"Hari ini aku baru menyadari, jauhnya seseorang membuatku merasa ada sesuatu yang hilang"
°✧✧°✧✧°
"Kenapa?" Lagi-lagi semua murid kelas XI Ipa-1 mengalihkan pandangannya mencari pemilik sumber suara. Mereka seperti sedang di permainkan oleh tokoh-tokoh drama dadakan dihadapan mereka.
Shea memicingkan mata, kemudian menjawabnya dengan tenang, "Pengen aja."
Lola berdecak kesal, "Nggak usah kebanyakan cari sensasi deh, sha." Ketus Lola sambil menatap Shea tajam.
"Maksud lo apa?" Tanya Shea penuh selidik.
"Lo tanya maksud gue apa?" Sinis Lola, "Masak otak pintar nggak bisa jawab sendiri." Lola menatap Shea remeh dan sekali melirik kearah Brian yang juga sedang menatapnya tajam bagai elang. Akan tetapi Lola tidak memperdulikannya.
"Bentar deh, la. Gue beneran nggak tahu apa maksud lo."
"Nggak usah sok bego deh lo!"
"LOLA?!" Timpal Mita emosi. Ia tidak menyangka bahwa Lola akan berkata sedemikian itu.
"Kenapa? Mau bela sahabat lo? Iya?!"
"Lo apa-apaan sih, lol?! Shea salah apa sama lo, ha?!" Bentak Mita berapi-api dan berdiri dari duduknya.
"Lo mau tau apa salah dia?" Lola mengambil jeda, "Dia udah ngrenggut semua kebahagiaan gue!" Bentak Lola tak kalah emosi.
Kini suasana kelas IX Ipa-1 menjadi tegang. Tidak ada yang berani membuka suara kecuali tokoh-tokoh tadi. Hanya ada satu kejanggalan diantara mereka. Yaitu, Davy Prayoga. Sejak tadi pria itu hanya cekikikan di bangkunya. Walaupun sangat pelan, tetapi beberapa murid yang ada disekitarnya menyadari hal itu.
"Kebahagiaan? Maksud lo itu apa sih sebenernya?"
Hening.
"Lola!"
Masih hening.
"Budek ya lo?!" Umpat Mita semakin berapi. Sedangkan Lola masih diam tak berniat menjawab dan menampilkan ekspresi yang sulit dibaca.
Beberapa detik kemudian terdengar suara tawa yang begitu keras sampai memenuhi ruangan kelas. Para muridpun semakin dibuat bingung. Terutama Brian dan teman-temannya yang masih tak mengerti dengan semua ini.
"Woy! Lo semua ini kenapa? Hebat banget ya gue akting-nya, sampai lo semua pada serius gini? Hahaha. Ayolah. Lo semua kayak kenal gue aja." Ujar Lola diiringi tawa yang membahana.
Dan kini giliran Davy yang menumpahkan tawa tertahannya.
"Sip banget deh lo, la. Akting yang begitu sempurna." Kata Davy sambil mengangkat jempolnya, "Gue nggak nyangka rencana bodoh gue bikin sekelas tegang." Lanjutnya disertai tawa yang tak kunjung reda.
Pandangan murid sekelaspun mulai datar melihat dua insan yang masih sibuk dengan tawanya. Kemudian mereka memilih untuk melanjutkan aktivitasnya kembali dari pada mendengarkan hal-hal tak berfaedah dari kedua mulut tukang perusuh kelas itu, Lola dan Davy.
Mita duduk kembali di kursinya dengan perasaan kesal. Sedangkan Shea, ia menghela napas lega. Ternyata semua ini hanya lelucon.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHEAN
Teen FictionBersamanya aku menemukan diriku yang sesungguhnya. ♡-Bukan pertemuan jika tidak berunjung perpisahan. ♡-Bukan cinta jika selalu bahagia. ♡-Bukan cinta jika selalu abadi. Tetapi apakah seseorang tidak akan pernah merasa bahagia? Tentu saja jawabannya...