Ini part sengaja aku buat banyak. Kira-kira 4k an kata lah.
Semoga nggak bosen ya, Sekalian aku mau nebus ketelatan post, wkwkwk😂
Maaf ya:)
Selamat membaca!
°✧✧°✧✧°
Dia 'kan suka sama lo
Perkataan Lola melintas begitu saja di benak Shea, sampai-sampai ia menjatuhkan minuman dan makanan ringan yang harusnya ia sajikan pada tamunya.
Terdengar suara istighfar dan panggilan untuk namanya dari dalam rumah.
Shea segera berjongkok dan mengambil gelas beserta mangkok isi makanan ringan tersebut. Brian yang melihat itu langsung bergegas menghampiri Shea dan membantunya.
"Gue bisa sendiri."
Brian tak menghiraukan. Ia tetap keukuh membantu Shea mengambil makanan ringan yang berserakan dilantai.
"Lo masih sakit?"
Pertanyaan itu lantas membuat Shea mendongak, tepatnya menatap Brian. Satu detik, dua detik, tiga detik. Lalu Shea menggeleng pelan.
Terdengar suara helaan napas berat dari pria yang berada dihadapannya saat ini. Shea juga tidak tahu kenapa teman yang notabenya sebangku dengannya ini bisa sampai rumahnya. Pria yang sangat aneh.
"Ya Allah," Tiba-tiba Arka muncul di tengah-tengah pintu. "Gimana, sih, sha, kok bisa jatuh?" Lanjutnya bertanya sembari bersidekap dipinggiran pintu.
Shea berdecak lalu segera berdiri dan kemudian disusul oleh Brian. Shea berbalik menatap Arka garang dan yang ditatap malah menampilkan tampang yang menurut Shea amat sangat menjengkelkan.
"Mending bantuin dari pada banyak omong!"
"Mau bantuin apa coba? Udah selesai gitu." Tunjuk Arka pada wadah makanan dan minuman yang dibawa oleh Shea dengan dagunya.
"Terserah. Minggir!" Shea melewati Arka begitu saja dan segera menuju dapur.
"Jangan lupa buatin lagi."
"Iya-iya!"
Arka terkekeh mendengar nada kesal Shea. Lalu ia memfokuskan pandangannya pada Brian yang masih setia ditempatnya.
"Duduk gih!"
Brian lantas mengangguk dan duduk diteras. Sebelum mengikuti Brian, Arka mengintip sebentar kedalam rumah. Ia cekikikan melihat Shea sedang diceramahi oleh Ibunya. Walaupun tidak melihat langsung karena posisi Shea dan Ibunya berada di dapur, tetapi Arka bisa mendengarnya dengan jelas.
"Kenapa kak?" Tanya Brian heran melihat tingkah aneh Arka.
Oh shit! Arka lupa kalau ada adik kelasnya disini. Cukup saat itu saja ia menunjukkan sikap aslinya. Sekarang tidak lagi.
Arka nyengir, "Nggak papa." Kemudian ia segera duduk dikursi yang jaraknya tidak jauh dengan kursi Brian, hanya terpisah oleh meja kecil bundar diantara keduanya.
Brian menatap aneh Arka. Kakak kelasnya itu memang aneh. Jadi pantas jika ditatap aneh. Namun ia segera mengenyahkan pikiran dan tatapannya, dan akan fokus membahas suatu hal yang membuatnya bisa berada disini.
"Kenapa lo nyuruh gue kesini?"
"Ssstttttt!" Arka segera mengintrupsi Brian untuk diam dengan jari telunjuknya yang berada dibibir, "Jangan keras-keras." Ucapnya memperingatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHEAN
Teen FictionBersamanya aku menemukan diriku yang sesungguhnya. ♡-Bukan pertemuan jika tidak berunjung perpisahan. ♡-Bukan cinta jika selalu bahagia. ♡-Bukan cinta jika selalu abadi. Tetapi apakah seseorang tidak akan pernah merasa bahagia? Tentu saja jawabannya...