Limabelas

5K 243 22
                                    

Di sepanjang perjalanan banyak hal yang Adiba dan Neza bicarakan.
Sesekali candaan Neza mampu membuat Adiba tergelak hingga sakit perut. Sungguh, saat ini Neza sudah kembali seperti dulu. Periang, jahil, dan humoris.

Hingga dua jam kemudian mereka sampai. Adiba turun lebih dulu. Sejenak, Neza mengamati rumah tersebut.

Rumah minimalis berdesain modern, tampak asri dengan taman kecil di bagian samping. Ada gazebo serta dua buah ayunan dan satu set kursi kayu bercat putih. Sejuk, dan menenangkan.
Sedangkan di bagian teras yang tidak terlalu luas, berjejer beberapa pot berisi tanaman bunga hias yang membuat kesan adem.

Belum sampai di depan pintu, tampak Salsa berlari girang menyambut kedatangan kedua Ibunya.

"Maama ... Ummi...!" Suara nyaring yang Neza rindui beberapa hari ini.

Salsa menghambur ke pelukan Neza. Sesaat kemudian, beralih dalam pelukan Adiba. Hatinya gembira, kini ia memiliki banyak anggota keluarga.
Lalu, ia memiringkan kepala, melihat ke belakang ibunya. Mencari sosok yang ia nanti selama ini. "Papa mana, Ma?" tanya Salsa.

"Papa masih kerja, Sayang. Nanti nyusul."
Salsa manggut-manggut, menggamit kedua tangan ibunya dan masuk ke rumah.

Dari dalam tampak kedua wanita paruh baya menyambut kedatangan mereka. Wajah keduanya berbinar, Bu Ratih terlihat jauh lebih sehat dari sebelumnya. Rasa bahagia akan kebersamaan dengan sahabat lama yang kini menjadi besan. Dan kehadiran Salsa sedikit mengobati kerinduan akan hadirnya seorang Cucu. Dan itu berpengaruh bagi kondisi tubuhnya.

"Assalamu'alaikum." Salam yang bebarengan membuat mereka tampak rukun.

"Wa'alaikum salam," jawab kedua wanita tua itu juga bersamaan.

Setelah saling bertegur sapa menanyakan kabar masing-masing, mereka menuju ruang keluarga. Terlihat, Salsa sudah begitu nyaman di rumah itu. Sedari tadi ia menggandeng tangan Adiba tanpa dilepas. Melihat hal itu, Neza cemburu.

"Salsa, kamu nggak kangen sama Mama?" tanya Neza.

Salsa meringis.

"Kangen, dong. Ma." Salsa melepas genggaman tangan Adiba lalu mengangkat kedua tangan minta gendong mamanya.

"Wah, tambah berat, nih. Salsa di sini makanya berapa kali?" seloroh Neza.
Salsa mengangkat sebeleah tangan dan menunjukan kelima jarinya. Semua tertawa dengan pengakuan Salsa.

Hari itu terasa begitu cepat berlalu. Kelima wanita beda usia tersebut kini tengah bersantai menikmati waktu sore di halaman belakang. Tempat itu terdapat kolam ikan, dengan hiasan bebatuan di sekeliling, pohon beringin yang masih berukuran kecil di sisi kanan, serta tempat duduk panjang dari besi di bawah pohon tersebut.

"Assalamu'alaikum," seru seorang lelaki dari balik pintu ruang belakang.

Sontak semua menoleh.

"Papa ...." Salsa masih malu karena belum terbiasa. Tapi sejujurnya, ia ingin dipeluk dan digendong papa barunya tersebut.

Arga yang memang sebenarnya suka dengan anak kecil tersenyum dan meraih Salsa dengan kedua tangan kekarnya, ia mengangkat dan menaik turunkannya ke udara. Salsa yang awalnya malu-malu itu seketika tertawa lepas.

Adiba takjub, jarang sekali Arga tertawa dan segembira ini sebelumnya.
Sedangkan Neza, melihat lelaki yang kini menjadi suaminya tampak begitu menyayangi Salsa, ia pun mulai terpesona dengan aura penuh kasih lelaki bertubuh tinggi itu.

"Mas," sapa Adiba. Arga menghentikan aksinya dengan napas terengah-engah karena tertawa.
Lalu di susul Neza, keduanya meraih dan mencium punggung tangan suaminya dengan bergantian, lalu setelahnya, Arga menyapa kedua Ibunya.

Dilamar Jadi Adik Madu [Terbit]✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang