#8

4.5K 688 79
                                    

Donghyuck baru saja keluar dari kamar mandi ketika Mina menghujaninya dengan banyak pertanyaan.

"Katakan apa hubunganmu dengan Mark? Kenapa dia memanggilmu sayang? Sudah berapa lama kalian begini? Jelaskan Hyuck!"

Donghyuck mengikat erat bathrobenya dengan santai, seolah tidak ada sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Padahal Mina menunggu setiap untai jawaban dari pertanyaannya.

"Tidak ada yang harus kau takutkan noona,"

"Tidak ada katamu? Lee dengarkan aku! Jauhi Mark apapun alasannya. Ini bukan soal aku sebagai mantan pacarmu atau mantan pacarnya. Ini juga bukan karena aku cemburu. BUKAN!"

Donghyuck mencium pipi Mina sambil terkekeh. "Kau cantik saat ketakutan,"

"Aku tidak bercanda Lee."

Donghyuck mengambil ponselnya dan membuka pesan yang dikirim Mark padanya tadi. Mina menunjuk cepat. "Mark tidak bisa melihat. Bagaimana dia bisa mengetik pesan?"

"Ini ketikan Taeyong hyung, noona. Dia sering mengirimiku pesan dan berkata jika Taeyong hyung yang melakukannya,"

"Sejak kapan kau menjalin hubungan dengan Mark? Apa kau gila?" Mina berteriak tidak terima.

Donghyuck mengambil sebatang rokok dan menyalakannya. Dia duduk santai di sofa dengan seringai halus tergambar di wajah innocent.

"Jangan bertingkah seperti itu. Mark itu manusia biasa, tak ada yang harus dicemaskan. Lagipula selama ini dia cukup baik padaku. Soal apa yang terjadi di dalam hubungan kami, itu urusanku."

Mina mematung.

Tidak. Ada sesuatu yang salah di sini.

•••

Taeyong meletakkan ponselnya di meja tak jauh dari keberadaan Mark.

"Aku sudah mengetikkan pesanmu Mark," Taeyong berucap datar.

Mark tersenyum puas. "Ya, terima kasih kakak lelakiku yang tampan. Kau tahu saja jika kondisiku sedang tak bisa memegang ponsel,"

Bola matanya bergerak malas melihat Mark yang sedang asyik menikmati sesi massage dengan seorang gadis cantik di sana.

"Apa dia sudah tahu?" tanya Taeyong kemudian. Dijawab Mark dengan lambaian tangan isyarat 'tidak'.

Lelaki tampan itu membalik badannya yang tadinya tengkurap. Membiarkan sang gadis pemijat membalurkan minyak zaitun ke seluruh area tubuh atasnya. Tentu saja dengan sedikit sentuhan seduktif.

"Dia menyukaimu Mark, aku bisa melihatnya."

"Aku juga menyukainya. Sangat-sangat suka pada Lee Donghyuck hingga aku ingin mengikatnya dengan sangat erat," balas Mark sambil menutup mata. Menahan rasa nikmat ketika beberapa otot yang menegang dikendurkan bersamaan jemari lentik si gadis bekerja.

"Aku akan kembali ke kantor jika kau tidak membutuhkanku lagi. Jangan lupa bawa berkas di atas meja kerjamu. Proposal itu diminta rekanan kita di Macau besok. Dan pesawatmu berangkat pagi sekali."

Taeyong berlalu meninggalkan Mark yang sedang menikmati waktu santainya.

Ya.

Santai,

Sebelum besok...

Dia kembali menjadi-










MARK LEE yang sebenarnya.

•••

Mereka berciuman mesra seolah lama tidak dipertemukan. Donghyuck melepaskan lebih dulu tautannya dan menangkup kedua pipi tirus sang kekasih.

"Ada apa? Kenapa memintaku datang ke rumahmu?"

Mark tersenyum sambil meraba punggung Donghyuck. Mengusapnya perlahan naik turun.

"Besok aku pergi sebentar. Jangan nakal ya,"

Donghyuck tertawa lalu mencubit pinggang si tampan. "Tidak nakal kok! Aku menurut,"

Mark turun dari ranjangnya dan dengan sigap Donghyuck memegang tangannya. Menuntun ke sofa untuk duduk.

"Aku belum minum obat. Apa obatku masih ada?" tanya Mark.

Donghyuck membuka laci nakas dan mendapati sebungkus kapsul di sana. Mengambilnya dengan senyum dikulum kemudian.

"Habis. Obatmu tidak ada," jawab Donghyuck sambil mengantunginya di saku belakang.

"Oh baguslah! Aku mulai malas minum obat tiap hari,"

"Omong-omong kau mau ke mana Mark?"

"Macau,"

"Macau? Untuk apa?"

"Sesuatu," jawab Mark tersenyum sekilas. "Kau mau oleh-oleh?"

Donghyuck terdiam sebentar dengan beberapa imajinasi kusut.

"Tidak. Pulanglah dengan selamat, aku menunggumu."

Mark menguatkan remasan tangannya pada jemari Donghyuck. Sedikit bermain dengan elusan geli di punggung tangan, membuat Donghyuck tergelak.

"Jangan menggoda, Mark!"

"Menikahlah denganku."

Donghyuck membeku. Matanya membulat dengan alis terangkat. Waktu terasa berhenti berjalan.

Menikah? Apa Mark tak salah bicara?

"Wow! Kau agresif sekali. Kita baru enam bulan bertemu dan tiga bulan terakhir menjalin kasih,"

Mark mengangkat bahunya. "Memang kenapa? Waktu pacaran itu tak menjamin sebuah keabadian. Lihat saja Mina yang kupacari sejak SMA. Dia meninggalkanku begitu saja,"

Donghyuck langsung menahan tawa begitu nama Mina disebut. Mark menyedihkan.

"Lalu apa kau yakin denganku?" tanya Donghyuck sambil tersenyum sinis.

"Tentu. Apa yang harus kutakutkan darimu? Kita saling mencintai bukan? Kau menerima kekuranganku dan aku percaya padamu." Mark berucap penuh penekanan.

Donghyuck hanya diam. Tak tahu menjawab apa.





Mereka saling mencintai bukan?

To be continued
.
.

Untold || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang