🌼Asyhila🌼45

22.4K 1.3K 44
                                    

Happy reading✨

Terlalu sulit untuk dikatakan dan terlalu rumit untuk dijelaskan. Bahwasanya, rasa ini memang benar adanya.
.
.
Azka


Tawa keduanya kian mendominasi ruangan putih biru itu. Keduanya sama-sama tertawa kecil. Menertawai percakapan bodoh mereka barusan.

Adakah rasa yang lebih bahagia selain ini? Rasanya laki-laki ini masih dilanda kebingungan akan perasaannya. Tapi, bukankah cinta datang seiring waktu kebersamaan?

Rasanya terlalu pusing sekali memikirkan soalan percintaan yang harusnya tidak ia perlu pikirkan sama sekali.

Namun, bukankah hidup memang tentang cinta?

Keduanya saling pandang. Kemudian saling menatap ke arah lain.

Syhila memperbaiki posisinya menjadi telantang. Kenapa suasan menjadi canggung demikian? Pikir Syhila aneh.

Kring.. Kringg.

Syhila mengucap syukur dalam hati kala mendengar bel istirahat berbunyi. Setidaknya ia tidak perlu berlama-lama lagi berdua dengan Azka diruangan ini. Pasti sebentar lagi laki-laki itu akan keluar.

Dan, benar saja. Laki-laki itu berdiri, sepertinya beranjak keluar. "Gue keluar, dulu." pamit Azka singkat kemudian menyibak tirai dan berlalu.

"Huff.. Kenapa jadi canggung gini ya?" gumam Syhila memperbaiki posisinya menjadi miring kembali. Bukannya gadis itu tidak mau istirahat, hanya saja kepalanya butuh ketenangan terlebih dahulu agar tidak kembali sakit.

Syhila memegangi kepalanya pelan. Entah kenapa akhir-akhir ini, rasa sakit dikepalanya selalu muncul. Walau tidak sering, tetapi Syhila kerap terganggu jadinya. Belum lagi kadang gadis itu mimisan. Membuat kepalanya semakin berdenyut sakit.

Srek

"Astaga!"

Syhila bahkan sampai hampir terjatuh dari kasur akibat saking kagetnya. Sang pelaku yang membuka tirai secara tiba-tiba itu hanya tersenyum simpul.

"Kak Azka!" seru Syhila kesal. Untung saja ia tidak terjatuh dari kasur akibat saking kagetnya.

"Makan dulu." kata Azka meletakan nampan berisi dua buah mangkok soto berserta dua cangkri teh panas.

"Lho, aku kira Kakak gak bakalan balik ke sini lagi." kata Syhila mengubah posisinya menjadi duduk.

"Lo, pengen gue pergi gitu?" tanya Azka sarkas.

"E-eh, bukan gitu. Ka-

"Buruan makan, entar dingin." kata Azka langsung menyela.

Laki-laki manaruh nampan ke atas meja dekat sofa, ruang uks ini cukup luas. Ada dua sampai tiga buah kasur didalamnya. Sofa kecil, dan sofa panjang serta meja sebagai pelengkapnya.

"Eh, harusnya gak usah dibeliin, aku gak laper." tolak Syhila halus.

Azka berdecak. "Udah jam istirahat, jadi lo harus makan." kata Azka meletakan dua mangkok soto ke atas meja.

"Ayo buru--

"SYHILA!! LO, DIDALEM KAN?" teriakan membahana Elin lantas memotong kalimat Azka barusan. Syhila maupun Azka serempak menutup telinganya. Suara Elin benar-benar sangat luar biasa.

Srek

Tirai dibuka secara kasarnya, menampilkan raut wajah cemas dari sang ulah.

"ASTAGA! LO, BENERAN SAKIT?" cerocos Elin menempelkan punggung tangannya ke dahi, serta leher Syhila.

ASYHILA(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang