End

6.6K 468 29
                                    
















22 tahun, apakah itu cukup menggambarkan untuk seseorang yang teah dewasa?

Kalau iya, maka kita harus menggambarkan Jeno sebagai pria beranjak dewasa yang kini sedang turun dari pesawat.

Jambang tipis menghiasi wajah tampannya, memberi nilai plus dan menambah kadar dewasa. Yah, setidaknya begitu sebelum seseorang tidak menyetujui opini itu.

“Demi Tuhan! Apa-apaan janggut dan kumis tipis itu, Jeno?! Kau sedang menjadi orang timur tengah, begitu?! Hah?!”

Disaat pendatang lain diberi ucapan hangat oleh announcer, Jeno malah kena omel dari mulut Haechan.

“Itu bukan style dari seorang CEO di Timur! Kau harus aku urus sebelum diangkat menjadi CEO, Lee!”

Yang diomeli menoleh sebentar menelisik perubahan wajah yang mengomel. Lalu membuang nafas.

“Memang kau siapa, sampai tahu tentang style seorang CEO dari berbagai belahan dunia?”

Mulut Haechan menganga tidak percaya. Anak ini benar-benar tidak tahu siapa ia kini?

“Kau tidak tahu, ya? Aku lulus dari fakultas psikologi dengan cepat dan langsung diterima di LSH Corp. sebagai penasehat perusahaan! Itu adalah posisi yang sangat sulit digapai, dan aku memang ditakdirkan untuk itu.”

Setelah berbicara banyak seperti itu, hidungnya kembang-kempis dengan bangga. Bibirnya menyeringai mengerikan di mata Jeno.

“Iya, iya terserah kau saja. Dan sekarang  tolong antar aku ke apartemen, Tuan Penasehat.”

“Tidak, kita langsung ke kantor untuk pengangkatan jabatan.”

“Oh,ayolah Haechanie. Aku mengalami jet lag. Tidak bisa kah besok saja?”

“Tidak, itu salahmu sendiri.”

Menghela nafas, Jeno menjentakkan lidahnya keras-keras. Ya memang salahnya malah memperlambat penerbangan. Alhasil, ia tak sempat untuk beristirahat barang sedikitpun.

Hei, ia pikir kota Seoul hanya berubah sedikit. Hampir sama seperti sebelum ia pergi ke Turki. Membuka wallpaper ponselnya, Jeno tersenyum oleh senyuman manis seseorang disana.
















"Astaga Sehun, kenapa kau cepat tua? Lihat, anakmu jadi cepat dewasa! Huhu!”

“Hei, Lulu-ya. Kenapa aku juga yang salah?”

“Itu benar, mom. Padahal aku masih ingin bermanja-manja dengan ibuku.”

CEO muda itu malah bergelayut di tubuh ibunya. Hingga pria lain melerai tubuh Jeno dari ibunya.

“Maaf aku terlambat. Hei, Lee-sajangnim tidak ada pelukan untuk kakakmu ini?”

“Injun Hyung!”
















Seorang asisten HRD sedang belarian di sepanjang lorong. Kita tak bisa melihat nametag nya karena wanita itu memang sepertinya sedang terburu-buru. Bahkan, ketika karyawan lain yang melihat kegaduhan dan bertanya pun tak digubris.

“Sa-sajangnim! Ada seorang laki-laki yang melamar.”

“Lalu? Itu kan tugas HRD.”

“I-iya, tapi laki-laki itu tidak bisa diajak bicara. Dia hanya ingin direkrut langsung oleh Tuan Lee.”

“Baiklah, terima kasih.”

Hahh... Siapa pula orang yang telah mengacaukan hari pertamanya ini? Karena telah membuat kekacauan, ia pastikan orang itu takkan mendapat tempat di kantornya ini!

Tapi, tentu saja karena ia belum tahu siapa laki-laki itu.

Alisnya terangkat satu. Lelaki itu malah membelakangi dirinya dengan menghadap pemandangan kota melalui kaca bening sebagai pembatas bangunan.

Akhirnya Jeno berdeham untuk menyadarkan lelaki itu tentang keberadaannya.

Tapi reaksi yang diberikan lelaki hanya bahunya yang tersentak, tubuhnya tetap tak berbalik.

“Maaf, tapi saya tidak bisa berlama-lama. Saya sibuk.”

Lelaki itu menolehkan kepalanya. Jeno semakin gugup ketika siluet wajah itu tercetak.

“Oh, maafkan aku telah menghabiskan waktumu yang berharga, Lee-sajangnim. Saya hanya ingin melamar sebagai sekretaris anda disini.”

Jeno mematung, lelaki itu membalikkan tubuhnya. Dia...

“Perkenalkan saya Na Jaemin, 22 tahun, lulusan fakultas manajemen.” dirinya membungkuk sopan.

“Saya dengar disini membuka lowongan pekerjaan untuk posisi sekretaris. Untuk mendampingi CEO baru.” lanjutnya, dengan nada manja diakhir kalimat.

Jeno tak bisa lagi menyembunyikan senyumnya. Keduanya melangkah mendekat satu sama lain,hingga ujung sepatu mereka bersentuhan.

“Oh, Nana-ya, my lil' bunny. Kau suka panggilan itu?” Jeno memberanikan diri untuk membelai wajah Jaemin.

Jaemin menangkap tangan Jeno dan mengangguk.

I hate You, but I miss You and I love You a lot.” dengan bibir yang dimajukan, Jaemin terlihat lebih menggemaskan.

Jeno tersenyum.

“Disini, di kota yang sama kita lagi-lagi dipertemukan. Pula dengan perasaan yang sama. Jikalau harus puluhan tahun pun, You’re still my no.1. "

You too, Jeno-ya.”


















The real END



























Ga deng, ada yang ngingetin w buat couple laen :" hwhwhw

Kirain gabakal ada yang inget :v

Perhaps, 1 or 2 bonus chapter. Buat couple laen aja. Nomin nya udah cuy😘







aul

✔️Still My No.1 [NoMin] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang