🌼Asyhila🌼64

22.5K 1.4K 62
                                    

Happy reading✨

Aku hanya butuh kamu disini, sederhana, apa adanya dan setia.
.
.
Asyhila.


Siapa yang lebih malang dari gadis pirang itu. Tinggal dirumah seseorang ia sebut adalah seorang ibu. Namun, nyatanya ia bukanlah siapa-siapa lagi disini. Semuanya terungakap secara jelas siapa dirinya dan semuanya.

Namun, itu sama sekali tidak berpengaruh bagi seorang Tasya. Baginya, ia tidak peduli akan dirinya disini. Dianggap atau tidak, disayangi atau tidak ia tidak butuh. Yang terpenting, ia tidak ingin dikekang oleh siapapun.

Derap kaki gadis pirang itu terdengar jelas. Tasya memakai jakektnya hendak bergegas pergi.

"Tasya," panggil Diana lembut. Sudah seminggu lebih wanita paruh baya itu tidak berbicara dengan Tasya. Terlebih Tasya kalau pulang sangatlah larut malam bahkan tidak pernah pulang sama sekali.

"Apa?" sahut gadis pirang itu cuek.

Diana mendekat, membawa segelas susu yang telah ia buat tadi. "Kamu gak sekolah? Mau kemana?" tanya Diana seperti biasanya.

Tasya berdecih pelan. "Penting buat, Mama? Ups.. Aku lupa, kalau anda bukan Mama saya." decih Tasya bersedekap.

Diana menghembuskan nafas kasarnya. Ia tahu Tasya pasti akan marah kepadanya. Kalau saja ia menceritakan semuanya secara baik-baik tidak secara emosi pasti gadis di depannya ini akan mengerti.

"Tasya, Mama minta maaf. Mama mungkin gak b--

"Maaf? Anda salah apa sampai harus minta maaf?" tanya gadis itu formal. Mengikuti cara bicara Diana pada waktu itu.

"Tasya, Mama tau kamu masih marah. Mama minta maaf, lupain semuanya." ujar Diana sungguh-sungguh. Ia sudah terlanjur menyangi Tasya seperti anaknya sendiri. Terlebih didalam tubuh gadis itu mengalir darah mantan suaminya, seseorang yang masih ia cintai.

"Lupain sayang, anggap aja Mama gak pernah bilang itu ke kamu sebelumnya." lanjut Diana berharap.

Tasya berdecih, ia merasa muak. "Dan, sayangnya itu semua itu udah, Mama bilang dengan sangat.. Sangat jelasnya." kata Tasya menatap Diana datar.

"Aku pergi, gak usah tanya aku mau kemana. Karna ini bukan urusan Mama," ujar Tasya sinis kemudian melenggang pergi.

Gadis pirang itu dengan cepat memasuki mobil sedan miliknya. Kemudian memacunya cepat agar keluar dari halaman rumah besar itu.

Kemudian secara tiba-tiba mobil itu berhenti,

"Hiks.. Tasya butuh Mama! Tasya mau kaya dulu lagi, Tasya mau Mama." gadis pirang itu meraung. Mencengkram stir mobil dengan eratnya.

"Tasya gak mau kaya gini, aku mau Mama."

***

Ada rasa serta raut wajah tak tergambarkan kala rindu menghampiri. Ingin rasanya menghilangkan rasa itu dengan sekedar bertatap muka lewat ponsel atau sekedar mendengar suaranya saja mungkin itu bisa mengobati sedikit rasa rindu yang membuncah saat ini.

Siapa yang tidak merasa kehilangan kala seseorang yang sebelumnya setiap hari mengisi hari-hari kita tidak bersama kita.

Rasanya ingin sekali menelponnya, berbincang-bincang walau hanya sebentar. Namun, karna aksi marahnya gadis itu harus rela untuk menabung rindu sesaat.

Dan, gadis itu benar-benar melakukannya sampai sekarang. Jangankan menjenguk laki-laki itu, menghubunginya saja tidak.

Syhila memang sengaja memberi Azka sedikit pelajaran agar laki-laki itu nantinya tidak sembarangan lagi. Apalagi mengingat aksi nekat Azka menciumnya didepan semua orang kala itu.

ASYHILA(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang