Tujuh

4.3K 223 6
                                    

"Mamaaa ...!"

Obrolan Adiba dan Neza tiba-tiba terhenti saat seorang gadis cilik datang memanggil Neza. Seketika mereka berdua menoleh ke arah suara nyaring tersebut.

"Eeehh ... anak Mama udah pulang, dijemput sama Bik Ijum, ya? kok nggak ucapin salam?"

"Udah, Mama! Tadi di depan," jawab gadis kecil itu lalu nyengir menampakkan barisan giginya yang sebagian menghitam. "Mama nggak jemput karena lagi ada tamu, ya?"

"Iya, Sayang," jawab Neza seraya menciumi kedua pipi Salsa.

"Tapi, Ma. itu tamunya siapa, nenek-nenek yang lagi sama Oma?" tanya Salsa penasaran.

"Itu teman Oma, namanya Nek Ratih."

"Kok, Salsa nggak pernah lihat?"

"Karena Nenek itu memang belum pernah ke sini sebelumnya, Oma dan Nek Ratih saling kenal udah lama sekali, dan baru bertemu lagi sekarang," kata Neza kemudian. Salsa hanya manggut-manggut dengan bibirnya yang membulat membentuk huruf 'O'.

Sesaat kemudian, pandangan Salsa beralih ke seorang wanita di sebelah mamanya, Neza tersenyum lalu memperkenalkan keduanya.

"Dan ini Tante Adiba, dia anaknya Nek Ratih. Kalian kan sudah pernah bertemu sebelumnya. Sini, salim dulu," perintah Neza.

Tangan mungil itu meraih dan mencium punggung tangan Adiba. Meski sebelumnya mereka sudah pernah bertemu di restoran, tapi Salsa tidak ingat sama sekali.

"Hai Salsa, baru pulang sekolah, ya?" tanya Adiba.
Dan dibalas anggukan oleh Salsa.

Adiba begitu gemas melihatnya, dielus rambut panjangnya yang dikepang dua, dan mencubit lembut pipi tembemnya. Salsa hanya senyum malu-malu dengan apa yang dilakukan tamu mamanya itu.
Jauh di lubuk hati, Adiba berandai, jika saja Salsa mau memanggil dirinya 'Ummi'.

"Maaf, Bu! Kata Oma, Ibu dan Bu Adiba diajak makan siang dulu," panggilan Bik Ijum menyudahi obrolan mereka. Terlalu asyik mengobrol hingga tidak menyadari  sudah waktunya makan siang.

****
****

Usai makan siang keduanya pamit pulang, kedua wanita paruh baya itu seperti enggan untuk berpisah.

"Kapan-kapan gantian kamu yang main ke rumah ya, Sukma. Sekarang saya sudah kembali ke rumah lama lagi," pinta Bu Ratih.

"InsyaAllah, Bu," jawab Bu Sukma seraya menggandeng tangan sahabat lamanya itu dan mengantar hingga ke pintu depan. Meskipun usia Bu Ratih lebih tua dari Bu Sukma, keduanya sangat akrab dan sudah seperti saudara. Bertemu dengan sahabat karib yang sudah lama berpisah membuat Bu Ratih seperti bukan orang yang baru keluar dari rumah sakit.

"Kami pamit ya, Za, Bu Sukma," kata Adiba yang sudah di dalam mobil, seraya melambaikan tangan.
Setelah mobil mereka mulai menjauh, Bu Sukma kembali masuk.

Sesaat sebelum Neza yang juga akan masuk, tiba-tiba sebuah mobil sedan berhenti tepat di depan rumahnya.

"Neza!" panggil seorang lelaki yang kepalanya menyembul dari balik pintu mobil.

"Mas Ferdi. Mas Ferdi ngapain ke sini?"

"Aku mau bicara."

"Nggak ada yang perlu dibicarakan. Mas pergi dari sini, jangan ganggu kami!" bentak Neza.

"Sebentar saja, Za!" Neza berpaling dan hendak berlari masuk.

"Aku akan memaksa masuk dan memanggil Salsa!" ancam Ferdi.

Neza kembali menatapnya.
"Mau kamu apa sih, Mas?"

"Aku cuma mau bicara sebentar, Za."

Neza mendengus sebal.
"Baik! Tunggu sebentar!" Neza tidak ingin Ferdi masuk ke rumahnya, apalagi sampai bertemu Salsa. Ia lebih memilih untuk menuruti keinginan Ferdi.

Dilamar Jadi Adik Madu [Terbit]✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang