8th Dream

1.6K 132 11
                                    

"BAM....BABAM....." ini sudah keberapa kalinya mama memanggilku. Aku sudah bangun sedari tadi, dan seharusnya dia juga sudah tau itu.

"CEPETAN BAM!!!" pintahnya lagi yang membuatku sedikit jengkel. Ada apa sih suruh cepatan gitu? aku baru keluar dari kamar mandi loh, pake baju aja belum. Om Teddy juga kemana nih? Ia sudah menghilang dari tempat tidur.

"BAM....CEPATAN BAM" lagi-lagi mama berteriak dan itu benar-benar telah membuatku mah

"SABAR KALI MAH, BABAM BELUM PAKE BAJU" Teriakku dengan nada jengkel

Aku kemudian membuka lemari pakaianku, memilih satu kemeja yang akan kugunakan. Aku cukup lama tertegun hingga memutuskan memilih satu kemeja yang aku gunakan. Aku baru nyadar, ternyata warna bajuku sangat monoton, didominasi oleh warna navi dan abu-abu.

"BAM....." sekali lagi mama memanggilku. ARGHHH gak sabaran banget sih, aku belum bersolek. Tidak biasanya ia seheboh ini dipagi hari.

"Ada apa sih mah?" keluhku saat keluar dari kamar, dan tiba-tiba langkahku terhenti, aku kaget ketika mataku menangkap sosok yang tak seharusnya berada di meja makan kami.

"selamat pagi pangeran!!!!" sapanya. Itu bukan dari mulut orang yang tidak seharusnya berada dimeja makan kami. itu adalah om Teddy yang lagi menggodaku.

"kok?" tunjukku kepada orang yang tak seharusnya berada dimeja makan kami sambil menatap mama meminta penjelasan.

"oh mama tadi liat dia berdiri didepan rumah, kasihan dia nungguin kamu kelamaan, jadinya mama ngajakin masuk, sekalian sarapan kan?. Ayo nak Adrian silahkan dimakan!" jelas mama sembari mempersilahkan orang yang tak seharusnya berada di meja makan kami memakan sarapannya. Melayaninya seolah orang itu adalah tamu istimewa.

"terima kasih tante" balasnya dengan ramah.

"Bam, kamu gak makan? Duduk!!" pintah mama yang melihatku masih berdiri mematung.

Dengan perasaan enggan dan terpaksa, aku duduk disamping pak Adrian. yah karena cuman itu kursi yang tersisa. Siapa sih yang mengundangnya? Siapa sih yang suruh dia jemput aku? Hah padahal kemarin aku sudah berusaha untuk menghindarinya.

"kamu benar atasannya Babam?" tanya om Teddy dengan nada menghakimi menatap tajam kearah pak Adrian.

"iya, dia atasan aku om" jawabku menghindari suasana menjadi semakin canggung.

"aku gak tanya kamu" tanggapnya melototkan mata kepadaku. hoh... ekspresi macam apa itu?

"kamu benar hanya sebatas atasan Babam?" tanyanya kembali.

"maksud om apaan sih?" sanggahku. Apa-apaan dia bertanya seperti itu? hanya sebatas, seolah tersirat sebuah kecurigaan didalamnya.

"sekali lagi, aku gak nanya kamu" dan lagi-lagi aku dipelototi olehnya.

"aku tinggal dekat sini, gak ada salahnya kan seorang atasan memberi tumpangan kepada karyawannya?" jelas pak Adrian melawan om Teddy, dan sepertinya ia telah mengalahkannya hanya dengan sekali serangan itu.

"eh kalian, udah makan....makan....!!!" mama melerai pertikaian yang cukup memanas di meja makan pagi ini, pertikaian antara dua orang yang dimana aku merasa mereka bertikai karena aku.

Kami pun akhirnya menyantap sarapan kami dalam diam, tak ada suara yang keluar dari mulut-mulut kami. meski begitu mata kami seolah tetap bercerita. Mama yang terus menatap pak Adrian sambil tersenyum seperti gadis kecil yang sedang jatuh cinta. om Teddy yang juga menatap pak Adrian namun dimatanya berbeda dengan mama, ia menatap pria itu seperti ingin membunuhnya. Pak Adrian yang tetap sama, selalu memalingkan tatapannya kearahku, senyuman yang selalu sama melengkung dibibirnya. Sedang aku, aku tak tahu harus berbuat apa, takut melihat om teddy, kesal melihat pak Adrian, dan malu melihat tingkah mama.

The Man Came From My DreamWhere stories live. Discover now