Chapter 3

8K 1K 49
                                    

Hari ini adalah hari terakhir Jaemin bersekolah di SM elementary school, karena sesuai perkataan Chanyeol esok harinya ia harus pindah(lagi) ke tempat ayahnya bertugas selanjutnya.

Lelaki manis itu melirik sebentar ke rumah yang berada sekitar 50 meter dari rumahnya itu. Ya, rumahnya Jeno. Ia menghela napas karena mulai besok ia tak akan bisa bertemu dengan salah satu pemilik rumah itu.

Jaemin berjalan menuju halte yang sudah ramai oleh calon penumpang bis. Bis yang akan mengantarkannya ke sekolah berhenti dihadapannya. Segera mencari kursi yang kiranya bisa ia duduki selama perjalanannya ke sekolah. Netranya menangkap seorang lelaki sedikit gendut, pipi tembam, dan kulitnya berwarna sedikit tan sedang tertidur tak pulas. Jaemin mengambil tempat duduk di sebelah makhluk tadi.

“Haechanie!!!” teriak Jaemin hendak membangunkan makhluk itu.

“Ah! Kkamjagiya!!!” makhluk itu tersentak karena bukan hanya teriakan Jaemin saja, tangan Jaemin-pun memukul belakang kepalanya.

“Ya! Jaemin-ah!!!” Haechan mendesis kesal. Sedangkan si pelaku pembuat mood Haechan menjadi buruk hanya terkikik geli.

“Masih pagi kenapa sudah K.O seperti ini sih?” Jaemin masih terkikik karena wajah Haechan sangat patut ditertawai saat sedang kesal seperti sekarang ini.

“Semalam aku nonton film di laptop sampai larut. Jadi, kurang tidur deh.” Jaemin hanya mengangguk saja.

Tak terasa bis yang mereka tumpangi telah sampai di depan sekolahnya. Mereka berdua segera turun.

“Yang terakhir sampai di kelas, harus traktir makan di kantin!!!” Haechan tanpa aba-aba langsung berlari(tapi lebih terlihat seperti menggelinding😁) meninggalkan Jaemin. Lelaki manis yang ditinggalkan Haechan sih malah santai saja, tak ada niat mengejar.

Di dalam kelas Haechan berteriak kegirangan sambil masih napasnya yang terengah-engah.

Jaemin yang baru sampai kelas langsung diteriaki “Woohoo! Kau harus mentraktirku hahaha.”

“Call!” jawab Jaemin santai. Toh, kalau masalah uang appa-nya memberi lebih saat ia hendak berangkat sekolah tadi.

Lelaki bersurai dark brown itu langsung menuju bangkunya yang ternyata Jeno sudah berada disana terlebih dahulu.

“Jeno-ya, apa hari ini kau bisa pulang bersamaku?” Jeno menggeleng.

“Tidak, maaf ya? Memang setiap hari aku harus ke tempat lain dulu sebelum pulang ke rumah.” jelas Jeno.

“Kau itu memangnya menemui siapa sih?”

Awalnya wajah Jeno terlihat ragu, namun lelaki bersurai hitam itu memutuskan untuk sedikit lebih terbuka terhadap kawan barunya yang sangat membantu perubahan sikapnya selama 2 minggu terakhir ini.

“Renjun namanya. Tadinya ia juga sekolah disini, namun harus pindah karena dia istimewa. Dia tidak bisa bicara, jadi harus sekolah di tempat yang  istimewa juga.” Jaemin mengangguk saja, toh pasti ia tak akan bisa bertemu dengan orang yang diceritakan Jeno tadi. Kan, besok ia sudah tidak di kota ini lagi pikirnya.

~~~~~~~

Jaemin dan Haechan kini telah duduk di kantin yang sudah ramai oleh siswa-siswi yang kelaparan. Sesuai janji yang ia buat tadi pagi, Jaemin lah yang harus mentraktir lelaki gembil itu karena kalah balapan masuk ke kelas.

“Besok aku sudah pindah ke kota lain. Kau tak boleh merindukanku.” Jaemin yang suka to the point.

“MWO?!!! YA! WAEEE?!!!” sontak mereka berdua menjadi pusat perhatian seluruh makhluk yang ada di kantin.

“Bagaimana bisa? Bahkan kau belum genap sebulan disini!” suara Haechan mengecil daripada tadi saat ia terkaget akan ucapan lelaki manis itu.

“Kata appa sih, tugas negara. Yah, begitu lah.” lelaki manis itu menghela napas.

“Appa bilang, suatu saat nanti dia akan membeli rumah di sekitar sini. Sementara sekarang harus pindah kesana-kemari.” lanjut Jaemin.

“Akan aku tunggu kembali dirimu, kawan.Kapan ayahmu membeli rumahnya?” Jaemin mengedikkan bahu tanda ia tak tahu.

~~~~~~

Pulang sekolah Jaemin mengikuti –tanpa ketahuan– Jeno lagi. Bukan apa-apa ia hanya ingin melihat pujaan hatinya yang mungkin untuk terakhir kalinya. Ia baru mengetahui tadi pagi, ternyata sekolah yang Jeno tuju itu Sekolah Luar Biasa.

Jeno dan orang yang ia jemput itu ternyata tidak langsung pulang ke rumah, namun menuju ke taman kota dengan Jaemin masih setia menguntit  tanpa mereka sadari.

Jaemin memutuskan untuk naik ke pohon lumayan besar untuk meneduhi para pengunjung taman. Ia tak mau mendapat resiko ketahuan Jeno sedang menguntit mereka.

Terlihat Jeno meninggalkan orang itu sendirian duduk di kursi dekat pohon yang Jaemin panjat.

Diatas pohon lelalki manis itu melirik ke arah jam tangannya. Ia baru ingat pesan eomma-nya untuk segera pulang, tentunya untuk berkemas. Ia mencoba menuruni pohon dengan perlahan. Satu pijakan lagi,dan...

BRUKK.

"Aww!" pekik Jaemin

Tidak sesuai harapan Jaemin. Orang yang ditinggalkan Jeno itu menoleh ke arahnya, bahkan menghampirinya. Lelaki manis itu menunduk malu, sambil sesekali mengelus bokongnya yang sakit.

Orang itu memberi note yang bertuliskan “Gwaenchanayo?” sambil mengulurkan tangannya ke Jaemin. Lelaki manis itu mendongakkan kepalanya dan tersenyum menerima uluran tangan orang itu.

Yang mengulurkan tangannya pada lelaki manis itu malah tertegun melihat senyuman Jaemin.

“Ah, kau pasti Renjun ya?”

Renjun tersentak karena orang yang ia bantu itu sudah mengetahui namanya. Langsung ia menulis lagi sesuatu di note yang ia bawa.

“Eh?bagaimana kau tahu?” Renjun memberi note itu pada Jaemin malah balik bertanya, tapi setidaknya meng‘iya’kan pertanyaan Jaemin.

“Ah itu—” ucapan Jaemin tercekat dan membulatkan matanya saat netranya menangkap Jeno menghampiri mereka berdua.

Renjun memekik dalam hati karena wajah Jaemin begitu manis saat membulatkan matanya seperti itu.

“Senang bertemu denganmu, Renjun. Tapi aku harus segera pergi pai-pai~” sambil terbirit-birit Jaemin meninggalkan Renjun yang masih terdiam di tempat.

“Injun hyung!” panggil Jeno menyadarkan lamunan Renjun. Segera berbalik dan menghampiri Jeno yang membawa 2 eskrim untuknya dan Jeno.

(note: tulisan italic pake tanda petik itu tulisan Renjun ya^^)

Tadi aku bertemu dengan lelaki yang sangat manis. Aku suka mata bulatnya.”  Jeno tersenyum melihat kakaknya bahagia seperti sekarang.

“Baiklah, siapa namanya?” tanya Jeno.

Ah, jeno-ya aku lupa menanyakan namanya.” Renjun menepukkan dahinya. Ia sangat menyesali kecerobohannya lupa untuk sekedar menanyakan nama orang yang baru ia temui tadi dan langsung menarik perhatiannya.

“Sudahlah, tak apa. Kalau dia orang sini pasti hyung akan bertemu dengannya lagi.” Jeno berusaha menenangkan hyung-nya.

Renjun mengangguk dan mengamini ucapan Jeno. Ia ingin bertemu lagi dengan orang itu. Ia yakin orang itu cinta pertama baginya, karena saat melihat mata bulat itu muncul perasaan aneh di hatinya.

Tbc~




Yo~ udah muncul Renjunnya buat rebutin Nana dari Nono wkwk. Chap depan ceritanya mereka udah SMA eakkk:v

✔️Still My No.1 [NoMin] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang