Chp. 09_____Segerombolan orang bodoh_____
Dengan perlengkapan seadanya, aku masuk kedalam ruang tua ini. Rumah ini terlihat sangat lapuk dan tak layak untuk dihuni. Dan tempat ini memang sangat cocok untuk bersembunyi.Di dalam ruangan tua ini, tak ada seorangpun yang terlihat. Ini sungguh aneh. Layaknya tempat ini sudah dirancang sedemikian rupa untuk menjebak seseorang.
Di sudut ruangan gelap terdapat seseorang terududuk diam. Jika sekilas dilihat itu tampak seperti Lisa, yang kini diikat di samping pilar. Dan paling anehnya, dia tak dijaga oleh seorangpun.
Ini bukan nya jelas sekali jebakannya ya? Apa mereka pikir sedang menjebak anak-anak?
( Athr : Lo juga masih bocah kmrt -_-* )
Walaupun sudah jelas ini merupakan jebakan, aku pergi ke sisi gelap itu tanpa pikir panjang.
Tak ada satupun yang aneh sesampainya aku di hadapan Lisa. Dengan menepuk kecil pipinya, "Hey bangun! "
Lisa kemudian tersadar dengan lelahnya. Kemudian dia terkejut saat melihatku, dan langsung menggeleng-gelengkan kepalanya dengan panik.
Disaat itu pula hawa pembunuh jelas terasa dari belakangku.
*Plok! Plok! Plok! * Suara tepuk tangan seseorang.
"Wah-wah! Tak ku sangka rupanya yang datang itu tak lain seorang bocah. "
Lantas aku langsung menolehkan pandanganku ke arah suara tersebut. 5 orang bersenjata sudah berdiri tegak di seluruh sisi pintu, dan seorang lagi sedang riang dengan wajah anehnya mencoba menghampiriku.
"Apa kalian geng sampah itu? " Ungkapku dengan nada arogan.
Mereka terdiam untuk beberapa saat, yang kemudian tertawa besar * HAHAHA...
Orang yang menghampiri diriku tadi langsung melemparkan senjatanya padaku, yang kemudian aku tangkap dengan santainya.
"Hey nak! Lawan aku dengan pedang itu, dan aku akan melawanmu tanpa senjata ... Dan tenang saja, aku tak akan membunuhmu kok! " Ungkapnya dengan penuh percaya diri.
Aku tersenyum kecil berusaha menahan tawa. Walaupun dia sudah meminta untuk dibunuh, aku melempar kembali pedang itu.
"Bisakah kita mulai? Sungguh bosan jika lawan ku itu merupakan pria tua tanpa otak. "
Sepertinya dia termakan akan cemooh ku, yang kemudian langsung maju menghadang dengan gumpalan tinjunya itu.
Hanya dengan mengulurkan tangan kananku, aku menangkap pukulannya itu.
"Puff.. Apa ini yang kau sebut pukulan? Ini bahkan setara dengan seorang bayi kau tau! " Cemooh ku lagi.
Kepalanya mengeluarkan urat kekesalannya, "Sialan, apa yang kalian pikirkan! Serang bocah kampung ini! " Sorak emosinya.
Seluruh orang yang tadinya diam di jejeran pintu langsung menarik senjatanya dan berjalan santai mendekati.
Aku menghajar seluruh orang ini dengan mengunakan pedang kayu saja. Mereka semua terlihat sangat lucu, pengalaman tentang bertarung jelas sekali tidak ada.
Seluruh orang itupun langsung tumbang dengan hanya beberapa menit saja.
Lisa yang menyaksikan itupun terbuat diam tak berkutik akan apa yang dilihatnya.
"Buang senjatamu itu, atau ku bunuh bocah manis ini!! " Ungkap seseorang yang sudah menyandera Lisa.
Ini sungguh membosankan melihat tingkah laku tak tau malu mereka.
Dengan lesu ku berkata, "Hah~ apa yang kau takutkan dengan pedang kayu tumpul ini? Bahkan pedang kayu mustahil untuk membunuhmu bukan? "
Dia langsung menyela dengan paniknya, "DIAM!! jangan kau pikir untuk membodohi ku bocah! "
Dengan senyuman manis ku, "Lisa, tutup matamu. Jangan sampai kau membukanya sebelum ku suruh buka. Oke. "
Lisa langsung melaksanakan apa yang kukatakan tadi.
"Baiklah-baiklah. Nih! " Ungkapku seraya melempar pedang kayu ku keatas.
Dengan cepat aku mengeluarkan cincin ruang yang kudapat dulu, dan mengeluarkan pedang yang sesungguhnya.
[ One Quick Slash ]
Tepat ketika pedang kayu yang ku lempar ke atas tadi jatuh menyentuh lantai, kepala pria yang menyandera Lisa tadi langsung terputus dengan sempurna.
Cipratan darah langsung menyambur keluar dari lehernya. Cipratan darah tersebut menyebar kemana-mana layaknya sedang hujan.
Lisa tak sengaja membuka matanya. Dia langsung terkejut akan apa yang dia nampak kini. Seluruh tubuhnya kini diselimuti akan darah kental, yang membuat dia ketakutan.
Melihat dia yang sangat terpukul ini, aku langsung memeluk dirinya, mencoba menenangkan dia terlebih dahulu.
"Sudah-sudah. Tutuplah kembali matamu. " Ucapku mencoba menenangkannya.
Dia tak hentinya tenang yang membuatku harus memukul lehernya, yang mengakibatkan dirinya pingsan seketika.
Segerombolan orang berlari ke arah sini. Entah mengapa tubuhku bergerak sendirinya mencoba bersembunyi.
Puluhan orang sudah berada di tempat ini, begitu pula Ayahnya Lisa yang sangat paniknya melihat anaknya terbaring pingsan dilapisi cairan merah darah.
Sepertinya tugasku sudah selesai disini. Tanpa pamit terlebih dahulu, aku langsung pergi tanpa suara bagaikan seorang assassin.
Tubuhku juga penuh dengan darah pria tadi. Tanganku yang membunuh tadi menggigil dengan sendirinya. Ini bukan berarti takut maupun gelisah, melainkan ini sangat menyenangkan.
Kini pikiranku sedikit kacau, ditambah dengan rasa aneh yang timbul dari dalam diriku.
"Hahaha! Ini sangat hebat!! " Ungkap ku, disertai tawa kesenangan yang keluar dengan sendirinya.
Beruntung hujan datang membasahi tubuhku. Cairan merah yang menempel tadi perlahan hilang dengan sendirinya.
Aku mulai berjalan, mencoba pergi mencari penginapan yang cocok untuk mengistirahatkan tubuh lelah ini.
Kini hanya dua pilihan yang bisa kulakukan besok, yakni Pergi pulang dan menunggu 4 hari lagi hingga kembali kesini lagi, atau bersenang-senang di kota ini.
Tentu saja aku memilih pilihan terakhir, bersenang-senang hingga hari pemeriksaan itu tiba tentunya!
"Hahaha.. " Tawaku terus disepanjang jalan tanpa henti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekai no Hīrō to Yūmeina Akuyaku ni Naru
Fantasy"Pahlawan? Pfff.. jangan buat aku tertawa. Pahlawan itu tidak nyata! Negara menciptakan Pahlawan hanya untuk membutakan rakyat, mengalihkan mereka dari pembantaian massal, serta menjadi simbol negara. Di kesempatan kali ini atau bisa dibilang k...