Ch. 23

2K 200 6
                                    

Chp. 23_____Sebuah kehidupan indah berubah menjadi tragedi yang kejam_____


Sosok wanita langsung mundur beberapa langkah setelah belati(pisau) kecilnya hancur ku remuk kan.

Dengan seranting kayu yang tergeletak di lantai, dia dengan cepat mengambilnya dan langsung menerjang ku.

'Apa dia bercanda? '

Dengan mengulurkan tangan, aku menangkap senjata(ranting kayu) itu dengan santainya.

Setelah ranting kayu itu terkunci di genggamanku, sosok wanita itu tersenyum dengan lebarnya, yang membuatku spontan terkejut dan reflek mencoba menjauhi ya.

Tetapi sudah terlambat. Lengan sosok wanita itu entah sejak kapan kini menembus kepalaku. Disaat itupun pandanganku memudar dengan sendirinya.

Aku terbangun dengan kepala yang berdenyut. Aku menahan sakit denyutan di kepala ini, seraya mencoba melihat keadaan sekitar.

Aku terbangun di rerumputan hijau yang membentang luas ribuan hektar.

Aku melihat kesekujur tubuhku dan sontak terkejut, karna sosok ku kini terlihat buram tampak seperti kabut, walaupun masih memiliki bentuk tubuh yang utuh.

Aku sangat panik, "Ap.. apa aku sudah mati?? "

Sesosok gadis kecil terlintas di hadapanku, yang berlari dengan riangnya mengejar seekor anjing yang kini berlari mengitari lapangan bebas ini.

Dari belakang aku mengikuti gadis kecil tersebut. Sepertinya dia tak dapat melihat sosok ku ini entah apa sebabnya.

Gadis kecil perkisaran berumur 5 tahun. Memiliki rambut putih gelap(hampir terlihat warna silver), dengan warna bola mata yang saling berlawanan, yakni biru embun& coklat terang.

Tawa serta senyuman lebar gadis kecil ini terpampang dengan jelas bahwa kehidupan yang dijalaninya ini adalah yang paling sempurna dimata ya.

Namun ketika aku berpikir demikian, seketika cuaca langsung berubah dengan drastisnya. Langit bergemuruh yang sesekali menyambar kan petir, dunia langsung diselimuti kabut gelap.

Gadis kecil yang awalnya tersenyum dengan lebarnya itu mulai melenyapkan senyumannya seiring berjalannya waktu.

Seketika yang tadinya aku berada di rerumputan hijau yang sangat luas, kini sudah berada saja di pertengahan kawasan bangunan yang padat, layaknya baru saja diteleport.

Di pertengahan jejeran rumah(desa) tanpak seluruh bangunan terbakar. Berbagai mayat memenuhi kawasan, bunga mawar yang awalnya putih kini telah berganti merah akibat bercak darah yang berlumuran disekitarnya, berbagai jejak darah kaki seseorang terpajang di jejeran jalan.

Di raut wajah gadis kecil ini tampak sedang menghawatirkan sesuatu yang membuatnya bergegas pergi. Ketika aku baru saja ingin mengejar gadis kecil itu, seketika pandanganku lenyap.

Aku akhirnya terbangun di tempat yang seharusnya tak asing lagi bagiku.

Seketika aku langsung melihat keseluruhan tubuhku.

"Fiuh~ " Nafas legaku ketika melihat tak ada yang aneh lagi pada sosokku.

Seraya memegang kening mencoba mengingat kembali apa yang terjadi, 'Siapa gadis kecil tadi? Apakah tadi itu hanya mimpi? '

Aku menatap ke depan. Tampak sosok wanita yang menyerang ku tadi terdiam merenung, yang membuatku dengan cepat menjauhi sosok itu beberapa meter.

Sosok wanita itu bergumam sendiri, "Reinkarnasi.. ya, reinkarnasi. Kalau tak salah jiwa seseorang yang sudah mati mendapatkan kesempatan untuk terlahir kembali.. ”

Aku tak mengerti akan apa yang dia gumamkan, dengan tatapan tajam aku membuat jarak dan menunggu serangan darinya.

