Sengaja memperlambat perjalanan dengan mengantre dan membeli tteokbokki paling laris di kota Seoul, Renjun sampai di gedung acara Launching yang kira-kira sudah berjalan setengahnya. Ia tak terlalu suka dengan hal yang berbau hingar bingar seperti itu. Jadi, upayanya agar datang saat acara puncaknya saja semoga tidak sia-sia.
Motor kesayangannya diparkir khusus sepeda bermotor. Tak banyak yang menggunakan motor, masih banyak space.
Helm fullface-nya belum sempat ia lepas, namun langsung mendapat pemandangan menyakitkan mata dan hatinya. Tak mampu melakukan apapun selain terdiam.
Tak lama dua sosok itu menghilang dari pandangannya. Seseorang berusaha melepaskan helm-nya. Renjun hanya memandang kosong pada orang itu.
Sosok itu melihat manik indah milik Renjun sedang berusaha membendung liquid hangat.
“Yangyang–ah...” nada lirih Renjun membuat sosok itu langsung menaruh kepala Renjun pada bahunya.
“Menangis saja. Tak perlu menjaga image.” Yangyang dengan nada datar andalannya.
Renjun menonjok pelan perut Yangyang, lantas ia meraung keras didepan dada bidang Yangyang.
Walaupun kesan pertama yang didapat Yangyang dari Renjun adalah jelek dan setiap pertemuan mereka tak ada yang berjalan bagus, tapi tetap saja hatinya terlalu soft ketika melihat seseorang menangis.
Saat itu, hari pertamanya bersekolah di Korea. Semua murid hampir setiap salah satu siswa yang katanya populer pasti akan selalu heboh dan para gadis berteriak histeris. Ia pun penasaran seperti apa si Injun Injun itu. Saat manik siswa populer itu berhasil menemukan wujudnya, tatapan yang diberikan padanya sungguh tajam. Disaat itu juga ia tak menyukai Renjun. Dan berusaha bersikap seketus mungkin. Jaemin dan Haechan yang merupakan teman pertamanya selalu merekomendasikan dirinya untuk berkawan dengan Renjun-pun tak membuat pendiriannya roboh. Mungkin saat dibicarakan begitu ia hanya tersenyum manis dan mengangguk, namun ia selalu mengejek dalam diam.
Namun menjadi sekretaris kesiswaan, intensitas bertemu dengan Renjun semakin membuat sesuatu didalam hati Yangyang bergetar aneh. Apalagi imsiden setelah menendang meja kerja Guanlin, ia merasa aura dominan Renjun padanya tak main-main. Dan rasa penasaran untuk mengenal Renjun semakin menggelitik batinnya.
Setelah si Huang rasa sudah tenang, keduanya bersitatap.
“Wajahmu terlalu manis untuk menjadi seorang dominan.” mulut Renjun memang selalu gatal jika tidak membuat masalah dengan si Liu ini.
Yang dikatai manis hanya mendengus heran.
“Bagaimana dengan dirimu sendiri, tuan dominan?” Yangyang mendengus lagi.
“Kau terlalu mungil untuk submisif-mu. Lihat bahumu! Daripada ia yang bersandar padamu, sepertinya kau yang ditawarkan untuk bersandar. Seperti tadi.” kedua alis Yangyang naik-turun menggoda emosi Renjun meledak. Benar saja, dengan lekas ia mendapat pukulan maut.
“Tidak perlu masuk, ayo kita berkeliling kota saja.” ajak pemuda Taiwan. Renjun menyetujuinya, ia hanya perlu menghubungi ayah atau ibunya pasti takkan keberatan.
~~~~~~~
Oh, ayolah... Mark hanya mengubah tatanan rambut blonde nya yang menggumpal didahi menjadi hitam dan mengekspos dahi saja. Tapi, mengapa membuat hati Haechan menjadi campur aduk sih? Sahabat se-popok-nya ini harus ia akui memiliki banyak pesona yang tertutup oleh tingkah konyol karena sering bergaul dengannya dan Lucas.
“Haechanie mau makan jjajangmyeon bersama?” tawar Mark, karena ia merasa Haechan terus menatapnya yang sedang makan.
“Ti—tidak!” sanggah Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️Still My No.1 [NoMin]
Fanfic«COMPLETED» Cinta pertama itu memang konyol. Jadi, memperjuangkan cinta pertama itu sama saja dengan perjuangan yang konyol. Jaemin adalah cinta pertama Jeno dan Jeno tidak tahu kalau cinta pertama Jaemin adalah dirinya. 못다 전한 내 사랑 나처럼 비춰줘~ 3/9/20...