Kupikir kehadiran mbak Sabrina akan menyelamatkanku dari keusilan teman-temanku. Tapi....
"aku sepupunya"
Ahhh, kalimat itu, telah menghancurkan seluruh harapanku. Harapanku yang segunung, tiba-tiba sirna, hanya dengan kalimat sependek itu.
"Cuman sepupu doang Bam" dibalik kehancuran harapanku, ada sekelompok orang yang bersorak ria. Mereka yang menginginkan semua ini terjadi.
Semua berawal karena pertaruhan ini. aku menyesal telah bertaruh dengan mereka. mungkin jika aku tak bertaruh, ceritanya tak akan seperti ini. mungkin mereka tak seketir ini menjodohin aku dengan pak Adrian.
Aku tak bisa menyalahkan mereka juga. tak ada api tanpa pemantiknya, yang harus disalahin disini adalah pak Adrian. pak Adrian yang selalu memperlakukanku berbeda dengan teman kantor lainnya. Tapi bagaimana agar ia benci kepadaku? bagaimana agar teman-temanku tak lagi usil menjodohkanku dengan makhluk berbatang itu.
Ahhh aku pusing bagaimana caranya. Ditambah teman-teman kerjaku yang terus mengusikku yang membuatku tak bisa berfikir jernih. Bahkan kerjaanku tak beres-beres karena mereka. mereka seperti telah menjadi intel yang tidak kuharapkan, yang harus melaporkan seluruh aktifitas pak Adrian kepadaku.
"bukan urusanku"
"terserah dia"
"oh"
"bodoh amat"
"terus?"
Begitulah tanggapanku setiap kali mereka melaporkan apa yang Pak Adrian lakukan. Dan orang paling aktif diantara mereka adalah rekan kerja yang kubikelnya bersebelahan denganku, ibu beranak 2 yang selalu mengaku mirip Angelina Jolie, kak Ella.
"Kak please lah kak, biarkan aku tenang sehari ini" Rajutku sudah stess meladeninya dan apalah arti rajutanku itu bagi mereka, hanya sebuah kehampaan angin lalu.
Tiba-tiba terlintas ini di otakku, aku segera mengambil ponselku, menelpon orang yang berada diangka 1 panggilan prioritasku.
"Beb, kamu ada kelas gak hari ini?" tanyaku disambungan telepon menanyakan jadwal mengajar dia sore ini.
"gak"
"kita jalan yuk entar, habis pulang kantor"
"boleh"
"tapi kamu kesini dulu, kekantor aku"
"kenapa?"
"udah kesini aja, gak ada apa-apa kok"
Yang kutelepon tadi adalah pacarku, Arella. Aku sengaja menyuruhnya datang kekantor, agar aku bisa mengenalkannya kepada teman-teman aku, dan mungkin kepada pak Adrian juga. yang kuinginkan adalah aku ingin mendeklarasikan bahwa aku punya pacar, aku adalah cowok normal yang suka wanita. Itu yang kuinginkan.
Setengah jam sebelum aku pulang, Arella sudah sampai dikantorku.
"aku udah sampai" ucapnya disambungan telepon, dia masih berada dilobby kantor.
"naik kelantai 14 aja" pintahku menyuruhnya naik kedepartemen aku.
"Hah?" itu mungkin terasa aneh untuknya.
"udah naik aja, nunggunya di sini aja, gak enak kan nunggu dibawah" terangku, aku yakin ini masih terasa aneh baginya, tapi ia tetap menurutinya.
Aku kemudian lanjut mengerjakan kerjaanku sambil tersenyam-senyum membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Bam, ada yang nyariin kamu" ucap pak Awal yang baru saja dari luar.
"siapa pak?" ini bukan aku, itu kak Ella yang selalu kepo pingin tahu tentangku.