11th Dream

1.4K 127 9
                                    

"kenapa Om?" tanyaku sesaat mengangkat telepon dari om Teddy.

"mama kamu kecelakaan Bam"

"Apa!!!!" aku terlonjat kaget mendengar itu, rasanya duniaku bergemuruh, tak ada yang menyakitkan didunia ini ketika itu berbicara tentang mama.

"ja...jadi mama gimana sekarang om? Aku pulang sekarang" ucapku menutup sambungan telepon dengan suara bergetar.

"kenapa mama kamu Bam?" tanya pak Adrian yang duduk disampingku.

"mama kecelakaan pak. Aku....aku harus pulang sekarang" jawabku keburu panic.

"hei...hei...kamu yang tenang. Oke, kita pulang" ia mencoba menenangkanku dan bersama dia, aku pulang malam ini juga. aku ingin saja menolak, tapi aku tak punya pilihan lain. ini sudah malam, kalo bukan mobil dia, aku tak tahu harus pulang dengan apa.

"kalian lanjutin aja yah liburannya tanpa kami" ucap pak Adrian kepada rekan-rekanku.

"ia pak" jawab mereka kompak. Aku tahu dalam hati mereka bersorak, bisa berlibur tanpa pak Adrian. meski begitu, mereka tetap menunjukkan simpatinya dengan musibah yang menimpaku. Bahkan mas Adam mengantarku kekamar, membantuku berkemas, dan mereka semua mengantar kepulangan kami.

"hati-hati yah Bam" ucap mereka saat aku naik kemobil pak Adrian.

Mobil pak Adrian kemudian melaju meninggalkan resort, membawa kami segera ke alamat rumah sakit dimana mama dirawat. aku sedari tadi sudah cemas, khawatir mama kenapa-napa.

"bisa cepatan lagi gak pak?" pintahku merajut kepadanya masih dengan suara bergetar.

"Bam, kamu jangan panic gitu Bam, mamamu pasti baik-baik saja" ia mencoba menghiburku, tapi itu sama sekali tak berarti bagiku. Aku gak akan lega, cemasku gak akan hilang sebelum melihat dengan mata kepalaku sendiri kalo mama baik-baik saja.

"ma, kok bisa sih ma, mama kecelakaan" keluhku yang sudah sangat tak sabar segera sampai kerumah sakit. Aku menyimpulkan tanganku, terus berdoa, semoga mama baik-baik saja.

"hei....percaya sama aku, semuanya baik-baik saja" ia kembali menenangkanku, ia menarik tanganku dan menggenggamnya.

Dalam pikiranku sama sekali tak merasa terganggu ia menggenggam tanganku, yang kurasa saat ini, aku sedikit tenang dengan ia menggenggam tanganku. aku sangat lama menyadari bahwa itu adalah hal aneh kami lakukan, dan aku sama sekali tak ingat kejadian tadi sore. Apa yang salah dengan tubuhku. Ahh bukan saatnya aku galau dengan perasaanku, perhatianku tertuju kepada mama yang entah keadaannya sekarang seperti apa.

Oh Shit...kenapa jalan sepadat ini? yah, ini malam minggu, sudah sewajarnya jalan akan macet. Membuatku makin cemas memikirkan mama. Aku menggigit ujung jariku sembari menengok jauh kedepan, sampai kapan macet ini bisa terurai.

"Abam, Are you okey?" tanya pak Adrian kembali yang melihat aku makin cemas. Tentu saja I am not okey. Ingin rasanya aku keluar dari mobil ini dan berlari menuju rumah sakit, andai saja jarak rumah sakit hanya tersisa 1 kilometer.

"hei....kamu tenang yah!!!" hiburnya lagi membawa tangannya kebelakang kepalaku dan mengelusnya. Dan gila, seperti magic, aku sedikit tenang kembali. Aku baru merasakan, jantungku tidak berdetak normal, kenapa lagi aku masuk kesuasana ini. dan hal bodoh kembali kulakukan adalah aku sama sekali tak keberatan dengan itu, bahkan menepis tangannya pun tak kulakukan.

Saat sampai dirumah sakit, aku langsung berlari menuju ruang peerawatan mama.

"mama....mama...mama gak apa-apa?" tanyaku yang makin panic melihat mama terbaring di ranjang rumah sakit.

"Babam? Mama gak papa sayang, cuman tangan mama sedikit terkirir" jawabnya menjelaskan kondisinya, tapi aku masih belum berhenti cemas juga. aku memeriksa seksama kondisi tubuh dia.

The Man Came From My DreamWhere stories live. Discover now