9th Dream

1.5K 131 17
                                    

"Bam, gak makan Bam?" tanya kak Ella mengajakku kekantin.

"duluan aja kak" jawabku menolak. Bukan karena masih banyak kerjaan atau aku tak lapar, aku masih menunggu panggilan dari mbak Nana. Seperti janji kami tadi, kami akan makan bareng siang ini.

Aku terus menatap ponselku, sesekali mengeceknya, belum ada juga panggilan masuk atau bahkan sekedar pesan masuk. Aku ingin menelponnya, tetapi aku tak memiliki kontaknya. Apakah dia juga tak memiliki kontakku?

TING! Notifikasi ponselku berbunyi. Aku segera buru-buru membukanya.

"makan siangnya bareng sama aku"

Begitulah yang tertulis didalam pesan yang baru saja kuterima. Tapi itu bukan dari mbak Nana. Itu pesan dari pak Adrian. ini bukan pesan pertama yang ia kirim, sudah berkali-kali. Nanya mau makan apalah, makan dimana, dia telah menjadi sosok pengganggu dalam hidupku.

senyumku yang tadi merekah tiba-tiba kuncup menjadi kecut bahkan horror. Aku berlari mengejar teman-temanku yang sedang menuju kantin. Aku gak mau tinggal disini, seakan menunggu dia dan berakhir harus makan berdua dengannya.

"Eh tunggu!!!" teriakku berlari kearah mereka.

Akhirnya aku bergabung dengan mereka, mereka yang telah kuanggap sebagai keluarga disini. Aku sedikit aneh dengan mereka hari ini, tidak biasanya mereka sekalem-kalem ini. aku gak diejek lagi oleh mereka, tak diusili lagi, kenapa sih? Padahal aku sudah siap mental loh.

Menu hari ini lumayan bervariasi, dari makanan nusantara hingga makanan western, makanan eastern juga ada, dan itu menjadi pilihan aku. Selain pasta, aku juga penggemar makanan Chinese. Eh tapi sebenarnya, aku gak pilih-pilih makanan sih, selagi enak, pasti aku makan.

Seperti biasa, kami duduk dimeja yang sama dengan teman-teman se departemenku. Sembari menikmati makanan kami, tak jarang lawakan keluar dari mulut kami yang membuat suasana menjadi sangat menyenangkan. Masih seperti tadi, aku lagi-lagi terbebas dari keusilan mereka. objeknya sekarang adalah Amanda yang mereka jodohkan dengan anak dari departemen IT.

"Bam, kok gak ngajak aku sih Bam?" suara itu mengagetkan kami. mbak Nana tiba-tiba berdiri didepan kami membawa nampan yang telah terisi makan siangnya.

"Selamat siang Bu Sabrina" mereka kompak memberi salam kepada mbak Nana.

"Siang" sapa balik wanita itu dengan senyuman ramah diwajahnya. "boleh aku duduk?" tanyanya menunjuk bangku kosong yang ada didepanku.

"oh silahkan Bu" Mbak Merry membersilahkan mbak Nana duduk disampingnya. Setelah mbak Nana duduk, mereka malah menghindar menjauh darinya.

"kalian kenapa? Santai aja kali" tanya mbak Nana seolah menegaskan ia bukan orang yang harus mereka hindari.

"gak papa Bu, kami duduk dimeja sebelah saja" ucap Mbak Merry sopan, sementara yang lainnya telah menempati meja kosong disebelah kami.

"eh seriusan, ga papa" ucap mbak Nana kembali, kulihat ketulusan diwajahnya.

"aku pinjam Babam yah kalo gitu" pintahnya kemudian yang dibalas anggukan serempak oleh mereka.

Jadinya aku hanya makan berdua dimeja yang sama dengan mbak Nana, dan itu telah membuat kami menjadi pusat perhatian di kantin ini. semua mata tertuju kepada kami, bukan, tetapi kepadaku. aku tahu tatapan itu, tatapan yang berkata siapa dia? siapa yang sedang bersama dengan Ibu Sabrina?

"makan apa Bam?" tanya mbak Nana mungkin sekedar basa-basi.

"ini mbak, Ayam kung Pao. Enak loh Mbak" jawabku menawarkan isi piringku.

"oh yah?" yakinnya sambil mengambil potongan ayam kung pao dari piring aku.

"iya Bam, enak" gumamnya mengunyah makanannya.

The Man Came From My DreamWhere stories live. Discover now