Changkyun nangis kejer waktu tahu alasan Jooheon bisa bertindak sejauh ini. Dia sangat menyayangkan keputusan akhir yang Jooheon ambil.
"Lo gak perlu ngelakuin hal sejauh ini. Balik ke habitat lo sebagai pangeran dari kerajaan Lee" Jooheon geleng. Usap air mata Changkyun yang masih sibuk nata hatinya.
"Buat apa gue hidup di istana kalo gak bahagia?"
"Tapi lo bakal tinggal di gubuk kalo masih nekad"
"Biar gubuk, asal ada lo"
Changkyun belum jawab lamaran Jooheon karena ini bukan tahap main-main. Dua keluarga harus saling menyatu.
Mungkin hubungan kedua keluarga jadi sangat akrab saat mereka hanya sepasang sahabat.
Papi Jooheon benar, bahwa cinta mereka salah. Papi hanya meluruskan sebagaimana tugas orang tua yang tidak mau anaknya tersesat. Tapi bukankah cinta bisa hadir pada siapa saja? Kenapa bisa disebut cinta jika ada pengecualian?
Jooheon cinta Changkyun tanpa tapi. Ia tidak banyak bertanya walau nanti di tengah kebersamaan mereka. Mungkin Jooheon menemukan beberapa kebiasaan Changkyun yang berlawanan dengan kebiasaannya selama hidup.
“Lo yakin?” Changkyun memastikan sekali lagi. Tapi Jooheon malah ketawa.
“Harusnya gue yang tanya, lo yakin mau hidup sama gue yang udah blangsak ini? Yakin mau hadepin cemoohan orang banyak termasuk penolakan papi?”
Changkyun peluk leher Jooheon erat banget. Sampe Jooheon batuk saking kencengnya.
“Lo rela pergi dari zona nyaman sebagai pangeran. Harusnya gue juga bisa. Bukannya selama kita berdua, semua bakal baik-baik aja?” Jooheon ngangguk. Kecup hidung Changkyun dikit mumpung pacarnya lagi mode jinak.
“Inget gak sih yang? Lo itu gak pernah bilang cinta ke gue” protes Jooheon sensi setelah ingat gak pernah ada kata cinta atau semacamnya dari bibir tipis sang pacar.
“Harus banget emang?”
“Ya iyalah! Mana tau gue lo cinta gue apa enggak?”
“Masa gini kurang percaya juga–” Changkyun ngasih Jooheon kenyamanan dengan mulai lebih awal menyapa bibir plum punya Jooheon.
Tidak ada tuntutan untuk mengucap cinta atau sebagainya. Memang puncak dari cinta yang sesungguhnya hanya tindakan. Changkyun tidak suka mengumbar sesuatu melalui ucapan yang akan hilang seiring hembusan angin. Changkyun lebih suka membuktikan. Biar Jooheon membaca sedalam apa cinta yang dia punya.
“Jangan bohong lagi ya, Joo. Gue gak suka lo menderita sendirian”
“I promise” Jooheon mengangkat dua jarinya sebagai bentuk janji.
0oo0
“Papi, udah ih ngerjain kakak. Mami gak sanggup diem-dieman lebih lama lagi” mami mukul paha papi waktu mereka lagi lihat tv di ruang tamu. Papi yang sibuk sama tablet pintarnya hanya menggumam sambil nurunin kacamata sampai ke hidung.
“Cemen banget sih mi” ejek papi.
“Papi denger ya, mami itu susah payah hamil Jooheon. Enak aja dibilang cemen. Mami gak bisa pokoknya disuruh drama lagi. Dia udah beberapa bulan gak makan di rumah. Nanti kalo dia jajan sembarangan gimana? Papi itu kalo ngerjain kira-kira kenapa sih!” mami lipat tangan di depan dada. Lelah harus pura-pura gak peduli di depan anaknya sendiri. Bahkan saking gabutnya, tiap sore mami selalu menyamar, diantar ajudan pergi ke bar tempat anaknya kerja.
Mami gak bisa nolak usul papi buat tes seberapa besar cinta sama usaha Jooheon bertahan sama Changkyun. Tapi gak gini juga, gak kebablasan juga. Mami sampai bosan tiap hari harus minum es teh di bar karena gak ada minuman lain yang dijual selain alkohol.
“Kalo gak berhenti, mami pergi ke rumah mama aja!” ancaman itu mau gak mau buat papi menghembuskan nafas.
“Ngancem? Yakin gak mau tas baru?”
“Bodo amat! Tas mami banyak!”
Lucas yang kebetulan ada disana hanya mengelus dada prihatin. Tega banget mama kandungnya ngelepas dia di tengah keluarga drama ini. Dia yang udah jengah disuguhi drama Jooheon sama Changkyun di kampus. Di dalam rumah pun harus menyaksikan drama lain dari mami sama papi. Mungkin masuk ke dalam kamar memang pilihan terbaik.
“Tunggu dia sampai selesai sidang. Lagian untungnya banyak kok mi. Anak kita bisa lebih mandiri. Harapan kita cuma Jooheon, jadi ayo kerja sama buat jadi orang tua yang gak menyesal di masa depan”
Tau kan sekarang mulut manis Jooheon itu warisan dari siapa? Buktinya mami langsung luluh lantak cuma dibilang gitu doang.
“Tapi janji nanti kasih kakak apa aja yang dia mau ya?”
“Iya janji”
“Beliin mami tas juga”
“Hm maunya”
Lalu mereka tertawa bersama. Papi juga rindu bercanda sama anaknya. Tapi beliau tidak mau jadi salah satu orang tua yang meratap karena menyesal telah salah mendidik sang putra. Dia tidak peduli siapa yang akan Jooheon cintai di akhir nanti. Bisa atau tidak Jooheon memberinya cucu kandung, itu hanya urusan darah. Papi lebih bangga kalau Jooheon jadi pribadi yang berguna
-tbc-
WKWKWK kelen tuh suujon aja sama papi😂 org keluarga bobrok juga. Btw, beneran mau end ini. Sedih :((
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kenalkeun mamimya juhon. Wkwkw
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.