Eh ini kenapa? Aku dimana? Apa-apaan ini semua ini?
Aku baru menyadari, aku berada disebuah tempat yang aneh dalam keadaan tersiksa. Aku terbaring disebuah meja batu, tubuhku terlilit oleh tanaman merambat yang membuatku tak bisa bergerak. Aku menatap sekelilingku, air, patung kuno, bahkan bangunan ini juga terlihat sangat kuno.
Dimana aku sekarang? Apakah aku berada dalam dunia fantasi? apakah aku bermimpi lagi?
Coba kucubit diriku, AUCHH, sakit. Aku tidak sedang bermimpi. Jika begitu, dimana aku sekarang?
"TOLONG....TOLONG" aku berusaha meminta pertolongan, berteriak sekencang-kencangnya, meski aku tak yakin, tak akan ada orang yang datang menolongku.
Semakin keras aku berteriak, tanaman rambat itu makin kuat membelit tubuhku, hingga aku kesulitan bernafas. Makin lama, belitannya makin kuat, aku benar-benar tak bisa bernafas sekarang, tamatlah sudah riwayatku.
Sebelum kesadaranku hilang, tak sadar aku memanggil seseorang. "PA.....NGE.....RAANN" panggilku saat tanaman itu makin membelit tubuhku, dan setelah itu, aku tak ingat apa-apa lagi. didepanku hanya ada hitam, pendengaranku menjadi hampa. Aku mati, kupikir seperti itu.
Ditengah ketidak berdayaanku, ditengah ketidak sadaranku, kudengar suara samar-samar memanggilku. Aku rasakan sesuatu yang lembut dibibirku. Dan itu seperti obat penawar yang menghidupkanku kembali. Aku perlahan membuka mata, mendapati sosok pria yang tersenyum sambil ia menopang tubuhku. Diakah pangeranku?
"OH FUCK.....AKU MIMPI ANEH LAGI" umpatku begitu aku bangun dari tidurku.
"ARGGHHH" aku menjambak keras rambutku sendiri, aku sudah seperti orang stress yang baru terbangun dari tidurnya. Aku kemudian menghempaskan tubuhku kembali, menatap langit-langit kamar, mencoba melepaskan ingatanku tentang mimpi aneh itu.
Meski ini weekend, aku bukanlah orang malas yang menghabiskan pagiku ditempat tidur. Hari minggu gini, aku biasanya lari keliling kota sekaligus mencapai target virtual race yang sedang kuikuti. Paling tidak, aku harus finis 13 kilometer hari ini.
Setahun belakangan ini, aku memang menggeluti hobi lari, bukan lari dari kenyataan loh yah. dan aku sering ngikutin event virtual race. Seperti saat ini yang kuikuti, aku mengikuti multiple run 60 km. namanya multiple run, kamu tidak harus lari 60 km dalam sekali lari. Kamu bisa lari sesuai kemampuan kamu, intinya dalam waktu lari yang ditentukan, target 60 km dapat kamu capai. Dengan begitu, kamu bisa mendapatkan rewardnya berupa medali, dan kalo kamu lucky, kamu bisa mendapatkan doorprizesnya, yang hadiahnya yah lumayan kece-kece. Kalo medali, aku sudah mengoleksi 8 medali, sudah sebanyak itu, event virtual race yang kuikuti dalam setahun aku berkenalan dengan olahraga yang paling murah ini.
Eh tapi, kalo dipikir-pikir, lari itu gak murah loh, apalagi kalo kamu masuk komunitas. Harus pake sepatu merek inilah, bajunya yang itulah, celananya yang inilah, ditambah lagi aksesorisnya. Dan yakin, kamu malu hanya memiliki sepasang doang. yah, itulah gaya hidup orang sekarang.
Menghabiskan weekend, aku selalu membagi waktuku untuk kedua wanita yang aku sayangi. Sabtu aku habiskan dengan pacar aku Arella, dan minggunya aku habiskan dengan mama. Mama masih muda, umurnya masih 40 tahun. Dia masih sangat muda saat melahirkan aku. Dan saat aku jalan berdua dengannya, orang tidak ada yang mengira jika aku adalah anaknya. Terlebih perawakan mama yang awet muda.
Seperti janjiku kemarin, hari ini aku akan menemaninya ke restoran om Eddy. Meski aku tak suka, janji tetaplah janji, dan itu harus ditepati.
Jam 3 sore, aku sudah berada di restoran bergaya Italy itu. bukan cuman makanannya yang serba Italy tetapi interior restorannya juga sangat autentik dengan negara romawi itu. Om Eddy ditemani dengan karyawannya menyambut kami, memperlakukan kami layaknya tamu istimewa, bahkan ia menarikkan kursi untuk kami duduk.