"kenapa?" tanyaku kepada pak Adrian yang sedari tadi menatapku sambil menyetir mobil. Seperti biasa dalam 2 pekan terakhir ini, ia masih menjadi sopir pribadiku. Tapi astaga, kapan sampainya kita kalo mobil jalannya selambat kura-kura seperti ini.
Ia tak menjawab, ia tetap menatapku sambil mesem-mesem. Aku tahu sih apa yang ia pikirkan. Tapi aku masih tidak ingin mengakui itu. ini semua karena kejadian tadi, seakan aku tak menutup hati lagi dengannya. Seakan kata jadian sebagai pertaruhan aku dengan Kak Ella memang benar adanya, dan itu yang tidak ingin aku akui.
"Jadi kita?" tanyanya kemudian menggodaku. Wajahnya berbinar, saking bahagianya.
"NGAKK" tolakku lantang. Tak ada apa-apa diantara kita. Ingat itu!!!
"mmmm, kalo gini gimana?" mobilnya tiba-tiba berhenti dan tanpa aba-aba, ia menempelkan bibirnya dibibirku. Aku membatu, mungkin mulutku akan menolak berkata tidak, jangan, tetapi hatiku tidak bisa berbohong, aku suka ciuman itu. meski singkat, itu telah membuat ujung bibirku tertarik, meski terkesan malu-malu.
Tak ada yang terucap dari kami selanjutnya, hanya menikmati perjalanan kami ditemani iringan romantic dari stasiun radio favoritnya
I knew I loved you before I met you
I think I dreamed you into life
I knew I loved you before I met you
I have been waiting all my lifeA thousand angels dance around you
I am complete now that I've found youLaju mobil makin melambat dari sebelumnya, ia mengendalikan kemudi mobil hanya dengan tangan kanannya, sedang tangan kirinya meraih tanganku dan menggenggamnya. Aku sama sekali tidak menampiknya, bahkan ujung bibirku makin tertarik melengkung membuat garis senyuman. Jangan ditanya lagi hatiku, rasanya sudah seperti taman eden dengan sejuta jenis bunga didalamnya.
Apakah ini mengartikan bahwa aku telah menerimanya? Bahwa kita telah jadian? kurasa aku belum mau mengakui itu. aku hanya terlarut dalam dorongan hatiku dan perlakuannya kepadaku.
"udah sampai" ucapnya begitu sampai depan rumahku.
"oh.. aku...aku duluan" apa-apaan aku ini? rasanya berat untuk berpisah dengannya. Rasanya masih ingin menikmati moment ini lebih lama lagi.
"bye" ia melambaikan tangan kearahku yang juga kubalas dengan lambaian tangan. Seharusnya, aku tetap berdiri, menyaksikannya pergi. Tapi aku berlagak masih seperti kemarin, pura-pura cuek, pergi begitu saja, ketika turun dari mobil.
"Sore ma" sapaku ke Mama yang tengah duduk bersantai didepan tivi, disampingnya juga ada om Teddy yang sibuk dengan ponselnya. Melihat posisi ponselnya miring gitu, udah pasti tuh orang main game CODM.
"udah pulang sayang" mama menoleh kearahku, menyambutku dengan senyuman tulus yang selalu membuat hatiku adem.
"iya ma, aku kekamar dulu" aku kemudian masuk kekamarku sambil bersiul lagu yang kudengar dari mobil pak Adrian tadi. Tiba-tiba aja aku hapal lagu itu, padahal baru pertama kali loh kudengar.
"kenapa tuh anak?" kudengar Om Teddy bertanya begitu ke mama, mungkin karena tingkahku yang tidak seperti biasanya.
Aku langsung melepas pakaianku dan bergegas membersihkan diri, berdiri dibawah guyuran shower yang selain membersihkan diriku, juga untuk melepas penatku seharian. Siulanku masih belum berhenti, senyumku pun terus terkembang, kurasa hatiku masih dipenuhi bunga-bunga dengan kupu-kupu yang betebaran disekitarnya.
Saat aku selesai mandi, aku menerka-nerka apakah Yayan sudah sampai dirumah. Aku memanggilnya apa barusan? Yah, mungkin mulai detik ini aku akan memanggilnya dengan nama itu.
Aku mengambil ponselku, dan mengirimkan pesan kepadanya, "udah sampai?" tulisku di aplikasi whatsapp.
Aku mengetuk-ngetuk ponselku, menunggu balasan darinya, yang 5 detik aja rasanya bermenit-menit, semenit rasanya berjam-jam. Belum ada balasan darinya, Apakah dia belum sampai?