Waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi.
Neza mematut dirinya di depan cermin, gaun putih lengan panjang menjuntai indah di tubuhnya, jilbab dengan warna senada menjulur hingga bawah dada, bros mutiara menjepit ujung jilbab ke samping kiri. Dengan make up yang tidak terlalu tebal, dan tanpa bulu mata palsu membuatnya tetap mempesona. Sederhana, tapi cantik!"Jangan berlebihan dandannya, tunjukkan cantikmu yang sesungguhnya cuma buat Mas Arga!" begitulah pesan Adiba.
"Weee oo weee ... Mbak Neza! Kamu luar biasa ...!" kata Dina yang sedari tadi mendampingi Neza di kamar. Ia terus memuji sejak tukang make up menghias wajah calon pengantin itu.
"Nggak usah lebay deh, Din!"
"Nggak lebay, Mbak! Aku jamin, Mas Arga pasti klepek-klepek sama Mbak Neza!" celetukan Dina di balas cubitan yang mendarat di pinggangnya.
"Aww! Sakit tauk!" Dina meringis mengelus pinggangnya.
Neza gelisah, entah berapa tisu yang ia habiskan untuk mengelap basah di telapak tangan. Ia gugup sekali, di ruang tengah, tepat di depan kamar, Arga sedang mengucap ijab kabul. Sebentar lagi dirinya akan menjadi milik lelaki yang sudah beristri itu.
Hingga sesaat kemudian suara "sahhh!" Terdengar dari dalam kamar. Neza menitihkan air mata haru. Dalam hati ia berharap, semoga pilihannya ini tepat.
Beberapa menit kemudian pintu diketuk, Adiba menjemput adik madu pilihannya untuk bertemu suami yang kini menjadi milik mereka berdua.
Adiba menuntun Neza, tatapan penuh kasih dan kekaguman tak lepas dari mata wanita berwajah ayu itu.
Neza di dudukkan di sebelah Arga. Ia belum berani menatap lelaki yang kini menyandang status sebagai suaminya.
Hingga panggilan Adiba membuatnya mengangkat wajah, dan kini, matanya saling bertemu dengan mata Arga. Neza meraih dan mencium punggung tangan suaminya itu dengan takzim. Di susul Arga yang mencium keningnya.Salsa yang sedari tadi bersembunyi di balik Bu Sukma tampak tersenyum bahagia. Ia senang, sekarang sudah punya Papa.
Tak ada resepsi mewah di pernikahan mereka, semua atas keinginan Neza. Hanya saudara dekat yang mereka undang.
🕊️🕊️🕊️
Sore, setelah tamu undangan pulang, Adiba membantu Neza mengemas pakaian ke dalam koper.
"Za, mau bawa baju yang mana aja?" tanya Adiba.
"Emang harus sekarangnya ya, Neza ikut pulang ke rumah Mbak Diba?"
Sebenarnya Neza masih ingin di rumahnya sampai besok. Dan akan menyusul sore hari berikutnya. Tapi, Adiba yang tidak sabaran langsung ingin memboyong adik madunya hari itu juga.
"Iya, dong! ke rumah kita, bukan rumahku saja," Adiba menekan kata 'kita' untuk mengingatkan Neza akan statusnya kini. "Apa kamu tidak suka?" tanyanya kemudian.
"Bukan begitu, Mbak! Neza suka, kok."
Bukan tak suka, hanya saja Neza merasa belum siap menjalankan perannya malam ini. Neza sudah tak enak hati membayangkan bagimana dia nanti akan bermalam dengan Arga, dan bagaimana perasaan kakak madunya nanti. Tiba-tiba dadanya terasa sesak, bayangan Ferdi yang dulu membagi miliknya dengan orang lain kini teringat kembali. Akan seperti itu, kah perasaan Adiba nanti ....
"Maamaa ...!" panggilan Salsa membuyarkan lamunan Neza.
"Hai, Sayang, seneng nggak, Salsa sekarang udah punya Papa?"
tanya Neza. Dan di balas anggukan oleh Salsa."Salsa," Adiba yang sedari tadi hanya memperhatikan kini mendekati mereka.
"Iya tante," jawab Salsa malu-malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilamar Jadi Adik Madu [Terbit]✓
RomansaBlurb: Menjadi single parent bukanlah perkara yang mudah bagi Neza. Terlebih harus merasakan trauma atas pengkhianatan Ferdi, mantan suaminya. Bertahun kemudian, Ferdi kembali untuk meminta rujuk. Bersamaan dengan kedatangan Adiba, yang melamar untu...