19th Dream

1.4K 119 11
                                    

"siapa Jeng" salah satu teman mama mempertanyakan siapa gerangan pria yang sedang bersama kami. pria yang duduk disampingku itu tersenyum manis kepada mereka, membuat mata ibu-ibu itu makin berbinar terpesona.

calon papanya Babam" jawab mama yang membuat temannya tak percaya dan kurasa mereka juga cemburu.

"MA!!!!" gertakku tak suka mama menganggap Yayan calon papaku. Aku cemburu juga seperti mereka?

Semua orang yang berada dimeja itu kaget, termasuk mama. Yayan tersenyum melihat reaksiku yang berlebihan. Mungkin aku benar-benar berlebihan, menganggap mamaku sendiri sebagai saingan. Tunggu...tunggu....jika mama kuanggap sebagai saingan, apakah aku sudah mengakui hubunganku dengan Yayan? Hubungan yang bukan sebatas atasan dan bawahan, hubungan yang bukan sebatas teman kecil doang.

"aku pacarnya Abam tante" jawabnya melingkarkan tangannya dipundakku, membuat ibu-ibu itu lebih kaget ketimbang mama mengakuinya sebagai pacar.

Mereka menatap kami berdua, kemudian menatap mama, seakan bertanya benarkah?

"bagaimana? Mereka serasi kan?" tanggap mama yang seolah mendukung kami dan tak peduli dengan wajah terkejut teman-temannya itu.

"serius???" tanya mereka kompak, sekarang mereka melihat kami berdua. Aku gak tahu harus bilang apa, tapi bukankah membiarkan tangan Yayan merangkulku sebagai jawaban YA dari pertanyaan mereka.

Meski telat melakukannya, aku berusaha melepaskan rangkulannya dari pundakku. Aku juga menginjak kakinya keras, memberinya peringatan agar tidak sesumbar itu didepan orang.

"apa yang kamu lakukan?" gertakku kepadanya.

"aku teman kecilnya Abam tante" ucap Yayan kemudian mengangkat tangannya dari pundakku. dan itu telah membuat ekspresi ibu-ibu didepan kami berubah.

"OOOHHHH" mereka kompak membulatkan mulut mereka mangguk-mangguk paham, dan aku sendiri bisa bernafas lega. Sedikit senyuman tertarik diujung bibirku.

"dia anaknya pak Irwin" jelas mama yang nampaknya dari mereka tahu siapa itu pak Irwin.

"mantan bos kamu?" yakin tante Mely yang memang telah berteman mama sejak lama. Mama mengangguk mengiyakan.

''oh....dia anak itu yah, yang selalu ikut kamu dulu" tebak tante Alina yang sepertinya melihat kami tumbuh dulu. Dan sekali lagi mama mengangguk.

"aduh.... Udah gede yah sekarang. Mana cakep banget lagi. kamu udah punya pacar?" lanjut tante Alina. Ada apa dengan ekspresinya sekarang? Penyakit ibu-ibunya mulai keluar lagi nih. Kalo liat cowok cakep pasti mau dijodohin sama anak gadisnya. Tapi kalo teman mama kurasa lebih ingin dijadiin pacar mereka. teman mama kan kebanyakan tante ganjen gitu.

"sudah tante. Nih disamping aku" jawab Yayan yang membuatku kaget setengah mati. Baru juga tadi mengelak, sekarang mengakui lagi. apa sih yang kamu mau? Aku menatapnya tajam, melototkan mata kearahnya.

"ahh bercanda aja kamu" tanggap tante Alina tak percaya lagi apa yang diucapkan Yayan barusan.

"aku serius tante. Iya kan Bam?" yakinnya memainkan alis meminta pendapatku. Sedang ibu-ibu didepan kami kembali kaget dengan ekspresi yang entah bagaimana aku menggambarkannya. Memuji, mencibir, atau bahkan gemas, entahlah hanya mereka yang tahu.

"ENGGAK" tolakku keras. Sudahlah, aku tak ingin bermain-main lagi denganmu.

"jeng, kamu gak keberatan mereka pacaran?" tanya salah satu teman mama yang mungkin sekarang mereka percaya kalo kami pacaran.

"enggaklah jeng" dan mama sama sekali tak keberatan. Astaga Ma, jangan membuatku malu. Tapi aku harus jujur, ada bagian dalam diriku yang jingkrak-jingkrak kegirangan mendengar persetujuan mama.

The Man Came From My DreamWhere stories live. Discover now