Sejak kejadian di restoran, Neza enggan untuk keluar rumah. Kabar Maria ia ketahui melalui sambungan telefon.
Rasa rindu untuk Salsa, pun hanya terobati lewat vidio call.
Selama masa itu, Neza lebih sering murung dan hanya bicara seperlunya."Bi, gimana perkembangan atas laporan Ferdi ke polisi," tanya Adiba sesaat sebelum tidur. Keduanya duduk bersandar di kepala ranjang dengan selimut yang menutup setengah badan.
"Abi sudah serahkan bukti rekaman dari Maria, juga hasil visum dokter. Tapi Ferdi kabur, sekarang dia dalam pencarian polisi." Semaksimal mungkin Arga berusaha memecahkan masalah ini. Neza adalah tanggung jawabnya.
"Beberapa hari ini, Neza jadi seperti dulu lagi, Bi. Lebih banyak diam, jarang ketawa. Ummi udah berusaha ngehibur, tapi sia-sia."
Arga menghela napas. Ia pun merasakan hal yang sama. Gombalan receh yang sering membuat bibirnya tersenyum saat mengingatnya tak lagi ia dengar dari Neza.
"Mungkin dia tertekan. Kejadian ini membuatnya tidak bisa tenang. Semoga, saat Ferdi sudah tertangkap dia akan ceria lagi. Abi sudah berusaha, Mi. Kita serahkan ke pihak yang berwajib," tutur Arga.
"Bi, emm ... maaf, sebelumnya. Jika boleh tau ... sebenarnya, Abi ingin mempertahankan Neza karena apa?" Adiba merasa penasaran, sudahkah suaminya itu memiliki rasa cinta untuk Adik madunya. Bukan karena cemburu, namun, ia teringat terahir kali Neza bertanya, akankah Arga dapat menerimanya. Adiba herharap, Neza juga mendapatkan hak yang sama dari Arga.Arga mengernyit, bingung dengan pertanyaan istri pertamanya itu. Ia bertanya tentang perasaan antara suami dan adik madunya. Benarkah?
"Kenapa Ummi bertanya soal itu? Ummi nggak cemburu?" tanya Arga menggoda.
"Cemburu? Eeuummm ... justru Ummi sedih jika Abi belum mampu berbuat adil kepada kami. Ummi yang minta Abi menikah lagi. Jadi Ummi juga harus pastikan jika Abi bertanggung jawab dan bersikap adil dengan pernikahan poligami ini. Ummi ingin, kita sehidup sesurga, Bi."
Tulus Adiba mengatakan itu. Tidak ia temukan alasan untuk menghalangi suaminya mencintai Neza. Ia sadar diri, posisinya dan Neza untuk Arga seharusnya memang sama.
"Entah lah, Mi. Abi nggak tahu."
Arga tau pasti alasannya adalah karena sayang.
Dan cinta, rasa itu sepertinya juga mulai ada. Tapi ia tak mau membahas ini dengan Adiba. Apa jadinya jika Arga mengatakan alasan yang sebenarnya. Ia hanya ingin menjaga hati Adiba. Itu saja."Lho, kok nggak tahu?"
"Jangan bahas ini lagi. Nanti hati Ummi sakit."
"Enggak, Bi."
"Bener?"
"Iya."
"Nggak cemburu?"
"Eemmm ...."
Adiba kembali teringat rasa itu. Cemburu. Kejadian beberapa waktu lalu saat di rumah Ibu Ratih kembali terkenang. Ia tersenyum perih, sekaligus sedih. Karena belum mampu menjaga hati agar ikhlas berbagi kasih."Sudah, kita tidur. Ini sudah malam." Arga menyusun bantalnya juga Adiba. Mereka terlelap setelah cukup lama membahas persoalan yang sedang Neza hadapi.
🏵🏵🏵🏵️🏵🏵🏵🏵️
"Za, hari ini Mbak mau belanja sama Mbok Darmi. Mau ikut, nggak?" tanya Adiba di pagi hari. Kebutuhan dapur sudah habis. Adiba terbiasa belanja sendiri, Mbok Darmi sekedar menjadi teman saat keluar rumah agar ia tidak pergi sendiri tanpa mahram.
Sedangkan Arga, sudah berangkat kerja setengah jam yang lalu."Enggak, Mbak. Neza di rumah aja."
"Kamu sudah tiga minggu di rumah terus apa nggak bosen?"
Sudah tiga minggu Neza mengurung diri.
Hanya sesekali keluar sebentar, itu pun jika Arga punya waktu luang untuk menemani.
Ia masih belum tenang, karena hingga saat ini Ferdi belum tertangkap. Entah dimana dia bersembunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilamar Jadi Adik Madu [Terbit]✓
RomanceBlurb: Menjadi single parent bukanlah perkara yang mudah bagi Neza. Terlebih harus merasakan trauma atas pengkhianatan Ferdi, mantan suaminya. Bertahun kemudian, Ferdi kembali untuk meminta rujuk. Bersamaan dengan kedatangan Adiba, yang melamar untu...