#14

4.5K 666 48
                                    

Langkahnya terhenti begitu mendapati sepasang mata mengawasi dari kejauhan. Wanita itu berdiri dengan tatapan cemas di depan pintu apartemennya.

"Kau dari mana? Aku sudah dua hari ini datang tapi kau tidak ada,"

Donghyuck melanjutkan langkahnya tanpa menjawab apa pun. Menekan password apartemennya dan masuk ke dalam, diikuti Mina.

"Noona mau minum apa?"

Mina menggeleng. "Aku hanya ingin bicara,"

"Soal?" ucap Donghyuck datar sambil membuka lemari pendinginnya dan mengambil sebotol soda.

"Aku akan kembali ke Perancis sore nanti. Ikutlah denganku."

Donghyuck menaikkan alisnya tak mengerti.

"Aku hanya ingin kehidupan yang lebih baik untukmu. Meski kita tidak bersama sebagai kekasih, setidaknya kau sudah seperti adik bagiku. Kau bisa bekerja di sana, Hyuck."

Donghyuck terkekeh pelan lalu mendekati Mina yang menanti jawaban.

"Kehidupanku baik-baik saja noona, jangan takut."

"Aku-"

"Pergilah," Donghyuck menggenggam jemari Mina lembut. "Aku akan merindukan noona. Aku sayang noona meski kita bukan sepasang kekasih."

Mina memeluknya erat, seolah kali yang terakhir mereka jumpa.

Donghyuck mencium sayang puncak kepala Mina. "Hati-hati noona."

•••

Jungkook murka luar biasa, ia melempar semua bungkusan itu ke wajah Taehyung yang terlihat acuh tak acuh. Kekasihnya sedang teler, dan parahnya bersama seorang wanita.

"Taehyung keparat! Sejak kapan kau menggunakannya?"

Taehyung berdiri dan langsung menarik Jungkook menuju salah satu kamar di clubnya. Ia memojokkan kekasihnya ke dinding dan menciumnya kasar.

Jungkook mendorong Taehyung hingga pemuda itu terhuyung ke belakang.

"Ayolah babe, sedikit saja beri aku pelepasan siang ini." Taehyung mulai melantur.

"Kau menarik sejumlah besar uang di rekening kita untuk barang itu kan?" teriak Jungkook.

"Memang kenapa?" tanya Taehyung sambil tersenyum.

"Kenapa katamu? Damn you Tae! Kau mau mati muda dengan barang itu?"

"Jangan berlebihan Jung! Kau pengatur! Aku hanya memakai sedikit,"

"Lihat! Bahkan heroin itu sudah meracuni otakmu. Kau memilih barang itu ketimbang menggunakan uangnya untuk masa depan kita. Aku ingin berhenti Tae! Menjual club ini lalu hidup lebih baik dan mengajak Donghyuck tinggal bersama kita."

Taehyung menampar Jungkook. Keras sekali hingga yang ditampar memundurkan tubuhnya.

Kaget.

Tentu saja. Taehyung kekasihnya adalah lelaki lembut dan manis. Dia belum pernah sekali saja bersikap kasar pada siapa pun. Semua karena pengaruh barang laknat itu. Taehyung benar-benar berubah belakangan ini.

"Enyah dari sini! Aku pusing." usir Taehyung tanpa sadar bahwa Jungkook menanggapinya dengan kemarahan luar biasa.

"Oke! Nikmati hidupmu di sini. Semoga kau bahagia dengan semua kesenanganmu itu. Aku pergi!"

Jungkook membanting pintu dengan keras. Setitik air mata keluar dari sudut matanya. Sakit sekali, meski dia tahu jika itu bukanlah Taehyung. Itu hanyalah Taehyung yang sedang diracuni.

Tapi Jungkook terlanjur sakit hati. Dia sudah terlalu sering dibohongi.

•••

Mark berkutat pada tumpukan berkas di atas meja kerjanya. Sesekali dasi hitam itu ditarik longgar agar tak terasa mencekik.

Dia sudah kembali menjadi Mark Lee yang dulu. Berkuasa, tampan, arogan, dan tak tersentuh.

Kehilangan sosok Donghyuck yang seminggu ini menghilang sejak terakhir di cafe kemarin sepertinya tak berpengaruh banyak. Mark sudah menekankan pada dirinya berulang kali.

Donghyuck tidak memiliki tempat bahkan seujung kuku di hatinya.

Apa Mark puas karena Donghyuck terluka hatinya? Tidak. Belum.

Entahlah, terasa masih ada yang mengganjal meski dia juga sangsi hal itu apa.

Sedang asyik pada pikirannya, Taeyong masuk dan menggebrak meja.

"Kau memecatku Mark?!"

Mark menyeringai. "Ya. Aku bahkan menarik semua aset kekayaanmu. Harga yang pantas bukan untuk seorang kakak yang ingin membunuh adiknya?"

Taeyong terperanjat. Mark tahu dari mana?

"Kau adalah adik tak tahu diri. Jika bukan karena bantuanku memperluas jaringan pasar, perusahaan ayahmu tak akan sebesar ini!"

"Aku tidak butuh dibantu."

"Bajingan!" Taeyong melempar vas bunga secara tiba-tiba hingga mengenai kepala Mark.

Keributan di ruangan itu terdengar hingga ke luar, membuat sekretaris Mark masuk dan melihat bagaimana Taeyong menyerang adiknya. Security dipanggil cepat untuk menyeret Taeyong keluar-- ke kantor polisi.

Sementara Mark tersenyum sekilas dengan liciknya. Pastikan nanti dia membayar hakim untuk memberatkan hukuman Taeyong. Dan juga mencoret namanya di kartu keluarga.

"Sajangnim, apa anda akan ke rumah sakit?" tanya sekretaris Mark sambil menunjuk pada dahinya yang sedikit tergores tadi. Mark hanya menggeleng dan menyilakan sekretarisnya keluar ruangan.

Dia masuk ke kamar mandi pribadi di ruangannya, berkaca pada cermin besar di westafel. Menyeka darah yang keluar dengan tissu dan menempelkan plaster dari kotak P3K yang selalu ada di sana.

Tertegun sejenak saat bayangan itu datang.

"Astaga Mark! Lihat dahimu terluka! Sudah kukatakan jika ingin berjalan, tunggu aku. Aku akan menuntunmu. Lihat kan, sekarang kau terantuk meja."

"Aku tidak apa Hyuck,"

"Tunggu di sini, aku akan mengobati dahimu."

"Awhh!"

"Hei, apa itu perih?"

"Tidak."

"Lalu kenapa kau mengaduh?"

"Hanya menggodamu, aku suka saat kau khawatir padaku."

Mark meraba dahinya sendiri sambil mengulum senyum.

"Si brengsek itu meracuni otakku dengan pesonanya. Aku merindukan sentuhannya. Apakah aku harus mencarinya lalu menyeret paksa ke ranjangku?"

Mark tertawa sendiri setelah bicara pada bayangannya di cermin. Lalu senyuman licik itu kembali.

"Tentu saja. Dia sudah jatuh cinta padaku bukan. Aku akan mencari cara membuatnya datang kembali padaku. Aku tak mau kehilangan mainan kecilku secepat ini."






















Love you so bad, love you so bad.

Mold a pretty lie for you, Hyuck.

To be continued
.
.

Hyuckie n kookie sama-sama patah hati:(

Untold || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang