22nd Dream

2.3K 135 23
                                    

"Aku masukin yah" pintahku bersiap memasukkan senjataku. Namun, akhirnya tawaku tak bisa kutahan, saat melihat ekspresi wajahnya yang terpejam seperti menahan ketakutan besar. Haruskah aku berhenti untuk tertawa dulu? Ah enggak, sudah nanggung banget jika aku menghentikan nafsuku yang terlanjur membuncah hingga keubun-ubunku.

Kutusukkan kontolku yang sudah menegang masuk kedalam lubang analnya. Matanya makin terpejam memperlihatkan garis kerutan di ujung matanya. Bibirnya ia gertakkan, seolah memang ia merasakan sakit.

Akibat tubuhnya yang sangat-sangat tidak santai, aku sulit menusuk masuk lubangnya, rektumnya mengkerut, sulit banget bagiku untuk masuk melakukan penetrasi. Tapi dasar aku yang tidak berpengalaman, aku paksain aja untuk masuk, kudorong kontolku sekuat tenagaku, melawan masuk barikade rektumnya yang telah membuat ia kesakitan.

"OW...OW...NONONONO....." rintihnya sambil menepuk-nepuk kasur.

"aku ambil nafas dulu" pintahnya menyuruhku untuk berhenti sejenak.

Gimana yah, rasanya campur aduk, namun ini terlalu menggelitik buatku. Aku tak bisa menahan tawa, astaga....kok ini lucu yah.

"kenapa kamu tertawa?" tanyanya menatapku sinis. Aku hanya menggeleng menahan tawa aku.

"bisa kita lanjutkan?" tanyaku kemudian yang mendapat sorotan ragu dimatanya, namun ia tetap mengangguk. Ia mengeluarkan cairan lube dari botol kemudian ia usapkan cairan itu di pantatnya. Ia kemudian membuka pahanya lebar kembali, memberi ruang untukku melanjutkan apa yang tertunda tadi.

Aku tak langsung kesasaran itu, aku harus tahu apa yang menjadi masalah kami. aku labuhkan ciumanku dibibirnya, kurasa sangat penting melakukan kembali foreplay kami, menstimulus tubuhnya agar dalam kondisi santai.

Bibirku melumat bibirnya, sembari tanganku megocok pelan kontolnya, menyentuhnya lembut dengan gerakan-gerakan yang membangkitkan birahinya. Tanganku tak berhenti hanya dengan mengocok kontolnya, kugerakkan kebawah bermain tepat didepan analnya. Kugosok-gosokkan jemariku didepan mulut gua itu, selayaknya seorang penambang yang mencoba mencari jalan celah masuk kedalam gua. Aku menusukkan masuk jariku, yah, kurasa tubuhnya sedikit lebih santai sekarang, dan itu artinya aku sudah bisa melakukan penetrasiku.

Aku melepaskan ciumanku, kemudian berlutut didepan selangkangannya yang tengah telentang. Kutarik tubuhnya mendekat kearahku, kusimpulkan kedua kakinya lalu kutarik keatas menempatkannya di bahuku. Aku kemudian menusukkan senjataku masuk kedalam analnya, kudorong perlahan dengan sedikit tenaga agar ia tak kesakitan lagi. kulihat ia masih memejamkan mata sambil menggigit bibir bawahnya. Aku kemudian menurunkan tubuhku, kutarik bibir bawahnya itu, dan kugertakkan. Aku menggantikannya menggigit bibir bawahnya, aku tak bermaksud menyakiti dia, namun, rasanya ada sensasi nikmat ketika aku menggigit bibir itu.

Kudorong terus masuk kontolku, dan kurasa aku telah berhasil masuk kedalam analnya. Kutarik keluar kontolku lalu kudorong masuk kembali, begitulah gerakan penetrasi kulakukan, terus dan terus, hingga menguras hampir seluruh energy dalam tubuhku. Aku tak tahu berapa lama, aku melakukan gerakan penetrasi ini, hingga aku berhasiil orgasme.

"HOWAHH AHHHH" aku mengatur nafasku disampingnya, dan kamu tahu, apa yang ia lakukan? Ia ngorok lagi. astaga, apakah itu sebuah kebiasaan buruknya?

Aku menyadari sesuatu setelah ini, apa enaknya jadi top, hanya capek melakukan penetrasi, rasanya pun sepertinya monoton. Dan kesimpulan aku, aku mungkin akan menjadi bot selamanya. Kurasa bukan sekedar mungkin, tapi aku memang akan menjadi bot dia selamanya. Sepertinya ia juga tak ada bakat untuk jadi bot, wkwkwk...

Ahhh udahlah, aku mau tidur. Aku harus kerja besok pagi, dan rasanya tidurku akan sangat nyenyak jika aku tidur didalam pelukan Yayan aku. bye reader........

The Man Came From My DreamWhere stories live. Discover now