Entah sudah keberapa kalinya Jaemin harus pindah sekolah. Dan kini Ia harus pindah ke salah satu elementary school di sudut kota Seoul. Jaemin harus berpindah-pindah sekolah karena ayahnya yang seorang petugas sipil yang sering kali dipindah tugaskan ke berbagai daerah di Korea. Bahkan tak ayal hanya dalam waktu singkat Ia dan keluarganya harus pindah lagi dan lagi. Yah... begitulah, tapi anak lelaki manis itu tetap menikmatinya kok.
Setelah keluar dari ruangan kepala sekolah, anak lelaki bermata bulat itu menyusuri lorong yang menuju kelas barunya. Tibalah Ia di kelas 5-B dan guru yang di dalamnya mempersilahkannya masuk ke kelas itu. Jaemin mendekati gurunya sambil menundukkan kepalanya dan menggenggam pegangan tas warna blue sky-nya.
“Nah, silahkan perkenalkan dirimu pada teman-temanmu.”
Jaemin mengangguk sekilas
“Annyeonghaseyo~ Na Jaemin Imnida. Senang bertemu kalian~ mohon bantuannya^^.” sambil memamerkan gigi rapinya Ia tersenyum lebar kepada teman-teman barunya. Yang mana membuat para anak perempuan memekik gemas.
Di bagian tengah kelas, lebih tepatnya bangku baris ke-3.Anak lelaki bermata sipit setajam elang menatap takjub ke arah Jaemin, bahkan mulutnya sedikit terbuka. Ia berpikir bahwa ternyata ada anak lelaki yang menggemaskan, manis, dan cantik selain kakak angkatnya.
“Ssaem, aku duduk di baris ke-3 ya?” pinta Jaemin yang mana mendapat anggukan dari sang guru. Sedangkan, si pemilik bangku langsung menyadarkan diri dari lamunannya.
Merasa bangku sebelahnya ada yang mendudukinya, anak lelaki bersurai hitam itu menolehkan kepalanya ke kanan dimana Jaemin duduk disana —ya, disebelahnya—. Matanya membulat dan bibirnya bergetar saat Jaemin menoleh ke arahnya, langsung Ia tundukkan kepalanya karna malu telah menatap teman sebangku barunya itu dengan tidak sopan.
Melihat tingkah teman sebangkunya, Jaemin tersenyum dan segera menarik bahu milik anak lelaki bersurai hitam tersebut hanya untuk sekedar membaca nametag milik anak lelaki tersebut.
“Lee Jeno. Wow, nama yang keren.” ucap Jaemin sambil menutup mulutnya dengan jari lentik miliknya seakan takjub pada anak lelaki sebelahnya itu.
Telinga Jeno memerah karena pujian Jaemin.
“P–perhatikan saja Kim-ssaem.” bukan, bukan ingin bersikap dingin... Hanya saja karena terlalu gugup malah nada dingin yang keluar dari mulutnya.Jaemin mengulum senyum, menurut lelaki manis itu sikap dingin jeno malah membuatnya semakin tertarik pada teman sebangkunya itu.
~~~~~~~
Kringg... Kringg...
Bel sekolah yang membuat seluruh siswa elementary school itu berhambur keluar kelas dan segera mengantre di kantin untuk mendapatkan makanannya masing-masing. Namun, jam istirahat tidak membuat Jeno tergoda untuk keluar kelas. Karena memang tak ada yang mengajaknya, dan dia memang tak memiliki banyak teman karena sikap pendiamnya. Jeno selalu menghindari teman-temannya yang berusaha mendekatinya. Entahlah karena apa, karena Jeno tak pernah mengungkapkan alasannya itu pada siapapun termasuk orangtuanya.
Anak baru bernama Jaemin itu sebenarnya sudah keluar kelas diseret oleh teman sekelasnya yang baru berkenalan sebelum bel istirahat berdering. Tersangka yang menyeretnya bernama Lee Haechan itu sekarang malah mengobrol dengan anak lelaki dari kelas 5-A yang Jaemin sempat dengar namanya Mark Lee. Lelaki manis itu kebosanan karena kesepian. Akhirnya, lebih baik kembali ke kelas karena tidak ke kantin pun ibunya telah membuat bekal yang ia simpan di dalam tasnya.
“Jeno-ya, kau tidak ke kantin?” tanya Jaemin saat ia mencapai ambang pintu ternyata ada anak lain dikelasnya yang ia kira pasti kelasnya kosong.
Yang ditanya hanya menggeleng pelan lalu kembali ke kegiatan awal sebelum jaemin bertanya padanya, yaitu membaca komik.
Jaemin mengeluarkan bekal yang dibuat ibunya itu dari tasnya. “Ayo makan bersama, Jeno-ya.” lelaki yang memiliki tahi lalat di bawah mata kanannya itu menoleh ke lelaki manis disebelahnya.
“Kenapa mau berteman denganku?” tanya jeno dengan kening berkerut. Kening Jaemin tak kalah berkerut. “Harus mau dong, kan kau teman sebangkuku. Kau juga harus mau berteman denganku, tak ada penolakan.” Jaemin tahu dari Haechan bahwa Jeno memang tidak mau berteman dan ditemani oleh siapapun dikelasnya.
Pada dasarnya mereka itu masihlah anak kecil yang masih polos, Jeno menganggap ucapan lelaki manis itu sebuah paksaan yang tidak boleh sama sekali ditolak. Maka ia langsung menyerah membiarkan Jaemin menghancurkan pertahanannya untuk tidak berteman dengan siapapun.
“Hmm, baiklah.” sekilas Jaemin melihat Jeno tersenyum. Apakah niat baiknya ini berjalan mulus untuk mencoba merubah sikap pendiam lelaki bermata elang tersebut? Jaemin melebarkan senyumannya hingga deretan giginya terpampang jelas di sudut mata Jeno. Lelaki bersurai hitam itu tersentak karena Jaemin memeluknya erat.
“Jeno-ya kau boleh memanggilku 'Nana', dan boleh ya aku memanggilmu 'Nono'?” tanya Jaemin antusias dengan memasang puppy eyes-nya. “Tidak mau. Jeno saja cukup” lelaki yang manis hanya mengerucutkan bibirnya.
“Ya! Ayo makan bersama! Ibuku membuatkan bekalnya terlalu banyak. Kau pasti lapar karena tidak ke kantin,kan?” Jeno sebenarnya sudah tergoda oleh aroma masakan ibu Jaemin dari sejak lelaki manis itu mengeluarkannya dari tas. Lelaki bersurai hitam itu menerima sodoran sendok dari tangan Jaemin.
Lelaki manis itu terus bercerita tentang ayahnya yang selalu berpindah kesana-kemari, dan akan dengan senang hati bercerita tentang teman-teman yang ia temui setiap ia pindah tempat tinggal dan sekolah. Hingga akhirnya baru menyadari, bekalnya habis dihajar oleh teman sebangkunya itu. Jaemin tersenyum tulus, membuat Jeno tertegun. Menurutnya senyuman itu hanya bisa ia temui dari dua orang sebelum Jaemin menambah daftar untuk pemilik senyuman tulus. Dua orang itu hanya ibunya, dan kakak angkatnya.
Tbc~
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️Still My No.1 [NoMin]
Hayran Kurgu«COMPLETED» Cinta pertama itu memang konyol. Jadi, memperjuangkan cinta pertama itu sama saja dengan perjuangan yang konyol. Jaemin adalah cinta pertama Jeno dan Jeno tidak tahu kalau cinta pertama Jaemin adalah dirinya. 못다 전한 내 사랑 나처럼 비춰줘~ 3/9/20...