"MA....MAMA....MAMA...."aku teriak sekencang-kencangnya memanggil mama. Ma, tolong anakmu ini mah.
"Apaan sih Sayang, masih pagi udah teriak-teriak"
Dan AUCHHH.....Aduh, pingggulku sakit. Aku baru saja jatuh dari tempat tidur.
Aku mencoba menyadarkan diri, apa yang telah terjadi, dimana aku sekarang? Oh astaga, aku baru bangun tidur, ternyata yang tadi hanya mimpi. huffttt aku lega banget.
Aku bangkit dari jatuhku, OHOH....ini sakit banget. Kok bisa sih yang sakit pinggul aku? aku kan jatuh yah, yang seharusnya sakit punggung aku, atau bagian lainnya, ini kok? Ah sudahlah, yang penting apa yang kulihat dalam mimpiku tadi tidak kenyataan.
Aku masuk kekamar mandi, mencuci mukaku, mengembalikan kembali energiku pagi ini. aku menatap refleksiku didalam cermin, megingat kembali apa yang kulihat dalam mimpiku tadi. Rasanya ada yang salah, meski aku tahu sekarang itu hanya mimpi, tapi rasanya benar-benar terjadi. aku masih bisa merasakan ciuman lembut Yayan dibibirku, aku masih ingat sesuatu yang menegang yang tak sengaja disentuh oleh tanganku yang telah membuat aku berteriak histeris tadi. Ihhh kok aku jadi merasa horror gini yah? Yah untungnya hanya mimpi.
Aku keluar dari kamar, menemui mama yang telah menyiapkan sarapan untuk kami. seharusnya om Teddy sudah ada di meja makan, tapi dimana dia?
"pagi ma" sapaku mengecup lembut pipi mamaku.
"pagi sayang. Kamu kenapa tadi?" balasnya sambil menanyakan kenapa aku berteriak tadi.
"enggak mah, cek sound doang" jawabku bercanda. Yah mungkin tidak berkata jujur adalah hal yang tepat yang kulakukan. Kalo aku bilang mimpi, nanti ditanya lagi mimpi apa sama mama.
"kamu nih, ada-ada aja. Atau kamu sekarang hobi teriak-teriak"
"hah?" aku tak mengerti apa yang mama maksud, dan aku sangat berharap penjelasan darinya. Tidak seperti yang kupikirkan kan?
"Kak, aku pake mobilnya yah" pintah Om Teddy yang baru keluar dari kamarnya. Ia mengenakan setelan olahraga, kaos polo dipadukan dengan celana drawstring.
"mau kemana Ted?"
"mau ke gym. Aku pergi yah"
"eh gak sarapan dulu" jegat mama, namun sepertinya itu tak menghentikan om Teddy.
"aku sarapan diluar aja kak"
"CIEHHH" ledekkku, alasan aja ke gym tuh ma, cuman mau kencan doang. tapi kencannya sepagi ini sih om?
"cih, diam" ancamnya, kemudian meninggalkan meninggalkan kami berdua.
"kamu kenapa senyum-senyum?" tanya mama yang melihatku tersenyum-senyum masih memikirkan om Teddy yang baru saja pergi.
"enggak" sangkalku. Mungkin belum saatnya kali yah mama tahu soal hubungan om Teddy sama mbak Nana. Atau mungkin biarkan mama tahu dari adiknya langsung.
"om kamu nampaknya rajin banget belakangan ini. tidak ada yang terjadi sama dia kan?" tanya mama penasaran yang kujawab hanya dengan mengangkat bahu, senyumku masih terkembang diwajahku.
"dia pacaran?"tebak mama dengan nada meninggi diakhir ucapannya.
"gak taulah ma. Tanya sendiri" dan aku masih pura-pura gak tahu. Eh tapi kan, mereka belum pacaran juga kan yah, seperti kata mbak Nana kemarin. Belum
Kemarin? Kemarin aku bertemu dengan mereka kan yah?
Aku coba merunut kejadian kemarin, aku sebel pagi-pagi karena dicuekin Yayan, kemudian dia datang katanya ada tangkapan besar, terus kami bermain badminton, bertemu dengan mereka berdua. Akhirnya aku tahu tangkapan besar yang dimaksud Yayan, akhirnya tahu hubungan mereka berdua. Terus gitu, kami lawan mereka, dan kalah telak karena Yayan sangat-sangat tidak bisa diandalkan. Terus Yayan mengantarku pulang. Stop, aku merinding sampai disini. Tapi aku masih harus melanjutkannya.