Aku biasanya kekantor menggunakan jasa ojek online. Selain murah, juga bisa cepat sampai. You knowlah, gimana lihainya mereka menerebos padatnya kendaraan dipagi hari, bagiamana luasnya wawasan mereka tentang jalan ibukota. Tapi perjalananku pagi ini harus terhenti karena ban motor si abang ojolnya bocor.
"waduh gimana dong bang, aku bisa telat nih" ucapku menggerutu, aku menatap jam yang melingkar ditanganku, sudah jam 8.30, aku punya waktu tersisa 30 menit lagi. 30 menit menunggu abang ojol benerin bannya, rasanya gak cukup.
"gak apa mas, mas pesan ojek lain aja. Gak usah bayar ongkosnya" ucap abang ojol itu pasrah sambil mendorong motornya yang kebetulan tak jauh dari tempat kami berhenti terdapat sebuah tukang tambal ban.
Aku iba melihatnya, kita sama-sama mencari rezeki, meski tak mengantarku sampai ke kantor aku tetap memberinya ongkos perjalananku.
"ini bang, gak papa ambil aja" ucapku memberikan nominal uang sesuai yang tertera dalam aplikasi.
"terima kasih banyak mas, semoga mas selalu dikasih rezeki yang melimpah" ucapnya mendoakan aku.
"amiin"
Aku kemudian memesan kembali ojek online, namun sebelum ojolnya nongol, sebuah mobil berhenti didepanku. Mobil yang tak asing bagiku, tapi semoga saja hanya karena mirip. Aku juga gak tau sih nomor kendaraan mobil dia.
"Abraham, ngapain?" pemilik mobil itu turun dan menghampiriku. Dan ternyata memang dia pemilik mobilnya, Pak Adrian. Astaga, apakah timing kita sudah diatur sebegitu rapihnya, sampai-sampai dia selalu muncul didepanku.
"pak Adrian. Oh itu, ban motor ojolnya bocor" jawabku.
"masuk" pintahnya menyuruhku masuk kedalam mobilnya.
"enggak pak, aku sudah pesan ojek lagi. tuh dia udah datang" tolakku dan kebetulan ojol pesananku sudah tiba.
"udah masuk aja" pintahnya kembali. "lihat, langit sedang gelap, sebentar lagi hujan" lanjutnya yang membuatku otomatis menatap langit.
Hoi langit, mengapa harus mendung sih kamu.
"tapi pak, kasihan kalo aku cancel ojolnya" aku mencari alasan dan dikuatkan oleh wajah memelas si abang ojolnya.
Pak Adrian mendekat ke driver ojol itu, ia kemudian mengeluarkan dompet dan mengambil uang pecahan 100.000
"cukup kan pak?" tanyanya kepada driver ojol itu.
"lebih pak" jawab driver itu sambil merogoh koceknya mencari uang kembalian.
"disimpan saja pak"
Raut wajah abang ojol itu tiba-tiba berseri-seri, iapun mengucapkan banyak terima kepada pak Adrian.
"Ayo masuk" pak Adrian menarik tanganku, memaksaku masuk kedalam mobilnya. Aku pasrah-pasrah aja, mau bilang apa lagi, aku gak punya lagi alasan untuk menolaknya.
Tapi tunggu, apakah ini tidak terlihat aneh? Aku diseret olehnya? Buru-buru kutepis tangannya, meskipun telat, tapi aku tak ingin orang yang melihat kami salah paham.
"aku bisa sendiri pak, terima kasih" ucapku lalu bergegas membuka pintu mobil.
"duduk didepan" pintahnya. Aku selalu menyaksikan adegan ini dalam film, ketika si pria tak ingin wanitanya duduk dibelakang dengan dalih dia bukan sopir taksi.
Tunggu...tunggu...kalo gitu, aku pemeran wanitanya? Astaga, masih pagi woii, kok aku sudah sial gini sih.
Dan kembali, tak punya pilihan selain menurutinya, aku duduk dikursi depan, duduk disampingnya dalam keadaan yang sangat awkward. Sepanjang perjalanan, kami hanya diam, sungguh, ini terasa aneh bagiku.