15th Dream

1.3K 107 10
                                    

Hari ini tepat sebulan aku bertaruh dengan kak Ella, mempertaruhkan apakah aku jadian dengan pak Adrian dalam jangka waktu sebulan itu. seharusnya aku yang menang, toh aku tak jadian dengannya. Tapi mengapa aku berada dipihak yang kalah sekarang? Itu karena mereka yang seenaknya saja menyimpulkan kalo aku jadian sama pak Adrian.

"kita makan dimana entar Bam?" pertanyaan itu menyambutku saat aku barusaja sampai dikantor, duduk aja belum, udah diserang aja.

"aku kayaknya mau makan daging deh, kamu sendiri Dam?" sambungnya. Kan, mereka selalu seenaknya saja. bahkan aku belum bilang iya.

"boleh tuh mbak" mas Adam setuju dengan ide kak Ella.

"apaan sih kalian. Bukannya seharusnya aku yang ditraktir?" ucapku menarik kursiku.

"lah, kamu kan kalah. Ngapain kamu yang ditraktir"

"aku gak jadian kak"

"masih ingkar kamu yah. Trus ini apaan?" ia menunjukkan sesuatu kepadaku, hah? Bagaimana bisa? Sejak kapan? Aduh, hidupku benar-benar tidak ada tempat aman sekarang.

"kak, kok?" aku tak tahu harus bilang apa, aku juga gak bisa mengingkari kalo foto yang ia tunjukkan adalah benar. Hanya saja tidak seperti itu kenyataannya.

Masih ingat ketika aku bertemu dengan pak Adrian direstoran kemarin? Nah siapa lagi yang iseng motoin kami, bukan iseng sih, tapi niat banget sepertinya sampai menunggu moment saat hanya kami berdua. Dan difoto itu tepat ketika pak Adrian membersihkan mulut aku, sehingga terlihat kami benar-benar jadian.

"terserah kalian deh" aku pasrah sekarang, sebenarnya sebelum kekantor, udah menyiapkan mental dan juga dompet. Aku tahu, aku tak bakalan menang melawan mereka. ikutin aja deh kemauan mereka, buat mereka bahagia.

Seperti keinginan mereka, aku mentraktir mereka makan siang ini. gak semuanya sih, cuman seputaran mereka, kak Ella, mbak Merry, mas Adam dan Amanda, sedang Kak Demi saat ini sudah cuti hamil. Amanlah yah dompetku untuk satu orang.

Kami memilih makan direstoran shabu-shabu, seperti kata mereka, mereka ingin makan daging, sepertinya ini pilihan yang tepat, lebih ramah dikantong ketimbang harus traktir mereka makan steak. Ini baru hari pertama loh, aku harus traktir mereka selama seminggu. Dompetku benar-benar menipis setelah melewati seminggu ini. pak Adrian, seharusnya kamu juga harus bertanggung jawab, ini semua karena kamu.

Aku menelan ludah, saat melihat mereka mengambil potongan daging. Woi...woi....itu terlalu kebanyakan. Lagian yakin kalian bisa menghabiskan sebanyak itu?

Saat kami menikmati makan siang kami, lagi-lagi mataku menangkap sosok yang tak seharusnya kulihat. Ini bukan karena aku berhalusinasi lagi kan? Tidak, sekarang aku cukup yakin bahwa aku tidak sedang berhalusinasi, itu emang dia. dia bersama dengan seorang wanita, wanita yang sama dengan kemarin.

"itu bukannya pak Adrian? dia sama siapa?" seru Amanda yang juga melihat pak Adrian, kemudian teman kami yang lainnya menoleh, melihat kearah pak Adrian berada.

"iya itu benar. Sama siapa dia Bam?" tanya kak Ella kepadaku yang kujawab hanya dengan mengangkat bahu. "eh kamu jangan cemburu gitu"

"aku gak cemburu kak" tanggapku, enak aja aku cemburu, aku gak cemburu, terserah dia mau dengan siapa.

"beneran kak" ucapku lagi meyakinkan mereka yang menatapku sambil mesem-mesem. Apakah mukaku tampak seperti orang yang sedang cemburu?

"kamu cemburu Bam" simpulnya. Aku tak menanggapinya sekarang, aku juga tak tahu apa yang sedang kurasakan. Mungkin bumi saat ini memang sedang mengalami fenomena alam langka dimana tekanan udara meningkat, atau ini pengaruh polusi ibukota hingga membuatku sulit bernafas.

The Man Came From My DreamWhere stories live. Discover now