Part 1

12.1K 363 13
                                    


"Din, Aku pulang dulu, ya. Ibu tadi menelepon katanya Salsa ngambek, dan minta aku untuk cepat pulang," ucap seorang pemilik resto kepada pegawainya yang sudah dianggap seperti saudaranya.

"Iya, Mbak. Salam, ya, buat Ibu dan Salsa!" jawab pegawainya itu.

"Oke, Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumsalam."

Neza bergegas ke luar resto, menuju parkiran tempat mobilnya berada. Tak menunggu lama, mobil berlogo kucing melompat itu segera dipacu dengan kecepatan sedang. Kondisi jalan yang cukup padat membuatnya tidak bisa melaju lebih kencang lagi.
Setelah kurang lebih satu jam perjalanan, akhirnya dia pun sampai ke tujuan.
Rumahnya begitu megah, terletak di kawasan perumahan elit. Bahkan beberapa rumah di kanan dan kirinya merupakan tempat tinggal artis dan pejabat.

"Assalamu'alaikum ...."
Tidak ada yang menjawab. " Pada ke mana, nih. Kok, sepi." Neza bergumam pelan dan hanya didengar olehnya sendiri. Tidak lama kemudian, pintu kamar terbuka, terlihat wanita paruh baya keluar dari kamar berpintu warna pink, dengan gantungan pintu motif Hello Kitty.

"Salsa tidur," ucap wanita paruh baya itu setelah menutup pintu perlahan.

"Dari tadi dia ngambek, dan belum mau makan. Katanya, tidak mau makan kalau nggak sama kamu."

"Hemm ... tumben, Bu. Nggak biasa-biasanya Salsa begitu," kata Neza bertanya-tanya.

"Ibu tidak tau, Za. Tapi sepulang sekolah tadi, Salsa sempat bilang ke Ibu, katanya teman-temanya meledek dia nggak punya papa. Mungkin, itu yang membuatnya ngambek sampai tidak mau makan sama Ibu," tutur sang ibu.

Neza menarik napas berat. Ada rasa bersalah di relung hatinya atas ketidakhadiran sosok ayah di sisi putrinya.

Dia berjalan menuju kamar sang anak. Dibukanya pintu itu perlahan dan dilihatnya sosok gadis kecil yang imut sedang tertidur pulas di balik selimut bergambar kucing berwarna pink. Tidak ketinggalan, boneka kesayangan yang juga berwarna pink meringkuk dalam pelukannya, dia terlihat begitu terlelap. Dielus rambut lembut anaknya perlahan.

"Maafin mama ya, Sayang," ucap Neza lirih, seraya mengecup pucuk kepala Salsa.
Tidak terasa, lima tahun sudah kini usianya, dan selama itu juga dia tumbuh tanpa kasih sayang sang papa.

Masih terekam jelas dalam ingatan, Ferdi, papanya Salsa yang telah mengkhianatinya. Ketika itu Neza sedang dalam masa nifas, mungkin itulah yang menjadi sebab Ferdi 'tak mampu membendung hasratnya sebagai seorang laki-laki normal. Karena semenjak hamil tua, Ferdi tidak pernah meminta haknya kepada Neza. Meski Neza tak pernah menolak, tapi Ferdi yang 'tak tega. Kasihan anaknya, katanya.

***
***

"Mas, hari ini aku ke restoran, ya. Sudah saty bulan lebih nggak ke sana, kangen," pinta Neza kepada suaminya.

"Apa kamu sudah sehat beneran, Za? Kamu, kan, baru tiga minggu habis lahiran."

"Aku udah sehat kok, Mas. Walaupun masih belum pulih seratus persen. Badanku malah pegel-pegel rasanya kalau di rumah terus."

"Ya sudah, nanti berangkatnya bareng aku ke kantor saja," ucap Ferdi meng-iyakan permintaan sang istri.

"Nggak usah, Mas. Resto dan kantor Mas, kan, beda arah. Mas bisa terlambat kalau nganterin aku."

"Hemm, Iya juga, sih. Tapi apa kamu tidak apa-apa berangkat sendiri?"

"Nggak apa-apa, Mas. Aku, kan, sebelumnya sudah terbiasa nyetir sendiri."

"Oke, deh, kalau gitu. Kamu pakai mobilku, nanti aku pakai motor saja."

"Makasih, ya, Mas."

Neza menyelesaikan sarapannya, sedangkan Ferdi masih menikmati secangkir kopi buatan istrinya.

Dilamar Jadi Adik Madu [Terbit]✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang