Kalo ditanya, aku sukanya makan apa? Kujawab aku suka makan pasta. Apapun itu jenisnya, apapun itu olahannya. Mau itu spaghetti, fettucine, lasagna, ravioli ataupun macaroni. Baik itu Bolognese, alfredo, carbonara, putanesca, aglio olio, semuanya aku suka. namun aku paling suka pasta marinara, seperti yang teersaji saat ini didepanku. Melihatnya saja, liurku langsung meleleh.
Aku berada disebuah restoran Italy sekarang, interior restoran ini sungguh authentic italynya, kental banget. Aku tak sendiri, didepanku seorang pria yang duduk tersenyum menyantap sajian yang sama denganku. Akupun tersenyum kepadanya, sembari kami menyantap sajian didepan kami. rasanya kenikmatan marinara yang aku santap bertambah berkali-kali lipat hanya karena kehadiran dia bersamaku, hanya karena melihat senyuman itu terkembang di wajahnya. Apalagi ketika ia menggenggam tanganku, oh shit, ini terlalu romantis.
Live music di restoran ini, seakan menjadi soundtrack kisah romantisme kami. senyumku terkembang makin lebar, aku bisa saja melayang karena terlalu bahagia, melayang diantara burung-burung berkicauan, melayang diantara bunga-bunga yang bertebaran.
"BABAM" dan teriakan mama kembali mengakhiri mimpi bodoh itu.
Aku membuka mata, menyadarkan diriku dari mimpi bodoh yang tak ingin kuingat. Aku meraba-raba pipiku, astaga.....garis senyumku mmasih terbentuk.
Aku menepuk keras pipiku, menyadarkan diriku, menolak kebodohan yang kulakukan pagi ini. aku mengumpat dan mengutuk diriku sendiri. Apa yang salah denganku? Apakah alam bawah sadarku telah berkhianat? Atau mungkin ini jati diriku yang sebenarnya?
OH NO...
Aku mengingat sepenggal memori itu, mencoba mengingat siapa sosok pria didalam mimpiku itu. ahhhh aku gak ingat sama sekali, wajahnya samar diingatanku. Oh shit...shit.....apa yang kupikirkan, gak ada gunanya mencari tahu siapa dia, dan aku gak mau tahu siapa dia.
Aku beranjak dari tempat tidurku, tak ada gunanya aku berlarut dalam kegundahan ini. aku normal, titik. Mimpi itu tak memiliki arti apa-apa. Sekarang bangun, mandi, dan berangkat kerja, itu yang harus aku lakukan.
"mama perhatiin, belakangan ini wajahmu kayak gak semangat tiap pagi. Kenapa?" tanya mama saat melihatku tak semangat menyantap sarapanku.
"gak. Babam semangat kok" jawabku tersenyum meperlihatkan wajah semangatku, meski itu palsu.
"ada masalah di kantor?" tebaknya yang gak percaya kalo aku baik-baik saja.
"gak ada ma, udah aku bilang, aku baik-baik saja"
"kamu masih lembur entar?" tanya mama kemudian, yah belakangan ini, aku memang banyak lembur.
"sepertinya" jawabku kembali tidak semangat. Kali ini, aku gak semangatnya karena mengingat harus lembur lagi nanti malam.
"restoran om Eddy akan bukan dibuka hari ini. mama mau ngajakin kamu kesana"
"Om Eddy? Oh" om Eddy adalah pacar mama, meski aku tak suka, tapi aku juga tak punya hak mencampuri urusan mereka.
"akhir pekan, kamu gak harus masuk kerja kan?"
Aku hanya mengangguk, rasanya aku benar-benar kehilangan semangat sekarang, nafsu makanku tiba-tiba hilang, aku tak punya selera lagi menghabiskan sarapan yang telah mama buatkan untukku
"aku berangkat dulu" pamitku. Mungkin aku terkesan jahat, tetapi aku juga tak punya alasan untuk bermulut manis ketika mendengar nama orang itu. sudah kubilang aku tak suka dengan dia, atau mungkin hanya karena aku belum bisa menerima dia berhubungan dengan mama. Atau mungkin lagi, aku belum siap memiliki seorang ayah. Aku sudah hidup 23 tahun tanpa ayah, dan mungkin dalam rentang waktu yang lama itu, aku melupakan bahwa seharusnya ada peran ayah dalam hidup aku.