Duabelas

4.7K 289 8
                                    

"Mas, anterin Neza pulang," pinta Neza sesaat setelah semua kembali normal.

"Iya, Mas juga mau pulang. Hari ini Mas nggak masuk kantor. Jadi bisa langsung pulang bareng kamu."

"Maksud Neza pulang ke rumah Neza. Neza kangen Sama Ibu juga Salsa."

"Lho, kan mereka lagi di rumah Ibuku, Za!"

"Ah ... iya, Neza lupa. Tapi Neza pengen pulang, Mas. Kangen rumah." Neza bersikukuh untuk tetap pulang.

"Baru juga dua hari, Za." Arga geleng-geleng melihat kelakuan manja Neza.

"Ya, kalau nggak boleh juga nggak apa-apa kok, Mas." Neza kecewa.

"Ya udah, kita ke rumahmu. Tapi beri kabar ke Mbakmu, nanti dia khawatir. Terus jangan merengut gitu. Jelek," ujar Arga.

Neza senyum sumringah, baru saja ia temukan sosok pelindung dari diri Arga. Setelah tadi melepas paksa pelukan Ferdi, sekarang dirinya mau menuruti apa yang ia mau. Rasa itu, apakah cinta? Sepertinya bukan. Hanya nyaman. Itu yang kini Neza rasakan.

"Okay!" jawab Neza senang.

🏞🏞🏞

Satu jam kemudian mereka tiba di rumah Neza.
Hanya ada Bik Ijum di rumah.

"Eh, Bu ... kok nggak kasih kabar kalau mau kesini?" tanya Bik Ijum terkejut melihat kedatangan mereka.

"Iya, Bik. Mendadak tadi, abis dari resto sekalian kesini. Salsa belum pulang ya, Bik?"

"Belum, Bu. Bukannya kata Oma mereka mau seminggu disana?" tutur Bik Ijum.

"Seminggu? Kata Ibu kemaren cuma tiga hari."

"Nggak tau, Bu, tapi tadi Oma telfon, dan katanya mau seminggu di sana."

"Yah, bakalan kangen berat, nih," keluh Neza.

"Za, aku ke kamar mandi dulu," ucap Arga.

"Iya, Neza juga mau ke kamar. Pengen tidur."

"Jadi, kamu kesini cuma pengen tidur, Za?" tanya Arga terheran-heran. Tidak ada jawaban. Hanya ada penampakan gigi rapi Neza dan di sertai dengan matanya yang menyipit.

***
***
Arga mengamati kamar Neza. Berbeda jauh dari kamar yang ia tempati di rumah Arga. Neza suka kemewahan, sedangkan Adiba lebih suka kesederhanaan.

Arga kini mulai menyadari, kedua istrinya memiliki kepribadian yang bertolak belakang. Neza bersifat manja sedangkan Adiba sifatnya lebih dewasa. Mungkin, karena gaya hidup sejak masa kecil yang membuat mereka memiliki sifat berbeda itu.

Neza yang sedang berbaring di ranjang heran kala mendapati suaminya mematung di depan pintu.

"Mas, ngapain bengong disitu?" 

"Eh, enggak. Kamu katanya mau tidur, kok nggak jadi?"

Neza menegakkan punggung, bersandar di kepala ranjang. Alih-alih menjawab, Neza malah bertanya,
"Mas, malam ini aku tidur disini, ya? Mas pulang aja. Besok Neza nyusul," pinta Neza.
Arga mendekat, duduk di kursi meja rias Neza. Bahkan meja rias Neza lebih mewah di banding yang ada di rumah Arga.

"Kenapa? Kamu nggak betah dirumah kita?" tanya Arga.

"Bukannya nggak betah, semalam Neza nggak bisa tidur."

"Karena tidur sendiri?" tanya Arga iseng.

"Dih! Dari dulu juga Neza tidur sendiri, Mas! Neza tu tidak mudah beradaptasi sama lingkungan baru. Makanya susah tidur semalam."

"Terus, kalau nggak sekarang, kapan mulai beradaptasinya?"

Neza menghela nafas. Kecewa.

"Iya juga, sih," jawab Neza.

Dilamar Jadi Adik Madu [Terbit]✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang