Ketika kamu mulai berani berbohong dengan pasanganmu, disitulah awal keretakan hubunganmu dimulai. Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku selalu menghabiskan akhir pekanku dengan dua orang wanita yang kucintai. Sabtu kuhabiskan dengan Arella, dan minggunya kuhabiskan dengan mama.
Karena kehadiran Yayan, semua itu berubah sekarang. 5 hari bertemu dikantor, waktu itu belum cukup buat kami, bukan, tetapi buatku. Dan harus ada yang dikorbankan antara waktuku dengan mama atau waktuku dengan Arella. Kamu sudah tahu jawabannya, waktu mana yang harus kukorbankan.
"sabtu biasanya kamu ngapain?" tanya Yayan saat ia mengantarku pulang jumat kemaren.
"enggak ngapa-ngapain sih" jawabku, aku gak lagi berbohong kan? Jelas-jelas sabtu aku biasanya sama Arella.
"gak suka olahraga gitu?"
"paling aku lari kalo pagi"
"lari?"
"iya, marathon. Tapi kayaknya besok enggak deh"
"oh, kamu suka marathon? Biasanya tempuh distance berapa?"
"42"
"seriusan?"
"enggak hahaha. Belum sanggup sampai segitu, masih 21 K"
"oh" tanggapnya, kemudian diam. Aku menatapnya dengan seribu tanya diwajahku, maksud dia apaan nanya-nanya gitu? bukan, bukan gitu maksud aku, cuman gitu doang? dia gak ngajakin aku kemana kek gitu besok? Dan itu membuatku kesal.
"bye" ucapnya melambaikan tangan begitu aku turun dari mobilnya.
"byehhh" balasku jutek. Apaan sih dia? dia benar-benar gak ngajakin aku? ya udah, aku ngambek sekarang.
"malam mah" sapaku ke mama ketika aku sampai dirumah. Ia sedang berada didepan tivi bersama om Teddy.
"malam sayang. Baru pulang?"
"mmm" jawabku singkat. Moodku masih belum berubah sedari turun dari mobil Yayan.
"udah makan?" tanya mama kembali.
"udah. Aku kekamar yah"
Aku berlalu begitu saja, berjalan dengan langkah lesuh seperti taka da harapan hidup.
"kenapa lagi tuh anak?" tanya om Teddy menatapku dengan kening berkerut.
Aku menghempaskan diriku ditempat tidur tanpa mengganti pakaianku. Aku kenapa yah? Kok aku bete gini? Aku mengangkat ponselku jauh keatas, menatapnya yang tak ada satu kedipan pun di lampu notifikasinya.
CIHHH.... Keluhku menghempaskan ponselku ditempat tidur. Mengapa ia tidak mengajakku jalan besok? Apakah ia punya janji lain? dengan Melanie? ARGGGHH...aku mengadu tinjuku geram hanya dengan mengingat nama itu.
Tiba-tiba ponselku berbunyi yang membuatku buru-buru meraihnya. Senyumku terkembang, namun akhirnya kuncup kembali saat kutahu ternyata panggilan video dari Arella. Dengan enggan, aku menekan tombol accept.
"hai beb..." sapaku.
"hai... baru pulang?"
"iya nih. Lelah banget hari ini" jawabku memasang wajah lesuh.
"oh ya udah, istirahat aja kalo gitu"
"mmm bye" ucapku bermaksud mengakhiri panggilannya
"eh tunggu...besok jadi kan?"
Besok? Oh astaga, besok sabtu. Aku lupa, kalo waktu itu selalu kusempatkan waktuku untuk dia. dia memintaku menemaninya ke toko buku.
"mmmm sorry yah beb, kayaknya besok aku gak bisa" ini pertama kalinya aku menolak ajakan dia atau mungkin pertama kalinya aku membatalkan janjiku kepadanya.