Delapan

4.4K 231 3
                                    

Sesampainya di rumah, Neza langsung menuju ke ruang tamu, dilihatnya seorang wanita bertubuh tinggi, rambut pirang, dan berkulit putih tengah duduk di sofa berseberangan dengan sang Ibu.

"Siapa ini, Bu?" tanya Neza ke ibunya.

"Maaf, Nona. Perkenalkan, saya Maria," sapa wanita itu dengan logat Inggrisnya.
Neza terkejut, ternyata dia bisa berbahasa Indonesia.

"Kedatangan saya ke sini untuk bertanya tentang keberadaan Ferdi. Menurut informan yang saya sewa, dia pernah melihat kalian bersama disebuah kafe, setelah itu informan saya kesulitan mencarinya. Karena itu saya mencoba mencari keberadaannya lewat Anda, mungkin Anda tahu?" tutur wanita bule tersebut.

"Kalau boleh tahu Anda ini siapanya Mas Ferdi?" tanya Neza.

"Saya istrinya."

"Istri?" Neza tertegun. Ferdi yang bilang masih setia menunggu ternyata sudah beristrikan wanita bule.

"Benar, tapi masih nikah siri, kami sudah berhubungan sejak empat tahun yang lalu, dan baru menikah bebeberapa bulan ini.

"Tiga minggu yang lalu, Ferdi pulang ke Indonesia untuk menjemput kedua orang tuanya dan akan dibawa ke tempat asalku. Tapi, seminggu kemudian dia sulit untuk dihubungi. Saya datang kesini untuk mencarinya, tapi saya tidak tahu apapun mengenai keluarganya maupun kota ini, dan saya bingung harus mencarinya kemana, maaf kalau saya kemarin membuntuti ketika melihat Anda keluar dari sebuah restoran," tutur Maria menjelaskan.

Apa yang Neza dengar saat ini semakin membuatnya membenci Ferdi. Baru saja ia mengagungkan kesetiaanya, tapi sekarang ada fakta lain di balik kata-katanya yang sok setia.

"Oh, ya ... apa hubunganmu dengan Ferdi? Kalian sepertinya cukup dekat?" tanya Maria.

"Saya adalah mantan istri Ferdi." Neza memperjelas statusnya.
"Tapi, kami sudah tidak memiliki hubungan apa-apa. Kami sudah berpisah lima tahun yang lalu, dan bebeberapa hari ini Mas Ferdi mendesakku agar kembali rujuk bersamanya. Tapi Aku menolak, aku tidak mau lagi berhubungan dengannya."

Maria terdiam, ia terlihat seperti mencoba menahan sesuatu, antara marah atau cemburu. Yang pasti, wanita itu merasa sakit karena di hianati. Sejenak ia memijit kepalanya,

"Anda baik-baik saja?" tanya Neza merasa khawatir.

"Saya baik, kepala saya sedikit pusing, mungkin bawaan hamil."

"Hamil?" Neza terperanjat.

"Benar, sudah sembilan minggu, karena itu saya meminta Ferdi meresmikan pernikahan kami, tapi Ferdi bilang akan meresmikan setelah menjemput kedua orang tuanya sekalian mau mengurus surat-surat untuk peresmian pernikahan kami," tutur Maria.

"Tadi, Saya baru saja menemui Mas Ferdi di taman tidak jauh dari rumah ini, coba Anda lihat barangkali dia masih disana, jika nanti dia sudah tidak ada coba datangi rumah orangtuanya." Neza mencatat sebuah alamat rumah lalu diberikan kepada Maria. "Dan ini, sekalian nomor telepon saya sudah saya catat. Jika ada yang bisa saya bantu jangan sungkan untuk menghubungi." tutur Neza.

Maria menerima sebuah kertas dari Neza dan segera undur diri.

***

Neza masih dalam diam memikirkan apa yang baru saja terjadi. Ia memijit-mijit pangkal hidungnya, lalu mendongak menahan rasa sesak di dalam dada.

"Za," panggil Bu Sukma yang sedari tadi hanya diam mendengarkan.

Neza menoleh ke sisi tempat duduknya. Neza menghampiri sang ibu, dan merebahkan kepalanya dipangkuan wanita penuh kasih itu.

"Neza lelah, Bu. Kepala Neza sakit," ucap Neza serak.

Ia benamkan wajahnya ke perut sang ibu, sekadar mencari kehangatan dan ketenangan disana. Sudah sejak lama ia tidak bermanja dengan ibunya. Semenjak menjadi seorang ibu tunggal, mau tidak mau Neza harus tangguh dan bersikap jauh lebih dewasa.

Dilamar Jadi Adik Madu [Terbit]✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang