Chapter 19

4K 420 8
                                    

Ga ada yang kangen neh?:v






Ni Hao...


Renjun–er zi.

Renjun mendecih. Nyatanya Sehun terlalu lambat memberi kabar kedatangan pria tua ini. Ia memalingkan wajahnya menandakan ia begitu muak dengan sosok yang menyapa dirinya dengan bahasa Chinese.

“Kalau hanya hendak minta maaf, sebaiknya kau kembali lagi ke rumahmu.”

Ekspresi sosok itu seakan terkejut dan terperangah dengan ucapan pemuda yang bagaimanapun juga darah dagingnya. Terakhir ia lihat putranya itu masihlah anak kecil yang merindukan sosok ibunya yang meninggal tepat didepan matanya. Kini, ia hanya melihat sosok pemuda yang siap menjadi pria matang.

“Sulit sekali ya, bagimu untuk memaafkan aku?”

Tentu saja, bodoh! —batin yang muda. Lantas ia langsung menepis ucapan batinnya tadi.

“Aku sudah memaafkan Baba, tenang saja. Memaafkan itu mudah, hanya saja melupakan kejadian itu yang sulit.”

Tao masih memilih diam.

“Ketika kau mencoba memperbaiki gelas yang pecah mungkin saja lem itu bisa menyatukan pecahan-pecahan gelas itu, tapi tetap saja terlihat bekas pecahannya. Bukan begitu?”

Yang tua menyetujui pendapatnya dalam hati.

“Tidak ada pelukan terakhir untukku? Kau harus tahu ini akan menjadi pertemuan kita yang terakhir. Setelah ini aku tidak akan bisa menemui kau lagi.”

Alis Renjun terangkat.

“Baba masih berpikir aku tidak memaafkan mu? Aku akan selalu menerima kedatanganmu.”

“Tidak lagi. Um— Injunie.”

Melihat ayah kandungnya menghela nafas, Renjun menunggu.

“2 bulan lalu dokter memvonis aku mengidap kanker pankreas.”

Mata Renjun membesar dan bergetar, kedua tangannya menangkup mulutnya.

“Sisa hidupku tinggal satu bulan lagi. Makanya aku nekat kabur dari rumah sakit untuk menemui putraku.”

Kedua insan itu saling berhamburan dalam satu pelukan yang erat. Walaupun memang ayahnya lah mimpi buruk tiap malamnya, rasanya sesak juga ketika mengetahui orangtua kandung kita terkena musibah.

~~~~~~~

Bukan sebuah tradisi, tapi memang Suneung*(ujian masuk universitas) selalu dilaksanakan setiap tahun dan diikuti para siswa siswi tingkat akhir. Dengan ambisi masing-masing, mereka benar-benar mempersiapkan diri untuk itu.

Tak ayal beberapa dari mereka yang sedang menjalin hubungan asmara, memutuskan untuk mengakhirinya hanya demi ujian itu. Sudah menjadi kesepakatan kedua pihak karena ambisi itu pula.

Jeno sendiri belakangan ini jarang bertemu dengan kekasihnya. Ia hanya ingin Jaemin fokus belajar untuk Suneung. Mereka hanya saling berkomunikasi lewat video call, saling mengirim pesan penyemangat. Jeno hafal betul bahwa Jaemin punya mimpi ingin masuk jurusan manajemen.

Jaemina is calling...

“Ne, Yoboseyo Jaemina?”

“Ya! Jeno-ya~ dimana kau, anak nakal? Aku menagih janji kencan setelah Suneung berakhir. Kenapa kau tak terlihat di sekitar sekolah?”

Pemuda Lee itu menggaruk tengkuknya. Ia sudah menyiapkan rangkaian kata sebenarnya,tapi ia ragu haruskah tetap mengatakan itu.

“Annyoong?”

✔️Still My No.1 [NoMin] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang