Meski bukan pecandu.

"Aku sedang tak ingin," jawab Donghyuck singkat sambil duduk dengan kaki diangkat ke meja. Ia menenggak sebotol soju dengan ekspresi muram.

"Ada masalah?" tanya Jungkook yang sedikit aneh melihat bayi pudu yang biasanya ceria itu agak sendu.

"Bukan apa-apa," jawab Donghyuck singkat.

Seorang gadis berpakaian minim datang dan langsung duduk di pangkuan Donghyuck. Kim Yewon atau biasa dipanggil Umji, sepupu Jungkook.

Sedikit bermain pada kancing kemejanya, mencoba menggoda-- isyarat akan ajakan melakukan sesuatu malam ini.

"Sorry noona, aku sedang tidak selera." Donghyuck menolak halus.

Umji berkerut. "Oh God! Kau benar-benar berubah Hyuck. Sejak berpacaran dengan si buta itu kau tidak mau lagi sedikit bersenang-senang dengan kami,"

Donghyuck mendorong kasar Umji dari pangkuannya. "Jangan panggil dia si buta!"

"Kenapa? Atau harus kusebut cacat sekalian?"

"Asshole!" jawab Donghyuck mengepalkan tangan. Jika saja Umji bukan wanita, sudah dihajarnya bibir itu.

"Hei sudahlah, jangan tegang. Kendorkan sedikit syaraf kalian," Taehyung menengahi sambil menyodorkan segelas racikan wine kepada Donghyuck.

"Umji benar. Kau sekarang kurang bersenang-senang. Ayo nikmati pestanya malam ini!" imbuh Taehyung.

Tanpa pikir panjang Donghyuck meminum habis minuman itu lalu membanting gelasnya begitu saja. Pergi ke pojokan di mana sofa kosong menganggur. Memutuskan duduk di sana sendirian.

Sementara tak jauh, Taehyung menyeringai halus sambil berbisik sesuatu pada Umji.

•••

Pukul delapan pagi dan Taeyong gelisah. Batang hidung Donghyuck tidak tampak sama sekali sedangkan situasi sedikit darurat di kediamannya. Mark tiba-tiba menolak makan jika bukan Donghyuck yang menyuapi.

"Di mana bocah itu?" Taeyong menggumam dengan geram sambil menekan kontak Donghyuck berkali-kali tapi ponselnya tidak aktif.

Dia memutuskan naik kembali ke lantai dua, mengintip keadaan Mark di dalam kamarnya.

"Aku tahu kau di pintu hyung!" ucap Mark meninggi sambil menghadap ke arah balkon. Membuat Taeyong tersentak.

"Di mana Donghyuck?" tanya Mark.

"Tidak tahu. Dia belum datang, biasanya tidak begini."

"Aku mau ke apartemennya," seru Mark tiba-tiba. Membuat Taeyong terperanjat.

"Lho, untuk apa? Kita tunggu saja dia di sini,"

"Apa aku tidak boleh pergi ke rumah kekasihku sendiri?"

Dan Taeyong bungkam tak bisa membantah. Masalahnya bukan pada Mark tak boleh datang ke sana. Tapi masalahnya adalah Taeyong tahu Donghyuck itu siapa dan apa saja yang ada di sana.

"Hyung, apa kau menyembunyikan sesuatu? Bukankah kau tahu tempat tinggal Donghyuck?"

Mark masih menatap kosong ke depan. Menunggu sahutan dari kakaknya.

"Ok. Kita ke sana sekarang!"

•••

Donghyuck menggeliat terbangun. Matanya terbelalak ketika mendapati tubuh mulus itu terbalut selimut tepat di sampingnya. Sialan Taehyung! Harusnya dia tahu jika si alien itu suka menjahilinya dengan obat perangsang.

Dan pasti racikan wine semalam sudah diracuninya dengan benda itu. FUCK!

Teringat pada malam panasnya bersama Umji yang mengambil kesempatan dengan mengantar Donghyuck yang sedang ON itu pulang ke apartemennya. Tentu saja Donghyuck tak bisa mengendalikan diri begitu merasa naik dan disuguhi sesuatu menarik di depan mata.

Bukankah dia memang begitu?

Donghyuck turun dari ranjang dan memakai boxernya. Masih bertelanjang dada dengan rambut acak-acakan tidak mengurangi pesona liarnya. Wajar saja jika banyak gadis mengantri cintanya meski itu sia-sia.

Donghyuck sudah pernah patah hati.

Dan itu tak akan terulang lagi.

Dia tidak akan mau jatuh cinta pada siapa pun. Sekali pun akhir-akhir ini wajah Mark terus berputar di otaknya, tapi semua hanya karena uang. Tidak lebih.

Donghyuck berjalan ke arah lemari pendingin, mengambil sebotol air mineral dan menenggak habis. Teringat ponselnya yang semalam kehabisan daya buru-buru Donghyuck mencolokkan chergernya.

Begitu dinyalakan ada puluhan pesan suara dari satu nama, Lee Taeyong. Serta banyak pesan masuk berisi pertanyaan kenapa Donghyuck tidak juga datang ke sana?

Hari ini dia ingin santai. Persetan soal Mark yang merajuk tidak mau makanlah, tidak mau mandilah. Terserah!

Lagipula dia bukan kekasih sungguhan, kenapa harus repot?

Donghyuck baru saja ingin mandi saat suara bel menggema. Serta ketukan pintu tidak sabaran. Mengutuk pada intercom yang rusak sejak kemarin jadi dia tidak bisa melihat siapa yang datang.

Dengan malas ia membuka kenop pintu dan...

"MARK!"

Mata bulatnya hampir melompat keluar saat mendapati Taeyong berdiri di depan sana bersama Mark di atas kursi roda.

"Aku kangen kau. Mau makan disuapimu, mengapa tidak datang?" Mark bertanya tanpa basa-basi.

Donghyuck menatap Taeyong dengan tatapan seribu tanya, namun Taeyong hanya mengendikkan bahu.

"A-aku..." Donghyuck baru saja ingin menjawab saat Umji keluar dari kamar dengan selimut menutupi tubuh dan menghampiri mereka.

"Donghyuck siapa tamunya?" tanya Umji santai.

Sedang Donghyuck membeku. Mereka berada pada satu titik yang sana. Berhadapan, di mana Umji yang kacau dengan tubuh telanjang berbalut selimut dan kissmark sisa semalam di lehernya beserta Donghyuck yang shirtless berdiri di depan Mark dan Taeyong.

Taeyong sudah mengepalkan tangan, marah pada Donghyuck. Namun berbeda dengan Mark yang masih berwajah datar seperti biasa, ofc.

Donghyuck menegang dengan dada sesak.












Mark tidak bisa melihatnya bukan?

To be continued
.
.

Untold || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang