“Aku tidak tahu kau tidak memberitahu Jaemin.”
Jeno termenung menyesali bahwa ia tidak melakukan itu pada Jaemin. Kekasihnya itu pasti marah padanya, merasa dibohongi olehnya. Karena ia memang membohongi Jaemin.
Bukan bohong sebenarnya.
“Aku hanya sedang memilih waktu.”
“Omong kosong!” setelah ucapan itu, Renjun mencebikkan bibirnya.
Ia terus mencoba menghubungi Jaemin melalui telepon dan pesan singkat di media sosial. Hasilnya nihil.
Disinilah ia, didepan rumah keluarga Na. Menatap ke balkon yang disinyalir balkon kamar Jaemin.
Saat seseorang pria paruh baya itu yang membukakan pintu untuknya, rasanya ia ingin menipiskan bibirnya saat itu juga. Tapi, ia pikir itu akan tidak sopan.
“Lee Jeno, kekasih anakku Na Jaemin. Bukan begitu? Ada apa, Nak?”
Pertanyaan Tn. Na Chanyeol terhormat itu membuatnya merasa ditembak oleh pistol imajiner tepat di otak yang kini sedang blank.
Seingin menangis apapun, ini waktu yang tidak tepat. Ia membuat dua busur cupid dan lengkungan manis di wajahnya.
“Apakah kekasihku itu ada dirumah, Tuan? Aku ingin berbicara padanya.” Jeno pikir ia sudah memilih kata yang benar ketika harus meladeni Tuan Na.
“Oh, kemarilah masuk terlebih dahulu, Tuan muda Lee.”
Chanyeol sangat suka pada Jeno sejak pertemuan pertama mereka, benar-benar mengingatkan dirinya pada Sehun.
“Pasti permasalahan percintaan anak muda, ya? Dulu aku dan ibunya Jaemin —Baekhyun, kau sudah tahu kan?— sering terjadi konflik begitu... Tapi percayalah, suatu saat nanti akan menjadi indah pada waktunya.”
Jeno hanya bisa menggerakkan kepalanya dan menarik dua sisi bibirnya selama Chanyeol memberi petuah.
“Mm, jadi Tuan...”
“Ya?”
“Apakah Jaemin ada dirumah?”
Jeno gemas melihat wajah Chanyeol yang terdiam untuk mengingat sesuatu. Berapa memang usianya? Kalau memang sebaya ayahnya, harusnya tidak atau bahkan belum mengalami penuaan dini. Oh, mungkin pekerjaan berat membuatnya begini. Oh, atau memang benar kata ayahnya kalau Tuan Chanyeol ini sedikit 'tukang melawak'.
“Oh, ya. Ada, di lantai dua.”
“Apakah aku diizinkan?”
“Tentu.”
Setelah membungkuk sopan, Jeno langsung menuju kamar Jaemin. Ini pertama kali baginya. Ia gugup seperti hendak bertemu Ratu Elizabeth saja.
Knock.. Knock..
Jeno menempelkan wajahnya pada daun pintu itu.
“Jaemina... Ini ak— aww!”
Oh, malang sekali nasib pemuda Lee ini. Karena ia harus terjatuh dengan mengenaskan dihadapan kekasihnya.
“Ups! Maaf.” nadanya terdengar begitu santai. Membuat sesuatu di dada Jeno mencelos.
“Kau ingin membahas tentang kuliah luar negeri-mu, kan?”
“Aku minta maaf tentang itu.”
“Dimaafkan.”
“Terima kasih.”
Terciptalah keheningan. Jaemin ingin mempertahankan ketenangan jiwanya, ia tidak ingin langsung meledak.
“Jaemin, apa kau pernah merasa bosan memiliki kekasih sepertiku?”
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️Still My No.1 [NoMin]
Fanfic«COMPLETED» Cinta pertama itu memang konyol. Jadi, memperjuangkan cinta pertama itu sama saja dengan perjuangan yang konyol. Jaemin adalah cinta pertama Jeno dan Jeno tidak tahu kalau cinta pertama Jaemin adalah dirinya. 못다 전한 내 사랑 나처럼 비춰줘~ 3/9/20...