Sosok itu mulai mengangkat kedua tangannya, “Hei! Bisakah kita hentikan ini? ”

Walaupun dia sudah berkata demikian, itu tak akan membuat pengawasanku padanya langsung runtuh.

Dengan membuat ancang-ancang perlawanan, “Ha?! Apa ini salah satu trik mu lagi? ”

“Tidak- tidak.. tentu saja tidak. Aku hanya reflek ingin menyerang mu saja tadi. ”

“Apa kau pikir aku akan langsung percaya? ”

“Hahaha.. tentu saja aku tau itu. Bahkan aku juga tau bahwa engkau merupakan seseorang yang diberi kesempatan untuk terlahir kembali, bukan? ”

“Bagaimana kau tau itu? ”

Sosok wanita itu mengarahkan telunjuknya ke samping kepalanya, “Bukankah kau juga sudah melihat potongan kenangan ku? ” Disertai senyumannya.

Dia kembali menjelaskan, “Walaupun aku hanya dapat melihat sebagian kenangan mu. Aku tau betul bahwa kau sangat menyesal akan seluruh kehidupan yang kau jalani dulu, bukan? ”

Mendengar penjelasannya, aku sedikit meredakan pengawasanku, walaupun masih dalam mode pertahanan.

“Hahaha.. kau jangan khawatir. Aku hanyalah sesosok roh saja, yang tak dapat menyentuh seseorang secara langsung. ”

( Ket : ”Menyentuh seseorang secara langsung” maksudnya adalah dia hanya dapat menyentuh seseorang melalui perantara, seperti belati yang digunakannya untuk menyerang, maupun ranting kayu tadi. )

Aku langsung menyela, “Jadi kau ini tak lebih seperti Hantu? ”

Tawanya langsung lepas ketika mendengar ucapanku, “Ppffhahaha.. kau sungguh lucu! Ini membuatku semakin yakin bahwa pertemuan kita ini ditakdirkan. ”

Kini aku sudah menghilangkan pengawasanku padanya.

Dia mulai berjalan ke arah lorong gua di samping danau, “Walaupun aku memiliki sosok seperti ini, tetapi aku hanyalah roh yang tersegel di dalam sebuah pedang. ”

Aku mengikutinya dari belakang, “Apa itu seperti Pedang Roh? ”

“Itu memang benar. Apa kau ingin membuat kontrak denganku? Aku sangat yakin bahwa kau tak akan menyesal memiliki ku nantinya. Itu karna.. ”

“Karna apa? ”

“Karna kau tak memiliki kantong mana di dalam tubuhmu, yang membuatmu tak dapat mengunakan sihir, maupun merasakannya. ”

Aku sangat terkejut, “Apa! Bagaimana mungkin! ”

Sosok itu sedikit terkejut akan responku, “Sepertinya kau tak mengetahui akan hal itu rupanya. Maaf atas ucapan lancang tadi. ”

Walaupun pernyataan itu membuatku sedikit shock, tetapi aku tetap mencoba tegar menerima apa yang kurang dalam diriku ini.

Mana, merupakan unsur penting dalam pengunaan sihir pada umumnya. Dengan adanya mana, membuat seseorang dapat memperkuat fisik mereka, bahkan dapat mengunakan beberapa unsur elemen dengan memberi sentuhan pada mana tersebut.

Akhirnya sosok itu berhenti di di sebuah ruangan paling luas dalam gua di gunung ini. Jejeran obor menghiasi seluruh dinding.

Di tengah-tengah ruangan, terdapat sebuah pedang karatan yang tertancap di atas batu besar.

Dengan senyuman hangat penuh dengan keyakinan, “Akan ku ulangi lagi. Apa kau ingin membuat kontrak denganku? Membuat kontrak dengan Roh Pedang ini? ”

*****

Sekai no Hīrō to Yūmeina Akuyaku ni Naru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang