“Dasar wanita jalang! Kau memang istri tidak berguna!” teriak seorang pria yang sedang dalam keadaan mabuk.
Bugh...
Brakk...
“Akkhh... S-sakit-h... Berhentilah berjudi dan bermabuk-mabukan. Kita masih punya Renjun untuk kita besarkan dan disekolahkan. Makanya, uang itu tidak aku berikan padamu. Ukh... Uhuk.. Uhuk..” rintihan sembari mengeluarkan darah dari mulut seseorang wanita.
“Mama!” seorang anak lelaki mungil berlari menghambur ke pelukan wanita itu.
“Renjun–er zi! Tidur sana, nak. Mama mohon, hm.” sembari mengelus surai itu ia mengecup puncak kepala putranya.
Renjun menggeleng. Mengapa setiap hari ayahnya selalu memukuli ibunya? Memangnya apa salah ibunya?
“Baba, apa salah Mama? Hiks... Mama setiap hari kesakitan, hiks...”
“Kau mau tahu alasannya, bocah? Kau! Kau lah alasannya! Kalau kau tidak terlahir didunia, maka kau tak akan jadi masalah beban hidupku! Mungkin juga aku tak akan memukuli ibumu si jalang itu!” racau pria mabuk itu.
“Hentikan ucapanmu itu Huang ZiTao!” wanita itu memuncratkan darahnya lagi.
Pria mabuk itu–Tao– mendekati dua insan ibu–anak sembari memasang senyum miringnya. Tangan kirinya menarik paksa lengan mungil putranya.
“Baba! Ampun, Baba! Renjun tidak akan jadi anak nakal lagi... Ampun, Baba!” Berontak lelaki mungil itu sekiranya ia bisa melepaskan cengkeraman tangan ayahnya.
“Diam! Dasar anak haram!” Tao melempar tubuh mungil nan ringkih Renjun ke sembarang arah.
Brakk...
Prang...
“Khhh...”
“RENJUN!” pekik ibunya berlari mendekati tubuh mungil yang terantuk meja.
Tidak,bukan tubuhnya yang terantuk meja. Tetapi lehernya terantuk sudut ujung meja kaca dan langsung menohok tenggorokannya. Berdarah... Tak bisa mengeluarkan suara... Hanya air matanya yang mampu mengungkapkan rasa sakitnya.
Ia yakin mulutnya mengucapkan 'Mama, sakit' tapi mengapa tak ada suara yang keluar dari mulutnya? Pandangannya mengabur...
“Hahh...hahh..”
“Mimpi buruk itu lagi.” Renjun mengusap kasar wajahnya, untuk meyakini ia hanya bermimpi tadi.
Dadanya masih berpacu tak karuan. Setelah meneguk segelas air, ia mengambil ponsel di nakasnya dan mulai mengetikkan nomor yang ia dapat tadi sepulang sekolah.
Terdengar jawaban dari seberang sana.
“Yoboseyo... Renjun hyung? Ada apa?”
“Yoboseyo, Jaemin-a. A-aku tadi bermimpi buruk... Ukh—”
“Mimpi buruk? Apa itu masa lalumu?”
“Hm hm.” ia menganggukkan kepalanya yang ia juga tahu bahwa Jaemin pasti tak dapat melihatnya.
“Gwaenchana... Keluarlah kamarmu dan temui keluargamu sekarang. Maka hatimu akan tenang mengetahui mereka ada untukmu.”
“Ah,kau benar. Terimakasih, aku tidak menyesal menghubungimu. Um– aku tutup, ya?”
Pantas saja Jaemin banyak yang mengagumi, Jaemin memang pemuda yang baik dan berkepala dingin dalam menghadapi sesuatu. Termasuk menghadapi seseorang yang butuh saran sepertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️Still My No.1 [NoMin]
Fanfiction«COMPLETED» Cinta pertama itu memang konyol. Jadi, memperjuangkan cinta pertama itu sama saja dengan perjuangan yang konyol. Jaemin adalah cinta pertama Jeno dan Jeno tidak tahu kalau cinta pertama Jaemin adalah dirinya. 못다 전한 내 사랑 나처럼 비춰줘~ 3/9/20...