Enambelas

4.9K 307 8
                                    

"Kita langsung ke resto ya, Za," ucap Arga saat sudah di dalam mobil yang mulai melaju. Neza mengangguk, dengan perasaan yang campur aduk.

"Neza takut, Mas."

"Tenanglah, aku akan mendampingimu," jawab Arga mencoba menenangkan.
Menggenggam erat tangan Neza, menyiratkan kesanggupannya untuk menjaga.

Neza menatap ke luar jendela. Teringat bagaimana perkataan Dina pagi tadi.

[Mbak, ada seorang wanita bule, namanya Maria, nyariin Mbak. Wajahnya babak belur. Dia Minta pertolongan. Dia di aniaya Mas Ferdi karena gagal balikan sama Mbak.]

Lagi. Ini demi Maria. Neza juga wanita, dan ia wanita yang mudah merasa iba dan tak tega.

Tubuh Neza gemetar, mengingat Ferdi yang dulu begajulan, bukan tidak mungkin sifat lamanya itu kambuh lagi, karena merasa yang di inginkan tidak terpenuhi.

"Mas, bagaimana kalau Mas Ferdi tetap ingin kembali bersamaku?" Pertanyaan Neza memecah keheningan.

Sedari tadi Arga memikirkan kata-kata Bu Sukma sesaat sebelum keberangkatan mereka ke restoran.

"Nak Arga, kemarilah, Ibu mau bicara." Bu Sukma mengajak Arga untuk duduk di sebelahnya.

"Ada apa, Bu?"

"Ibu hanya ingin berpesan, tolong jaga anakku, Neza. Dia itu lemah hatinya. Selama ini dirinya terlihat kuat, tapi sesungguhnya jauh di dalam dirinya, dia ingin di lindungi dan di jaga. Layaknya seorang anak dan sebagai istri pada umumnya. Ibu mohon, Nak. Pertahankan dia, jangan biarkan Ferdi kembali menyakiti anak Ibu satu-satunya. Ibu serahkan dia padamu sepenuhnya."

Pesan Bu Sukma terngiang dalam pikiran. Arga. Dengan atau tanpa cinta, dia bertekad akan mempertahankan dan melindunginya. Neza istrinya, dan miliknya.

"Kamu sudah menjadi istriku, Neza. Ferdi tidak akan pernah bisa merebutmu dariku. Percayalah," ujar Arga memperkuat keyakinan Neza akan perlindungan untuknya.

Jarak tempuh dari Rumah Bu Ratih dan restoran memakan waktu yang cukup lama. Mereka sempat berhenti makan siang dan beristirahat sebentar. Meski Neza hanya minum es teh dan sepotong roti. Nafsu makannya benar-benar hilang.

Hingga saat mobil terparkir di restoran, Neza merasa enggan untuk turun. Ia seolah tidak siap dengan apa yang akan Maria katakan. Ia takut, Sungguh. Ia tak mau bahkan hanya untuk bertemu Ferdi lagi.

"Za, ayo turun," ajak Arga saat melihat Neza masih termangu di dalam mobil.

"Neza takut, Mas."

"Ada aku. Tenanglah."

"Mbak ...." Panggilan Dina menjadi sambutan saat mereka masuk ke dalam restoran. Tempat itu semakin jarang Neza datangi. Semenjak menikah, bahkan Neza serasa tidak ingin lagi mengelola usaha tersebut dan fokus di rumah. Menjadi Ibu rumah tangga.

"Maria ada di dalam?" tanya Neza.
Dina mengangguk, dan mempersilahkan keduanya masuk.

Neza tercengang melihat sosok yang ada di dalam. Maria, ia terlihat kacau. Wajahnya lebam, sudut bibirnya bahkan robek. Jauh berbeda seperti saat pertama kali mereka bertemu.
Maria terlihat seperti gelandangan.

Melihat kedatangan Neza, Maria menghambur dan memeluknya. Tangisnya pecah kala memohon akan kesediaan Neza untuk menolong.

"Neza ... aku mohon ... tolong aku. Ferdi menyiksaku, di-di-dia marah karena aku bercerita kepadamu tentang hubungan kami ... huu ... huu ...." permohonan Maria di sela isaknya, dengan logat Inggris membuat kata-katanya tidak terlalu jelas.
Neza membimbing Maria agar duduk di sofa.

Dilamar Jadi Adik Madu [Terbit]✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang