AHHHHH...... Aku meregangkan buku-buku tanganku, bernafas lega, bangun dari tidur malamku. Sabtu pagi memang pagi yang indah, akhirnya aku bisa menjalani hidupku yang tenang, damai, tanpa dikelilingi oleh orang usil seperti mereka-mereka teman sekantorku, tanpa harus bertemu dengan orang menjengkelkan seperti si Adrian. Andai saja, hariku hanya ada sabtu dan minggu saja, yang tiap hari aku bisa libur tanpa harus masuk kerja, tanpa harus bertemu dengan si Adrian.
Adrian, orang yang telah merubah hidupku menjadi neraka belakangan ini. aku benci dia, aku ingin dia menghilang dari hadapanku. Arghhh mengapa harus mengingat dia lagi sih. Aku merontah-rontah seperti orang gila diatas kasur.
Aku kemudian menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya, menenangkan diriku, membebaskan seluruh hawa negative dalam tubuhku. Menghilangkan semua pikiranku tentang si Adrian sialan itu. Senyumku kemudian terkembang setelah kuyakinkan diriku, tak ada yang boleh menggangguku hari ini.
Aku segera bangkit dari tempat tidur, bergegas kekamar mandi, membersihkan diri kemudian siap-siap melakukan rutinitas sabtu pagiku. Kuambil sepasang apparel dari dalam lemariku. Baju, celana, beserta baselayer yang semuanya dari satu brand yang sama, bahkan sepatuku juga dari brand yang sama, dan tak lupa aku memakai headband yang melingkar dikepalaku. Aku sudah keren gak sekarang? Keren dong yah.
Inilah rutinitasku disabtu pagi, lari keliling kota bersama dengan teman-teman komunitasku sesama pecinta olahraga lari. Aku menuju titik pertemuan kami menggunakan mobil mama. Cukup jauh dari kediamanku, dan kurasa aku harus menghemat energy jika harus berlari ketempat itu. Sebelum lari, kami melakukan pemanasan dulu, sekedar meregangkan otot-otot kami agar tidak cedera nantinya.
Kami lari berkelompok, berlari bersama mereka, seperti telah membangkitkan energyku. Mereka seperti memberiku suntikan motivasi agar berlari lebih cepat, melewati pace rata-rataku selama ini. yah, memang terdengar seperti motivasi, namun sebenarnya ini hanyalah kesombongan diri, tentang harga diri, pride tidak ingin dianggap cemen oleh mereka.
Selain mereka, ada motivasi lain yang membuat aku bisa berlari secepat ini, pikiran yang terus menggangguku tentang banyak hal yang telah kulalui. Tentang pertemuanku dengan pak Adrian, tentang ciuman itu, tentang mimpi-mimpiku, tentang teman-temanku yang sekarang salah sangka, tentang aku, Arggg ketika pikiran itu muncul dikepalaku, hal yang terbaik kulakukan adalah berlari dengan sekencang-kencangnya hingga aku sangat jauh didepan teman-teman komunitasku.
"BAM, TUNGGUIN AKU" seseorang meneriakiku dari belakang, ia berlari cepat kearahku.
Aku menoleh kebelakang, Hah, kenapa dia lagi? aku tidak sedang berhalusinasi kan? Aku coba mengucek mata, astaga...senyuman itu? emang dia? mengapa dia disini?
Apa-apaan yang sedang kulihat? Mengapa waktu berjalan lambat disekitarnya? Apa-apaan cahaya terang itu? mengapa ia begitu bersinar? Jantung ini, ini hanya karena aku berlari kan sehingga berdetak secepat ini? Oh tidak, apa yang harus kulakukan sekarang? Aku berlari sekencang-kencangnya yang kubisa, menjauhkan diriku darinya. Kulihat pedometer yang melingkar di tanganku, astaga, aku secepat ini? ini rekor, mungkin aku sudah secepat Usain Bolt sekarang.
"Hei....Babam, tungguin aku" ia tetap mengejarku dengan nafas yang sudah sangat terburu. "Bam, Babam, mengapa kamu lari secepat itu?" ia kehabisan nafas, ngos-ngosan namun berhasil mengejarku.
"eh Mas Yuda" sapaku kecele. Astaga, aku sudah gila hingga melihat orang lain adalah pak Adrian. apa-apaan ini? Ahhhh, aku gak ingin memikirkan dia, aku lari kembali, lari sekencang-kencangnya yang kubisa.
Aku berhenti saat mencapai distance 21 km, ini kali pertamanya aku mencapai distance sejauh ini. memang targetnya sih hari ini aku mencapai distance sejauh ini, makanya aku lari dengan mereka yang sudah jauh berpengalaman dari aku. Tapi aku tak menyangka, bahkan mereka juga tak menyangka, pemula sepertiku bisa mencapai distance 21 km dengan pace secepat ini.