"kita mulai darimana?" tanyanya menatapku sambil tersenyum, kedua tangannya memegangi pipiku.
"dimulai dari nol?" jawabku bercanda meminjam kata-kata mas-mas di SPBU. Tapi sungguh, aku sangat gugup sekarang, meski kubilang mungkin aku siap, tetapi kurasa aku menyesal mengatakan itu.
Senyumnya makin lebar, bahkan terdengar gelak tawanya. Ia kemudian menempelkan keningnya dikeningku, lalu kemudian ia memberiku kecupan lembut dibibirku. Rasanya hasrat dalam diriku menggebuh ketika bibirnya pertama kali menyentuh bibirku, seperti pemantik sesuatu liar dalam diriku, sesuatu yang tak bisa kukendalikan, sesuatu yang bernama nafsu.
Kami menikmati ciuman yang begitu panjang, makin bibir kami bertemu, makin bibir kami beradu, rasanya telah menjadi dua kutub magnet yang saling Tarik menarik, yang sangat sulit untuk kami lepaskan.
"I LOVE YOU" sebuah kata lembut kemudian mengalun ditelingaku.
"I LOVE YOU TOO" Balasku, mungkin ini pertama kalinya aku mengakui seterang-terangan ini.
"Apa kamu bilang?" tanyanya seakan tak percaya apa yang baru saja ia dengar, tak percaya itu keluar dari mulutku.
"say again!!" pintahnya memalingkan wajahku kearahnya, membuatku harus menatap matanya yang berbinar karena saking bahagianya. Senyuman diwajahnya membuat kata itu kembali terucap dari mulutku.
"I LOVE YOU..." ucapku sekali lagi, dan ketika huruf terakhir putus dari mulutku, ia menyesap bibirku dengan ciumannya. Ciuman yang brutal, seksi, bergairah, Ahhh I need more than this?
Ia kemudian menarik tanganku, membawaku masuk kedalam kamarnya. Aku merasakan horror ketika melewati ambang pintu kamarnya, tubuhku rasanya menggigil mengingat apa yang terjadi pada kami setelah kami berada ditempat tidur itu. apakah aku belum siap? Entahlah, mungkin seperti inilah rasanya ketika kita baru saja melakukan sesuatu pertama kalinya. Ngei-ngeri sedap kali yah.
Ia duduk dibibir ranjang, kemudian menarik tanganku hingga terjatuh kepangkuannya. Bibirnya kembali berlabuh dibibirku lembut namun menggairahkan. Aku balas ciuman itu, sambil melingkarkan tanganku dibelakang lehernya.
Aku tak banyak tahu bagaimana aku harus bertindak selanjutnya. Aku hanya mengikuti naluriku, atau mengikuti alur yang ia buat. Kalian sudahh tahu, ini pengalaman pertamaku, tapi lebih dari itu, bahkan ini pengalaman pertama dalam segala hal. I mean, bahkan dengan lawan jenis, aku belum pernah melakukan seks. Yah aku anak polos, anak cupu, atau mungkin dianggap anak baik-baik.
"tunggu...siapa yang akan jadi botnya?" pertanyaan itu tiba-tiba menggelitik dibenakku, siapa diantara kami yang akan menjadi bot atau kalau kubahasakan sebagai penerima. Aku? tidak...tidak...aku sepenuhnya tak ingin berada diposisi itu. meski terlihat dalam hubungan kami, aku akan berada diposisi itu.
"pentingkah?" tanyanya yang kujawab dengan anggukan. Aku melihat raut kekecewaan diwajahnya. Apakah ini berarti aku memang ia anggap sebagai penerima?
"a...aku....." aku gagap ingin mengutarakan sesuatu, dan ia tahu apa yang mengganjal dalam pikiranku itu.
"aku tahu, aku juga bukan pasangan yang egois. Kita mutualan aja bagaimana?" sungguh pengertian ia, ia kemudian menawarkan solusi yang bernama mutualan.
"mutualan? Cih kayak anak twitter aja"
"gimana?" yakinnya sekali lagi.
"oke. Ta...tapi..." aku menyetujuinya namun masih ada hal yang mengganjal dipikiranku yang tak bisa kuungkapkan.
"kita suit aja, siapa yang pertama" dan sekali lagi, ia tahu apa yang ada dalam pikiranku.
Kami kemudian melakukan suit, yang terlihat seperti anak kecil. Aku tahu, kalian akan tertawa mendengarnya, tapi benar, kami melakukan itu.