Lima

4.6K 232 3
                                    

Dina melambaikan tangan, Adiba pun bangkit dari tempat duduknya dan bergabung bersama mereka.

"Sini, Mbak. Duduk!" pinta Dina dengan menepuk kursi di sebelahnya.

Adiba tersenyum manis, wajah ayunya membuat Neza sejenak merasa kagum.
"Sayang sekali, istri baik dan anggun seperti Mbak Adiba harus mencari wanita kedua untuk suaminya, hanya karena tidak bisa memiliki keturunan," pikir Neza.

"Assalamu'alaikum, Mbak Neza. Apa kabar?" sapa Adiba.

"Wa'alaikumussalam. Alhamdulillah baik, Mbak Diba gimana kabarnya?"

"Baik juga, alhamdulillah."

"Mbak, datang sendirian ke sini? Ada perlu apa, ya, mencari saya?" tanya Neza berbasa-basi. Sebenarnya, dia sudah bisa menebak akan hal apa yang ingin Adiba sampaikan.

"Tadi Mas Arga yang antar, lalu ke kantor setelahnya. Jadi begini, Mbak Neza, apakah Dina sudah menyampaikan prihal apa yang kami bicarakan tempo hari?"

"Benar dugaanku, Mbak Adiba pasti mau tanya soal lamarannya itu," batin Neza.

"Iya, sudah."

"Lalu?"

"Apa Dina tidak cerita ke Mbak Diba tentang jawaban saya?" tanya Neza.

Adiba terlihat bingung dan menatap Dina.
"Jawaban apa, Din?" tanya Adiba.

Neza menatap Dina dengan tatapan menuntut, mungkinkah Dina tidak menyampaikan penolakan Neza?

"Eh. Anu ... Mbak. Eemmm ...."
Dina terlihat bingung mau menjawab, ia menggaruk ujung kepalanya dan terlihat seperti menyembunyikan sesuatu.

"Eh, Mbak, aku tinggal dulu ya kebalakang, kalian berdua lanjutin ngobrolnya." Dina berkilah, dan buru-buru meninggalkan mereka.

Neza menggerutu dalam hati, dari gelagatnya, Dina sepertinya belum mengatakan pada Adiba tentang penolakannya.

"Memangnya Mbak Neza sudah memberi jawaban sama Dina?" tanya Adiba kebingungan.

"Sudah, Mbak!"

"Apa jawaban Mbak Neza?"

"Maaf, Mbak! Saya tidak bisa!"

Adiba mendadak lesu mendengar jawaban dari Neza.

"Tidak bisa Mbak fikirkan kembali, kah? Tolong, Mbak! Bantu saya." pinta Adiba memelas.

"Maaf, Mbak Diba, bukannya saya tidak mau menolong, saya masih belum berkeinginan untuk menikah, dan lagi, saya pernah merasakan di duakan. Sakit rasanya, dan saya tidak mau menjadi yang ketiga diantara Mbak sama suami Mbak Diba." tegas Neza.

"Apakah kalau saya berpisah dengan Mas Arga Mbak Neza mau menikah dengannya?"

Neza terkejut dengan perkataan Adiba.

"Maksud Mbak Adiba apa?"

Adiba menhembuskan nafas perlahan, bersiap mengungkapkan segala isi hatinya.

"Maaf, sebelumnya Mbak Neza, apakah Dina bercerita tentang apa alasan saya mencari adik madu?"

"Karena Mbak Diba tidak bisa memiliki keturunan?" jawab Neza dengan nada bertanya.

"Benar, dan alasan utamaku adalah, Ibu mertuaku kini sudah sakit-sakitan, usianya sudah cukup tua. Aku tahu, meski tanpa di katakan, sebenarnya ibu sangat ingin menimang cucu. Mas Arga adalah anak satu-satunya, dan almarhum Ayah ...," suara Adiba tercekat,

"Dua tahun lalu Ayah meninggal, dengan membawa keinginan yang belum terpenuhi, beliau juga sangat ingin menimang cucu. Mereka sama sekali tidak pernah menuntut, tapi tanpa mereka ungkapkan saya tahu Mbak Neza, nampak rona bahagia begitu terpancar dari wajahnya ketika ia menimang anak kecil, baik itu cucu dari saudara kami, ataupun anak-anak tetangga, terlihat jelas bahwa mereka sangat rindu akan kehadiran bayi dirumah kami.

Dilamar Jadi Adik Madu [Terbit]✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang