#9

4.6K 697 88
                                    

Mark melonggarkan dasinya dan duduk bersandar pada sebuah sofa mahal berwarna merah marun. Di hadapannya tersaji beberapa kudapan siang beserta sebotol wine pesanannya. Pelayan hotel segera keluar selepas mengantarkan kemudian digantikan sosok lelaki muncul di sana. Masuk dan mengunci pintu.

"Kenapa tidak memberi tahu jika ke Macau?"

"Memangnya kau siapa? Penting sekali?" sinis Mark menjawab sambil menuangkan wine dan meneguknya kehausan.

"Hei, sebagai kawan lama tentu aku mau tahu kabarmu, brengsek! Kudengar kau kecelakaan hingga duduk di kursi roda dan mengalami gangguan penglihatan,"

Mark tertawa keras, bukan merasa geli atau pun lucu. Ia hanya merasa menang. Ya, menang karena semua orang menyatakan empati padahal itu tidak perlu.

"Nyatanya, aku sehat bukan?"

Yohan, si lelaki itu mengangguk heran sambil mengamati dari atas ke bawah. "Ya. How can?"

"Tentu saja. Aku sudah menemukan obatku, hiburan kepenatanku."

Yohan mengambil sepotong kentang goreng dari atas meja dan memasukkan dalam mulutnya. Dia melemparkan sebuah foto berukuran besar ke arah Mark.

"Itu yang kau bilang si manis penghibur kepenatanmu? Pengganti Kang Mina?"

"Pengganti? Kupikir tidak. Dia jauh lebih menyenangkan dari Mina,"

"Kalau begitu--" Yohan menaikkan sebelah alisnya. "--bisa aku ikut ambil bagian? Aku penasaran bagaimana rasanya bermain dengan bayi beruang yang liar seperti dia,"

Mark menoleh cepat dengan tatapan membunuh. Satu tangannya gesit mengeluarkan sebuah pistol dari balik jas dan mengarahkan pada dahi Yohan.

Si target kemurkaan Mark hanya terkekeh sambil mengangkat kedua tangan. "Aku bercanda Mark, hei!"

"Jangan pernah menyentuh Lee Donghyuck meski hanya satu tarikan napas. Dia milikku, untukku, dan mangsaku."

•••

Pagi sekali ketika Taehyung melihat kehadiran sandaran hatinya sudah berdiri di ambang pintu apartemen-- berharap bisa sedikit mendapat jatah harian.

Namun ekspektasi memang jauh sekali. Satu pukulan telak mendarat di tengkuk Taehyung hingga ia tersungkur ke depan. Taehyung luar biasa kaget, kenapa kekasihnya mengamuk?

Jungkook itu statusnya saja yang uke. Posisinya saja sebagai submisif. Dan senyumnya saja yang manis bagai gula-gula di taman hiburan. Tapi tenaga menganiaya miliknya luar biasa bangsat.

"Jangan mengelak lagi Tae! Katakan padaku siapa kekasih Donghyuck yang sebenarnya!"

Teriak Jungkook tanpa peduli jika Taehyung masih menahan sakit di tengkuknya.

"Kau tahu dari mana?" Taehyung menyipitkan matanya sambil memandang penuh atensi.

"Jawab saja!"

"Jung, sekali ini kumohon. Bisa kan? Kita memang selalu ada bersama Donghyuck sejak awal. Melindunginya dari apapun yang datang. Karena meskipun si bayi beruang berjiwa serigala itu terlihat tangguh sejujurnya Donghyuck itu rapuh,"

"Lalu jika sudah tahu Donghyuck adalah kesayangan kita kenapa kau biarkan?"

"Karena Donghyuck sendiri yang memintaku, termasuk untuk kau tidak tahu."

Jungkook makin yakin pada firasat tidak enaknya. "Jangan berputar-putar Tae!"

"Donghyuck sudah mengatakannya, sekali ia masuk dan bermain maka pantang untuk mundur sebagai pecundang."

"Tapi--"

"Jeon, Donghyuck itu tidak sepolos yang kau pikirkan untuk begitu saja menyerahkan diri."

•••

Donghyuck menikmati pestanya. Dari pagi hingga ke pagi. Bebas dan lepas sejak Mark angkat kaki menuju Macau. Persetan dengan kekasih pengaturnya itu.

Tidak ada alkohol?

Tidak ada rokok atau hisapan nikmat lainnya?

Tidak ada party atau clubbing?

Tidak ada keluyuran malam?

Tidak ada tindik dan tato?

Tidak mungkin!

Dia bahkan baru saja menambahkan sebuah tato kecil di tengkuknya tadi pagi. Sebuah inisial; M.K.L

Entah mendapat ide dari mana bisa-bisanya dia meletakkan ukiran huruf itu di tubuhnya. Membiarkan jarum panas mengukir kulitnya hanya untuk sebuah nama dari manusia yang sekarang tak ada di sini.

Setidaknya jika nanti Donghyuck tidak melihatnya lagi, dia sudah menjadikannya kenangan.

Kenangan yang buruk tentunya.

"Hyuck, mau tambah?"

Kim Umji datang dengan dua botol minuman. Donghyuck hanya mengangguk lalu dengan apik gadis itu menuangkan ke gelas, memberikannya pada pemuda yang sudah di ambang batas kesadarannya itu.

Umji merangkak naik ke atas tubuh Donghyuck dengan pandangan sayu. Sesekali ia bermain pada celana jeans itu, mengusap area zipper yang terlihat menggembung.

"No!" Donghyuck tiba-tiba menolak dan menepis tangan Umji.

"Ah kenapa? Mark tidak ada!" kecewa Umji karena harapannya pupus.

"Tidak! Bukan soal Mark. Aku sedang malas,"

Donghyuck menengadahkan kepalanya dengan netra terpejam. Umji belum menyerah dan kembali menduduki paha Donghyuck. Suara ponsel milik pemuda itu menginterupsi.

Lee Taeyong calling.

Dengan malas Donghyuck menggerakkan tungkainya menjauh. Menuju salah satu lorong untuk menjawab. Tubuhnya disandarkan ke dinding untuk menopang kesadarannya yang mungkin hanya 71%.

"Hallo,"

"Di mana kau? Club?"

"Ada apa?"

"Lee Donghyuck jangan gila! Itu termasuk dalam perjanjian bukan. Selama Mark masih denganmu berhenti melakukan hal yang dia tak suka!"

Donghyuck tertawa sarkas kemudian.

"Terserah aku! Persetan soal adikmu yang pengatur itu! Memangnya aku ini apa? Porselein?"

"Sekadar memberitahu jika Mark ingin kau ada di rumah besok. Dia pulang dari Macau. Jangan mengacau seperti terakhir kali dengan bau seks dan alkohol di hadapannya. Kau tahu, Mark Lee tidak mudah dibohongi. Arra!"

"Ne."

Klik.

Setelah telepon ditutup, Donghyuck kembali tergelak.

Mark Lee atau dirinya yang tidak gampang dibohongi?

To be continued
.
.
Serius gais, aku nggak tau siapa yang seme di antara kapal yuyo. Mau nyari taunya malas bangett jadi aku pakek aja si yohan...

Untold || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang